22

1.5K 129 5
                                    

Manusia ?
Apa Aidan tidak salah dengar ?
Deon pun kini mulai tertarik dengan apa yang Olivier katakan barusan, Marry adalah manusia

"Kau pernah mendengar kasus seperti ini ?" Tanya Deon pada Al, Al tampak hanyut dalam lamunannya. "Al ?" Deon menepuk bahu Al.

"Apa ?" Tanya Al yang kehilangan fokusnya.

"Tentang manusia yang menikahi seorang vampire ?"

"Oh... aku pernah mendengar tentang hal ini, tapi... ini kasus pertama yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri"

"Auh... aku sampai merinding" ujar Olivier bergidik ngeri "jadi benar ada kasus seperti ini ?"

"Ya... mereka menyebutnya dengan vampire hybrid atau vampire setengah manusia, jika seorang manusia menikahi seorang vampire maka anak mereka akan terlahir dengan manusia setengah vampire"

"Wah... aku tak pernah menduganya" timpal Olivier "apa selama ini kita melawan para vampire hybrid ?"

"Entahlah..." jawab Al memegang pangkal hidungnya yang serasa berkedut.

"Aku rasa mereka bukan vampire Hybrid, aura mereka sangatlah kuat dan... mereka memanggilmu dengan sebutan pangeran bukan ?" Tanya Deon pada Al, Al hanya menggelengkan kepalanya. Jujur... ia tak bisa berpikir sekarang

"Sepertinya kau kelelahan Al, sebaiknya kau istirahat dahulu" ujar Deon melihat reaksi Al yang tak seperti biasanya, biasanya Al akan menjawab dengan keyakinan dirinya tapi... kini ia tampak terlihat sangat kebingungan.

"ya... sepertinya, aku perlu mencuci wajahku" ujar Al sambil beranjak keluar.

"Ada apa dengannya ? Tidak seperti biasanya ? Biasanya dia yang paling berapi-api dalam menangani kasus ini ?" Tanya Olivier bingung dengan perubahan sikap Al.

"Aku juga tidak tau, sejak ia membawa wanita itu kesini dia jadi kurang fokus"

"Oh..."

"Bagaimana keadaannya ? Apa dia merasa tidak nyaman ?"

"Sejauh ini Sarah bisa menanganinya" jawab Olivier sambil memperhatikan layar dihadapannya dimana Sarah dan Marry tampak mulai mengakrabkan diri.

^^

Al membasuh wajahnya entah sudah yang keberapa kali setelah ia selesai membersihkan tubuhnya, banyak sekali pikiran yang terlintas diotaknya entah mengapa Al tak bisa mengabaikannya.

Jason...
Nama itu sudah seperti alarm ditubunya, terbesit rasa bersalah dalam dirinya. Jason mungkin adalah seperti seorang anak yang berharga bagi mereka layaknya dirinya dan keluarganya dan hal itu membuat kepala Al berdenyut kembali.

Sungguh membuat kepala Al pening, Al jadi mengingat sosok ibunya dan kakanya yang selalu mengkhawatirkan Al meski itu hal yang sepele mengingat pekerjaan Al yang bahkan mengorbankan nyawa.

Al menggeleng kasar, ia membasuh wajahnya kembali menepis segala kekhawatirannya. Ia tak bisa seperti ini, ia harus fokus pada pekerjaannya. Ayahnya bahkan pernah mengatakan pada Al jika dia harus bersikap profesional diman jika keluarganya pun bersalah ia harus bisa menghukumnya tanpa embel-embel hubungan darah.

Ngomong... ngomong tentang darah, Al merasa aneh dengan darah yang ia miliki. Jika benar darahnya bisa memancing para vampire untuk keluar, apa darahnya seistimewa itu ? Al harus mencari sesuatu.

Setelah memakai kaos putih santainya Al keluar dari kamar mandi masih lengkap dengan handuk yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya yang belum kering.

"Sudah selesai ?" Tanya seseorang yang sedari tadi duduk disofa, Al mengambil sebuah botol air mineral dan meneguknya setelah itu ia mengusap-usap rambutnya "wah... kau sedang berusaha menggodaku hah ?"

"Ada apa Zero ?" Tanya Al kini menoleh menatap pria yang sedari tadi mengajaknya betbicara

"Aku dengar kau meminta waktu untuk beristirahat, tidak biasanya ?"

"Apa salahnya ? Aku manusia yang memerlukan tidur"

"Tidak ada yang salah... tapi sedikit aneh saja" jawab Zero, Al mengerutkan keningnya "kau tak pernah meminta istirahat ditengah tugas dan bahkan ketika peluru menancap dipunggungmu pun kau tak memperdulikannya dan memilih tugasmu" tambah Zero, Al menghentikan aktivitasnya dan melempar handuk putih itu kesembarangan arah.

"Aku merindukan ibuku" ujar Al tiba-tiba, Zero tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Merindukan ibunya ? Apa dia seorang balita berusia 5 tahun ?

"Jangan konyol" dengus Zero.

"Ya... aku rasa aku sudah gila" Al duduk disofa dihadapan Zero "melihat tatapan mereka kepadaku yang mereka sangka aku adalah Jason, itu membuatku mengingat ibuku"

"Sepertinya... bukan tanganmu yang terluka, tapi kepalamu itu"

"Apa kita hentikan saja ?"

"Apa ? Jangan konyol... kau membiarkan mereka berkeliaran ?"

"Bukan begitu... aku merasa mereka berada dipihak kita"

"Apa maksudmu ?"

"Setelah aku pikir-pikir dengan baik, mereka melakukan donor darah agar mencegah rasa haus para vampire pada manusia bukan ?"

"Tapi... sebanyak itu, sama saja mereka memperalat manusia"

"Hah... aku tau" Al menghembuskan napasnya kasar, Zero merasa aneh sekarang... Al tidak seperti ini, dia bukan sosok Al yang ia kenal.

"Al ?"

"Hmm... ?"

"Sepertinya kau benar-benar membutuhkan tidur"

"Ya... aku rasa"

"Baiklah... aku keluar, tapi sebelum itu aku hanya ingin mengingatkanmu. Organisasi kita dibentuk untuk memastikan manusia terbebas dari ancaman para vampire, jika sang penegak percaya pada pihak lawan. Apa yang akan terjadi ?" Tanya Zero, Al terdiam "kau tak bisa berada dipihak mereka, jika kau inginpun kau tidak bisa"

"Ya... aku tau"

"Bahkan jika kau anggota keluarga mereka sekalipun, kau tak bisa memihak pada mereka"

"Ya"

"Kalau begitu, tidurlah..." ujar Zero beranjak keluar.

Zero menatap kosong pintu yang sudah ia tutup rapat sekarang, ia merasa heran dengan perubahan sikap yang terjadi pada Al. Apa yang terjadi sebenarnya ? Al tak seperti yang ia kenal, apa yang membuat ia berpikiran seperti itu ?"

"Zero !!! Kau disini ?" Tanya Deon dengan panik.

"Ada apa ?"

"Cepat, ada sesuatu yang ditemukan Artur dan Key didaerah pendakian gunung"

"Oh... baiklah..." ujar Zero segera berlari berasama Deon.

^^

Al berusaha menutup matanya tapi tidak bisa, ia tidak mengantuk sekarang. Justru jika dia diam pikirannya semakin kacau, mungkin dengan cara jalan-jalan atau berburu mungkin akan menghilangkan penatnya.

Ya... setidaknya alternatif terakhir selalu ampuh.

Al meraih jaketnya, membuka lemari bajunya memasang beberapa alat ditubuhnya dan jangan lupakan beberapa perlengkapan senjata yang menempel dibagian-bagian tertentu.

Al membuang napasnya kasar, inilah... pekerjaannya. Yang ia harus lakukan adalah hanyalah fokus.

Yup...
Are you ready ?
Game....
Ready....
To...
Star....

^^

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang