43

1.3K 127 2
                                    

Jered benar-benar terkurung sekarang, ia bukan seorang pertarung seperti Tedd ataupun Perdi. Jika diurutkan diantara mereka, maka Jered lah yang berada diposisi terakhir. Ia lebih menyukai memakai otaknya daripada menggunakan ototnya, ia sama sekali tak memiliki kemampuan dalam hal itu.

"Ah..." kembali Jered meringis tatkala sebuah kawat menusuk perutnya dan menyebabkan luka robek disana, menghindar dan melawan sama saja sekarang. Ia akan mati dibunuh atau terbunuh oleh beberapa alat bangunan yang mencuat.

Para vampire itu benar-benar menggila, mereka bahkan tak segan-segan melancarkan sebuah serangan bertubi-tubi dalam kata lain mereka menyerang serentak atau keroyokan.

Apa yang akan Jered lakukan sekarang ini ?
Ia hanya bisa pasrah akan hal ini.

^^

"AH... !!!" Al yang baru saja keluar dari kamar mandi merasakan suhu panas dilehernya, tanda itu semakin menyebar mengelilingi leher Al sampai tengkuk dan menyebar jedepan sampai batas rahangnya.
Rasanya benar-benar panas, beberapa kali Al menyiramnya dengan air dingin tapi tak dapat mengurangi rasa panasnya bahkan kini tanda tersebut berubah memerah.

"Ada apa.... ah..." Al meraih ponselnya dengan susah payah, mencari-cari nomor yang dapat ia hubungi. Menekan secara acak dan hanya berharap seseorang disebrang sana dapat membantunya.

"Al... kau dimana ?" Tanya seseorang disebrang sana dengan panik, sialnya yang Al hubungi adalah nomor sang kakak. Sepertinya karena panggilan masuk yang terakhir adalah nomor sang kakak, sehingga mau tak mau nomor itulah yang ia hubungi.

"Al ? Kau baik-baik saja ?" Tanya Hellen dengan panik karena yang terdengar hanyalah napas tersenggal-senggal milik Al.

"Siapa ? Al ?" Tampaknya Hellen tengah bersama dengan Zero karena tak beberapa lama Zero lah yang mengambil alih sambungan.

"Al ? Kau dimana ? Situasi sedang gawat, Olivier baru saja melacak adanya keributan disebuah gedung bekas gudang tak jauh dari rose garden. Seluruh tim sedang menuju kesana untuk menanganinya, aku berusaha menghubungimu dan melacak keberadaanmu tapi..."

"Ze...ro..." Al menjawab dengan napasnya yang tersenggal-senggal.

"Al ? Kau baik-baik saja ?"

Tak ada jawaban dari Al, Al terlalu menderita rasa sakit dilehernya.

Ia tak menyangka akan ada kekacauan disaat-saat seperti ini. Ia bahkan tak berdaya hanya sekedar untuk menggerakan badannya yang kini tersimpuh dilantai sambil memegangi lehernya, jangan lupakan peluh yang mengucur membanjiri wajah pucatnya.

^^

"Ada apa Zero ?" Tanya Hellen panik, Zero tak memperdulikan panggilan khawatir dari Hellen. Ia harus segera memeriksa keadaan Al, ia juga tak bisa memgabaikan teman satu timnya. Mereka membutuhkan arahan dari Al, hanya Al yang bisa menenangkan kepanikan ini.

Dengan cepat Zero meraih kunci mobilnya berlari kearah dimana ia menaruh mobil kesayangannya, dengan kecepatan diatas rata-rata Zero memacu mobil hitamnya membelah kota. Tak memperdulikan bahwa ia telah melanggar lalu lintas atau semacamnya, ia tak perduli jika nanti didalam profile nya akan terdapat sebuah catatan kriminal sekalipun.

"Al... apa yang terjadi sekarang ?" Gumam Zero

"Zero..." seseorang menghubungi Zero dengan alat penghubung mereka.

"Ada apa Xavier ?"

"Mereka para vampire gila..."

"Apa maksudmu, tak ada vampire yang waras didunia ini"

"Kau tak akan mempercayai ini, kita berada ditengah-tengah pertarungan para vampire. Kita bahkan tak tau mana yang kawan dan mana yang lawan"

"Apa ?"

"Ini seperti de javu ketika pertarungan kita ditengah kota tempo lalu, mereka saling bertarung"

"Kalau begitu bunuh semua saja !!! Singkirkan semuanya !!!" Geram Zero tak habis pikir.

"Sudah aku katakan !!! Mereka para vampire gila !!" Xavier menjawab tak jauh dari nada yang Zero ucapkan. Frustasi...

"AH !!!" Zero menggeram kesal dan memukul setir mobilnya dengan kencang, ia benar-benar pening sekarang.

"Apa yang harus kita lakukan ? Aku bahkan tak bisa menghubungi Al sekarang ?" Ujar Xavier

"Tangani saja sebisa kalian dahulu, aku dalam perjalanan untuk menjemputnya"

"Menjemput siapa ?"

"Albert, siapa lagi bodoh !!"

"Kemana dia ?"

"Maka dari itu, tangani dahulu !!" Kesal Zero.

Zero semakin menekan pedal gasnya, beberapa umpatan dan makian dari pengendara lain ia tak perdulikan. Persetan dengan mereka, nyawa mereka bahkan akan jauh terancam suatu saat nanti dan Zero harus mencegahnya sekarang.

Nalurinya mengatakan bahwa Al berada diapartemantnya, setelah memutar kemudinya dan memarkirkan mobilnya sembarangan Zero segera memasuki pintu lift dan menekan lantai dimana Al berada.

Ia tau bahwa Al sudah mengganti password kamarnya, tapi persetan dengan hal itu jika Zero bisa maka ia akan mendobraknya atau memasangkan dinamit disana untuk membuka pintu tersebut.

Dengan cepat Zero menggedor kamar Al, tak memperdulikan para tetangga Al yang kini berhamburan keluar dan para petugas yang mulai mendekat.

"Apa yang terjadi, sir ?" Seorang petugas keamanan bertanya pada Zero

"Cepat !!! Buka pintu ini, sesrorang sedang sekarat didalam sana !!" Kesal Zero, sang petugas tampak terkejut dan dengan cepat mencari kunci cadangan atau pembuka kunci otomatis tersebut.

Selang beberapa menit pintu tersebut terbuka, Zero merangsak masuk kedalam dan mencari-cari keberadaan Al. Tapi... nihil, tak ada siapapun didalam sana. Sampai Zero mendengar sebuah rintihan lengkap dengan napas beratnya.

"Al !!" Zero benghambur ketubuh Al yang berbaring kesakitan didalam kamarnya.

"Oh... my god !!" Zero memekik tidak percaya, leher Al kini dipenuhi tanda tersebut ditambah lagi kini tanda tersebut melebar kebahu Al hingga bagian depan dan belakang seolah tanda itu tau bahwa ia tak bisa merambat kebagian atas dimana wajah Al berada.

"Al..."

"Zero... tolong... tolong... aku..." mohon Al

"Apa yang harus aku lakukan ?" Tanya Zero bingung.

"Zero...!!! Beberapa vampire yang lain mulai berdatangan, kau sudah menemukan Al ? Cepat... kita tak mempunyai waktu !!! Kita tertekan !!!" Xavier masih terus saja menghubungi Zero, ia sangat panik dan Zero pun begitu. Ia bahkan jauh lebih panik sekarang, melihat keadaan Al yang seperti orang yang sekarat dengan rasa sakitnya ditambah kepanikan rekan satu timnya, Zero tak dapat berpikir jernih

"AH... !!!" teriak Al kencang saat merasakan sebuah tarikan dilehernya yang membuat ia jatuh pingsan dan Zero mematung ditempatnya.

Apa yang terjadi ?

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang