46

1.6K 132 5
                                    

"Kau gila ? Apa kau ingin menyerah ? Kita sudah banyak kehilangan, Jason, Excel, Jered dan sekarang Tedd ?" Bram benar-benar tersulut emosi karena perkataan Thom tadi, ia tak bisa percaya bahwa Thom akan mengatakan hal seperti ini "jika kau ingin menyerah jangan pernah menyeretku !!"

"Bukan begitu, Bram..." ujar Thom menenangkan "aku hanya mengatakan hal melalui sisi baiknya, jika kita bekerjasama dengan Al maka bukankah itu lebih baik ? Bagaimana jika ditengah perjalanan Tedd tak bisa menahan dirinya ? Al bisa menjadi bumerang untuk kita kapan saja"

"Kau selalu memikirkan bagaimana sudut pandangmu disisi dirimu saja Thom" Bram melunak "kau tak pernah memikirkan sudut pandang orang lain, hal itu juga terjadi pada saat Jason masih ada..."

"Apa maksudmu ? Jangan menyeret-nyeret namanya dalam masalah ini !"

"Aku mengatakan hal ini karena aku ingin kau sadar bahwa kau sangat egois Thom, kau egois. Bagaimana bisa kau memikirkan pendapatmu sendiri dan tidak memikirkan pendapat orang lain ? Jason cukup baik untuk mengertimu dulu, dia sangat menghormatimu sebagai ayah. Tapi kau ? Kau sama sekali tak mengerti tentangnya, dia cukup terluka dan yang ia butuhkan hanya kau yang berada disisinya, tapi kau ? Kau mengatakan kau menyayanginya seperti anakmu sendiri, tapi apa ? Kau sibuk dengan duniamu, kau hanya ingin menguatkan hatimu karena kesalahanmu telah meninggalkan anak istrimu. Kau membohonginya Thom, seumur hidupnya kau membohonginya"

"Aku..."

"Apa ? Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku Thom, Jason tau semuanya... tapi dia ? Dia hanya menganggapmu seorang ayah yang sangat ia sayangi" Bram menghentikan perkataan Thom, mengungkit masalalu yang ingin ia tutup rapat.

Thom sangat menyayangi Jason, itu benar. Ia bahkan sudah menganggapnya anak sendiri.

Tapi mengingat bagaimana ia bisa bersama Jason, hal itu membuat Thom tak bisa menatap Jason lama-lama. Ia hanya akan berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya hanya untuk menghindari wajah Jason, ia hanya selalu menyesali keputusannya.

"Kau akan menyesal lagi suatu saat Thom" tambah Bram sebelum meninggalkan Thom yang mematung.

^^

"Jadi... ini yang kalian gunakan saat melacak kami ?" Tanya Stuart yang duduk disamping Olivier yang tengah memamerkan alat-alat canggih kesayangannya.

"Ya... kami bisa melihat kalian dari CCTV yang dipasang diseluruh dunia" jawab Olivier

"Kami hanya mengetahui hasilnya, bukan prosesnya selama ini. Bukankah begitu paman ?" Tanya Stuart pada Perdi yang duduk dikelilingi Key dan Deon, sementara yang lainnya kembali ketugas mereka masing-masing.

"Ngomong-ngomong dimana Al ? Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya !" Ujar Perdi pada kedua pria dihadapan dan disampingnya.

"Al ? Zero tengah memanggilnya" jawab Key seadanya.

"Apa yang kau temukan Olivier ?" Al tiba-tiba masuk diikuti Zero dan tak lama Sarah, Artur dan Xavier pun masuk.

"Normal" jawab Olivier.

"Baiklah..." Al duduk dikursinya dilihatnya semuanya sudah berada diposisinya "jadi apa rencanamu ?" Tanya Al pada Perdi

"Maksudmu ?"

"Aku harus tau rencanamu, sebelum kita melakukan pergerakan bukan ?"

"Ah... kami berencana untuk menyebarkan produk ini" ujar Perdi menunjukan sebuah bungkusan kehadapan Al, Zero mengambilnya dan menjilatnya.

"Apa ini ? Heroin ?" Tanyanya

"Bukan, itu darah" jawab Perdi, Zero langsung memperlihatkan gestur ingin muntah.

"Darah ?" Tanya Key.

"Ya... kami berhasil menciptakan itu, kami menggunakan sedikit darah untuk dipergunakan. Sangat normal dengan jumlah transpusi darah, kau tak perlu khawatir dengan jumlah banyaknya darah yang kami ambil dari manusia"

"Lalu ?"

"Kami sudah berhasil meminimalisirnya, tapi yang jadi masalah adalah menarik kepercayaan para vampire tak semudah menarik kepercayaan manusia. Mereka liar dan kau tau sendiri bukan ?"

"Kau ingin meminta bantuan kita untuk hal ini ?" Tanya Sarah

"Aku hanya mengharapkan mereka bisa menerima ini"

Al tampak berpikir keras, ia harus memcari cara untuk mencari jalan keluarnya.

"Kalian mempunyai senjata bukan ?" Stuart tiba-tiba mengambil suara "dengan cara halus kita tak bisa, bagaimana dengan cara kasar ? Mati atau ikut" tambahnya

Semuanya tampak mengangguk setuju tapi Al masih diam.

"Al..." ujar Zero

"Bukan ide yang buruk" jawab Al pada akhirnya membuat sekuanya menunjukan senyumannya "kalian harus bekerja ekstra kalau begitu"

"Tentu..." jawab semuanya serentak

"Kami tak mungkin melakukannya dengan sendiri, kami hanya akan mengawasi saja. Jika mereka menolak, kami yang akan bertindak" tambah Al sebelum mengakhiri pertemuan mereka.

"Al.." ujar Perdi menghentikan Al yang hendak pergi.

"Apa ?"

"Bisa kita bicara sebentar ?"

"Hmm...?"

"Berdua, hanya kau dan aku"

"Oh... baiklah, ikut denganku !" Ujar Al yang berjalan terlebih dahulu diikuti Perdi

^^

Al membawa Perdi keruangannya, atau tepatnya tempat dimana ia sibuk dengan berkasnya.

"Apa yang ingin kau bicarakan ?" Tanya Al langsung kepada intinya.

"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padamu"

"Aku tak suka berbasa-basi, bukan itu yang ingin kau katakan padaku dengan cara berdua saja seperti ini" Perdi benar-benar ragu sekarang, tapi ia harus menyampaikannya. Demi Tedd.

"Kau ingat vampire yang menggitmu ?" Tanya Perdi

"Apa dia sudah mati karena kelaparan ?"

"Kau sudah tau ?" Tanya Perdi tidak percaya. Al tampak tersenyum.

"Aku tau, bahwa dia hanya akan bisa meminum darahku saja" jawab Al.

"Dari... darimana ?"

"Tak perlu seterkejut itu" jawab Al "melihat kau terkejut seperti ini, apa dia masih hidup ?"

"Ya... dia masih hidup, terkurung dan tersiksa"

"Benarkah ? Seharusnya dia mati saja"

"Al !!"

"Dia akan memperhambat pekerjaan kita, sir. Kau tau aku bukan orang yang menerima toleransi"

"Tapi..."

"Aku sangat tau bahwa kalian sudah menjadi satu anggota keluarga, tapi... aku bukan orang yang mudah berbelas kasihan. Apa lagi ini menyangkut nyawaku"

"Apa maksudmu ?"

"Bisa saja aku mati ditangannya bukan ?"

"Tidak, Tedd tak mungkin melakukan itu !!"

"Kau belum merasakanya, bagaimana tersiksanya dengan rasa hausmu itu." Ujar Al "dia sudah menjadi anjing gila, kurung atau bunuh hanya pilihannya"

Hening...
Perdi sudah menyangka akan sulit mengatakan hal ini pada Al, tapi... tak separah ini.

"Atau kau akan menusukku dari belakang dengan menyeretku menjadi santapannya ? Itulah opsi terakhir" tambah Al memecahkan keheningan

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang