36

1.5K 136 5
                                    

Hari pertama dimana Al memberikan kesempatan pada Tedd beserta yang lainnya dari tiga hari yang ia berikan kesempatan dan semuanya berlangsung normal-normal saja, tak ada kejadian yang menggemparkan dari kantor kepolisian ataupun sebagainya. Permulaan yang bagus.

Semuanya tampak bisa nyaman menghabiskan waktu liburan mereka yang terbilang cukup lama. Semuanya tampak meninggalkan markas kecuali Al, Zero dan Olivier.

Entahlah... pemikiran remaja zaman sekarang sulit dimengerti, demikian pula Olivier. Ia yang paling bersemangat ketika ia mendengar kata libur dan tetap saja beberapa jam kemudian dia kembali kemarkas dengan satu alasan bosan, Zero hanya dapat menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah remaja yang satu ini.

"Dimana Al ?" Tanya Olivier sambil mengutak-atik sebuah alat yang entahlah itu apa namanya (?)

"Sepertinya... dia yang paling menikmati masa liburannya" jawab Zero yang sedang bermain game disalah satu komputer Olivier.

"Dia belum keluar kamar ?"

"Yah..." jawab Zero tak mengalihkan pandanganya sedikitpun karena fokus dengan makhluk firtual didalamnya.

"Ada apa sebenarnya ?"

"Aku tidak tau" jawab Zero tampa menoleh

"Apa ada masalah ? Aku lihat kak Hellen tampak khawatir"

"Sialan..." umpat Zero tiba-tiba membuat Olivier terlonjak "ah... dimana-mana semua gadis memang kejam, hah... lihat saja nanti... aku akan membuat karakter game yang kuat dan para gadis didalamnya hanya mengenakan...."

Plak...
Seseorang memukul bagian belakang Zero membuat Zero memutar kepalanya dengan kesal tapi detik selanjutnya berubah lembut karena melihat siapa yang datang.

"Dimana Al ?" Tanyanya, Zero memutar bola matanya malas

"Dikamar"

"Dia belum keluar juga"

"Sepertinya dia sudah gila sekarang" dan satu pukulan kembali melayang dikepala Zero

"Dia adikku, bodoh !" Decaknya yang tak lain adalah Hellen

"Ah... bisakah kau tak menganiyayaku sekali saja ?"

"Tidak bisa" jawab Hellen "antar aku kesupermarket !"ajak Hellen

"Untuk apa ?" Jawab Zero malas

"Berkencan"

"Berkencan ?!" Mata Zero berbinar

"Tentu saja belanja bodoh, aku membutuhkan seseorang untuk membawakan belanjaanku"

"Lagi ?"

"Kenapa ? Kau tidak mau ?"

"Tapi... kau selalu lupa waktu saat belanja" keluh Zero

"Aah... kau tidak suka ? Ya sudah, aku berangkat sendiri saja"

"Ck... baiklah... baiklah...." Zero mengalah dan bangun dari duduknya untuk ikut bersama Hellen.

^^

"Bagaimana kabar Tedd ?" Tanya Bram pada Thom yang keluar dari sebuah ruangan tertutup.

Thom menghela napasnya kasar dan menggeleng lemah "dia menggila" tambahnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya ?"

"Entahlah... dia..." jawaban Thom menggantung

"Ada apa ?"

"Mirip gejala Jason saat ia tak bisa meminum darah didalam gelas, bahkan... dia lebih parah" jawab Thom

"Apa dia hanya bisa meminum darah anak itu ?"

"Yah... aku rasa"

"Bagaimana ini ?"

"Aku dan Jered sedang fokus untuk menemukan alternatif untuk para vampire, kami berdua belum memikirkan tentang bagaimana cara untuk menyembuhkan Tedd"

"Ah... itu yang lebih penting sekarang"

"Yah..."

^^

"Stuart ?!" Audrey masuk kedalam ruangan kerja Stuart, tapi tak ada seorang pun disana.

Sedari tadi, ia tak melihat anggota keluarganya. Marry yang biasanya sedang merajut ditaman belakang tak terlihat, Ana yang biasanya berada diruangannya pun tidak nampak. Apa yang terjadi ?

"Hah... sepi" Ana lebih memilih duduk dibangku kerja Stuart, melihat-lihat barang Stuart didalam sana.

Audrey tersenyum ketika melihat photo mereka berdua yang tampak berpose konyol, Audrey tak menyangka jika pria yang menyebalkan itu akan menjadi pasangan hidupnya.

Setelah puas dengan barang Stuart yang diatas meja, Audrey membuka laci meja kerja Stuart yang tampak terkunci dan beralih pada laci bagian atas.

"Hm... tidak dikunci ?" Gumam Audrey dan membuka isi didalamnya.

Terlihat beberapa barang didalamnya, pena, jam tangan, stempel dan beberapa barang yang lainnya yang membuat Audrey tertarik adalah kotak hitam didalamnya.

"Apa ini ?" Pikirnya dan membuka isi didalamnya.

Mata Audrey membelak, terdapat beberapa barang didalam sana dan salah satunya sebuah bingkai photo. Stuart dengan Jason.

Sudah lama sekali Audrey tak melihat wajah Jason, hanya melihat dari dalam photo pun Audrey tahu bahwa Jason dan Stuart terlihat bahagia didalam sana.

Satu persatu barang didalamnya dikeluarkan, tak banyak. Hanya dua bingkai photo Jason dan Stuart saat kecil dan saat remaja, sebuah kunci, sebuah kalung dan sebuah buku.

Audrey membuka lembaran catatan didalamnya, ternyata itu tulisan tangan Jason. Audrey sangat hapal karena selama ini bukankah dia sering meminjam catatan Jason dan Audrey tentunya sudah sangat hapal.

Jason tampak seperti anak kecil, menuliskan apapun yang ingin ia tuliskan. Tapi... sebuah kata yang membuat Audrey bergetar.

Darah ?
Kenapa dengan darah ?

Tentu saja kata vampire mengiringinya.

Vampire ?
Jadi selama ini Jason adalah vampire ? Maka dari itu Stuart dan yang lainnya vampire juga.

Audrey shock mendapatkan sebuah fakat itu dan seulas kenangan ketika ia bertemu dengan Al terlintas.

Apa jangan-jangan ?

Audrey bangkit dari duduknya membereskan box yang tadi dan memasukannya kembali ketempatnya, tapi tidak dengan bukunya. Audrey membawanya, ia belum selesai membaca isinya yang akan membuatnya mati penasara.

"Stuart ?!" Audrey tercekat tatkala seseorang membuka pintu dengan ekspresi kagetnya.

"Audrey ? Sedang apa kau disini ?" Tanya Stuart, Audrey menyembunyikan bukunya dibalik punggungnya dan tentunya Stuart menyadarinya "apa yang kau bawa ?" Tanya Stuart

"Stuart..." ujar Audrey sekuat mungkin, jujur ia sangat takut sekarang bahkan kakinya terasa lemas

"Ada apa ?"

"Apa yang terjadi pada Jason ?" Tanya Audrey tiba-tiba

"Apa maksudmu ? Kenapa tiba-tiba kau membicarakan tentang Jason ?"

"Kenapa kau selalu menghindar dari pertanyaan tentangnya ?"

"Apa maksudmu, Audrey ?"

"Apa yang terjadi pada Jason ? Apa dia benar-benar mati karena sakit ? Aku sangat mengenalnya, dia bukan orang yang akan mudah untuk sakit"

"Audrey... kematian tak bisa diprediksi"

"Dia bukan mati karena sakit bukan ? Lebih tepatnya, dia tak mungkin mati karena sakit"

"Apa maksudmu, Audrey ?"

"Dia bukan manusia, dia tak mungkin sakit" jawab Audrey membuat Stuart menegang "dia vampire dan kau juga vampire, kalian semua vampire" tegas Audrey, Stuart benar-benar mematung sepenuhnya. Audrey mengetahui siapa mereka sebenarnya.

"Audrey..." Stuart berusaha meraih tangan Audrey tapi Audrey menepisnya

"Aku tak mau menikah denganmu, sebelum kau menceritakan semuanya" ancamnya

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang