49

1.6K 126 2
                                    

"Tak seharusnya seorang gadis berkeliaran dimalam hari seperti ini" pria tersebut tampak biasa saja, padahal teror berada dihadapannya. Seseorang menahannya atau lebih tepatnya menguncinya, jangan lewatkan taring dan mata merahnya yang kini sudah mencuat dibalik jaket hodie hitamnya.

"Kau... benar-benar tak takut mati ?" Ancamnya.

Krak...

Sebuah senjata terdengar diaktifkan mengarah tepat diperut orang yang menguncinya dari belakang, pria tersebut memutar tubuhnya tanpa kesulitan apapun. Menadahkan senjata apinya kearah tepat kebelakang kepalanya.

"Kau bukan vampire pertama yang aku hadapi, Ana" ujarnya, Ana membalikan tubuhnya sehingga ia saling berhadapan sekarang. Pelatuk pistol terssbut kini tepat mengarah pada kening Ana.

"Aku juga tidak bermain-main denganmu, Al" jawab Ana dengan percaya dirinya.

"Hah..." Al menghela napasnya, ia menurunkan senjatanya "ada apa ? Kau ingin membujukku kembali agar aku memberikan darah padamu ?"

"Ya, tentu saja... jika tak bisa, aku akan menggunakan cara kasar"

"Benarkah ? Seperti apa ?"

"Aku akan membunuhmu"

Al tersenyum tipis "aku tau, dahulu kau seorang manusia bukan ? Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang ? Membunuh manusia juga ? Atau kau akan mencobanya menjadikan manusia tersebut senasib denganmu ?"

"Arah pembicaraanmu sudah terlampau jauh Al"

"Sekali lagi aku jelaskan padamu, aku tak akan melakukan apapun yang sama sekali tak menguntungkanku. Meng..."

Ana benar-benar langsung menyerang, Al langsung mengelak dengan cepat. Ini bukan pertarungan pertamanya mengingat Al sudah beberapa kali berhadapan dengan banyak vampire, tapi yang menjadi masalahnya ia tak mungkin menggunakan senjatanya.

BRUG...

Suara dentuman bukan berasal dari arah mereka melainkan jauh didepan sana, Al jadi ingat bahwa Sarah sudah bergerak terlebih dahulu.

"Aku tak mempunyai waktu" gerutu Al, Al tak bisa membuat Ana pinsan seperti memukul tengkuknya atau semacamnya. Ana adalah vampire, bukan manusia.

"Ikut dengan... ah..." Al meringis tatkala ia menggenggam tangan Ana, tapi Ana marah menancapkan sebuah belati disana membuat belati kecil tersebut tertancap dan darah Al mengalir.

Ana sempat terkejut dengan serangannya, ia hanya tak menyangka saja Al akan melakukan hal semacam itu.
Al membekap mulut Ana dengan sebuah kain, agar dia tak melakukan hal yang diluar kendalinya. Lebih tepatnya menyerang Al

"Tahan.... kau harus menahannya, mengerti !!!" Ujar Al memperingatkan, Ana tak bisa menjawab walaupun itu hanya sebuah anggukan saja.

"Ikut... denganku..." ujar Al menarik tangan Ana untuk ikut bersamanya berlari kesumber suara.

Darah Al sangat harum dan Ana juga dapat merasakannya, ia harus  menahannya jika ia tak ingin senasib dengan Tedd.

Mereka sampai, semuanya sudah berkumpul. Tampa terkecuali, sungguh luar biasa.

"Al..." Zero berucap panik mendekati Al dan juga Ana, ia melirik keduanya satu persatu.

"Bagus... semuanya berkumpul disini, lakukanlah misi kalian. Akan banyak vampire yang datang !!" Ujar Al, ia bisa merasakan bahwa darahnya yang lambat laun akan habis.

"Apa maksudmu ?"

"Para vampire aka  terpancing dengan aroma darahku" jawab Al

Dan benar saja detik selanjutnya, para vampire seolah dibangkitkan dari kuburnya. Ini seperti sebuah de javu, tatkala waktu itu para vampire mengetahui keberadaan pangeran Edgar. Semuanya berhamburan mendekat.

"Apa rencanamu ?" Tanya Aidan pada Bram dan yang lainnya.

"Kami akan berusaha membuat mereka saling menyakiti, jika mereka merasakan lemas maka kami akan memberikan pil itu" ujar Thom

"Ya... lakukan"

"Tapi... aku rasa kau harus pergi Al" kali ini Stuart yang membuka suara

"Kenapa ?"

"Mereka akan justru akan menyerangmu" jawabnya sambil melirik tangan Al yang kini sudah basah oleh darahnya sendiri.

"Aku bisa membela diriku, lakukan saja tugas kalian" ujar Al

"Ini bukan waktunya kau keras kepala Al"

"Ini juga bukan waktunya aku bersembunyi, kau lupa ? Aku bukan sosok pangeran yang haris kalian lindungi, aku bisa melindungi diri sendiri. Mengerti ?" Ujar Al sudah mempersiapkan senjatanya.

"Melarangnya... tak ada gunanya" Zero menepuk pundak Stuart, Stuart pun mengangguk ragu. Sebelum mereka bergerak, mereka sempat melirik luka Al. Iru sangat mengkhawatirkan dan sungguh... mengganggu konsentrasi mereka.

"Lakukan plan B" ujar Al pada teamnya "kita hanya akan mengawasi mereka saja dari belakang" ujar Al pada teamnya.

"Kau baik-baik saja ?" Tanya Sarah, Al mencabut belatinya dengan sigap Deon memberikan sapu tangannya pada Al. Al pun menerimanya dan langsung membalut lukanya.

"Aku rasa..." ujar Al yang kesusahan membalut lukanya, Ana yang sedari tadi berdiri disamping Al dan ia merasa bersalah akan perilakunya sontak membantunya. Al melirik Ana sekilas.

"Kau tak boleh tergoda olehnya" ujar Zero mengarah pada darah Al, tapi sontak membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi salah paham. Apa ada sebuah kisah antara vampire dan pemburu vampire sekarang ?

"Jangan konyol" ujar Al menjawab wajah heran semua orang yang penuh tanda tanya kepadanya.

Al memperhatikan pertarungan antar vampire tersebut, sangat... sangat luar biasa. Mereka bahkan tak segan-segan satu sama lain, ini diluar ekspetasi mereka.

"Apa mereka sedang mencoba saling bunuh sekarang ?" Komentar Key yang melihat situasi menjadi sangat kacau.

Al masih meperhatikan situasinya, ia berjalan kesebuah mobil dan berdiri diatas sana meluncurkan tiga tembakan keudara membuat pusat perhatian kearahnya.

"Apa yang dia lakukan sekarang ?" Tanya Xavier.

Al memandang tajam kearah depan, melihat satu persatu wajah yang terpusat kepadanya kini.

"Apa kalian mengerti bahasa manusia ?" Hanya perkataan Al yang terdengar karena semuanya hanya terdiam ditempatnya "aku rasa... kalian sedikit memahaminya, mengingat kalian sudah lama tinggal bersama mereka" ujar Al "sebenarnya... aku tak ingin mengatakan ini, jujur... aku membenci mahluk penghisap darah seperti kalian" tambah Al. Semuanya mulai tak bisa diam, beberapa komentar dan semacamnya terlontar.

Dor... dor...

Dua tembakan keudara kembali diluncurkan membuat semua pergerakan kembali terdiam.

"Sangat konyol.." ujar Al tersenyum miring "kalian hanya akan berakhir mati ditangan bangsa kalian masing-masing atau mati ditangan teamku" Al melirik rekan satu teamnya "mereka cukup ahli membunuh masing-masing setatus vampire sekalipun" ujar Al

Hening...

"Tapi... berpikirlah... apa yang paling kalian inginkan selama ini. Kalian ingin terus hidup berdampingan dengan kami bukan ?" Tanya Al "dan diakui" tambahnya

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang