37

1.3K 131 1
                                    

Stuart tersentak atas perkataan Audrey, apa yang harus ia ceritakan ? Atau tepatnya dimulai darimana ia harus bercerita ?

Tentang mereka yang benar bukan seorang manusia melainkan makhluk astral yaitu vampire ?
Tentang Jason yang seorang pangeran vampire ?
Atau tentang para iblis yang menyebabkan Jason meninggal ?

Opsi ketiganya diluar nalar dan akal pikiran mausia bukan ?

"Ceritakan semuanya padaku !" Ujar Audrey melihat Stuart yang mematung.

Stuart menutup pintu ruangannya rapat dan bahkan menguncinya dan membawa Ausdrey duduk disebuah sofa agar dia merasa nyaman.

"Baiklah... aku akan menjawab apa yang ingin kau tanyakan" ujar Stuart setelah ia duduk disofa dihadapan Audrey.

"Apa kalian benar-benar vampire ?" Sebuah pertanyaan tampa keraguan sekalipun.

"Ya" jawab Stuart singkat, Audrey tampak tenang tak menampakan keterkejutannya. Stuart rasa Audrey sudah siap untuk menerima kenyataan ini.

"Semuanya ?"

"Tidak, Marry adalah manusia"

"Apa ?" Kali ini Audrey terkejut dengan sebuah fakta yang sulit dipercaya, tentang Marry yang hidup ditengah-tengah para vampire.

"Dia ibu tiriku dan dia seorang manusia"

"Lalu... dimana ibumu ?"

"Ibuku sudah tewas, bersamaan dengan kedua oranf tua Jason"

"Apa ?" Kembali Audrey dibuat terkejut

"Ya... kedua orangtua Jason telah tewas ketika Jason masih balita, paman Thom hanya sahabat kedua orang tua Jason"

"Aku tak percaya ini"

"Memang sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya"

"Jadi... selama ini candaan kalian tentang vampire itu benar ?"

"Ya... semuanya benar, aku, Jason, Excel ataupun Lui kita semua adalah vampire"

"Lui ? Tapi dia..."

"Ibunya seorang manusia ?" Tanya Sturt "Lui memang setengah vampire"

"Jadi... apa yang kalian katakan itu bukan sebuah candaan ?"

"Bukan, itu kenyataan"

"Tentang Ana yang tiba-tiba menghilang dan..."

"Jason yang merubah dia menjadi vampire, ada sebuah insiden waktu itu dan membuat Ana menjadi vampire dan tak bisa beraktivitas disiang hari sampai dengan sekarang"

"Tapi kalian ?"

"Kami keturunan murni para vampire, ibarat kata tak ada campur tangan vampire lain ataupun manusia didalamnya. Hanya dua jenis vampire yang dapat bertahan disiang hari, vampire murni sepertiku yang lahir dari pasangan para vampire atau vampire hybrid seperti Lui yang lahir dari setengah vampire dan manusia"

"Oh... aku mengerti sekarang"

"Kau tak penasaran siapa Jason sebenarnya ?" Tanya Stuart

"Hmm... ?"

"Jason adalah pangeran vampire" jawab Stuart

"Apa ?"

"Nama aslinya adalah Edgar Howard, dia adalah putra satu-satunya Putra mahkota Jordy Howard sang pewaris tahta kerajaan Howard. Kerajaan para vampire"

"A...pa ?" Audrey terbata

"Itu sebabnya kami menjaganya dan sangat patuh dan menghormatinya"

"Ja..di Jason ?"

"Dia pangeran vampire" Audrey menutup kedua mulutnya dengan telapak tangamnya tak percaya sama sekali "dia tewas saat melakukan kewajibannya untuk melindungi kami, itu sebabnya kami tak ingin membahas kematiannya. Hal itu membuat kami terluka bahkan merasa bersalah"

"Jadi Jason tewas bukan karena sakit ?"

"Bukan, dia tewas karena dibunuh"

"Siapa pembunuhnya ?"

"Kau bahkan tak akan percaya dengan apa yang akan aku ucapkan sebagai jawaban atas pertanyaanmu itu"

"Katakan saja, selama ini kau menceritakan apa yang tak bisa aku percayai"

"Jason mati dibunuh para iblis"

"Iblis ?"

"Ya... musuh kami pada saat itu adalah para iblis, mereka menginginkan apa yang seharusnya mereka dapatkan dan Jason dengan segenap jiwanya menjaga itu dan membuatnya mati karena berusaha mempertahankan apa yang ia miliki"

"Ya... itulah dia" Audrey bisa bernapas lega, setidaknya ia tau bahwa Jason tak berubah dan meninggalkannya tampa berpamitan terlebih dahulu padanya, jujur itu membuat Audrey marah sekaligus sedih ditambah lagi seluruh keluarga Jason termasuk Stuart berusaha tertutup tentang masalah ini "dia selalu menjadi pria yang luar biasa" tambahnya

"Ya... semua orang yang mengenalnya akan menganggapnya seperti itu, padahal dibalik senyuman dan candaannya tersirat sesuatu yang menyakiti dirinya sendiri"

"Dimana kuburannya ? Kalian pasti membuat kenang-kenangan untuk mengingatnya bukan ?"

"Ya... kami bahkan membeli sebuah kuburan kosong untuknya"

"Antarkan aku kesana, aku ingin kesana. Aku tau... hari ini hari peringatan kematiannya bukan ?"

"Darimana kau tau ?"

"Ya... hanya menebak saja, dibulan ini kalian tampak murung dan aku yakin bulan ini mengingatkan kalian pada sebuah peristiwa yang menyakitkan bukan ?"

"Ya... aku akan mengajakmu kesana"

^^

Seharian Al hanya terdiam didalam kamarnya atau lebih tepatnya klinik kantornya dimana Al dirawat beberapa hari yang lalu. Dia sungguh-sungguh terdiam dalam artian sesuangguhnya, tak melakukan apa-apa hanya sebatas bergerak untuk makan, minum dan berganti pakaian diruangan itu yang sudah ia anggap ruang pribadinya sekarang.

Al mengusap rambutnya kasar entah mengapa kepetusannya untuk membiarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri membuat hati Al menjadi bimbang, entah ini benar atau salah yang pasti Al hanya berharap semuanya baik-baik saja.

Deritan pintu yang dibuka seseorang membuat Al mendongak kesumber suara, terlihat Olivier muncul dengan sekantung makanan yang tak seharusnya ia bawa saat menjenguk seseorang yang berada didalan klinik. Snack dan makanan sebangsanya.

"Holla..." sapanya duduk disamping Al, Al memutar bola matanya malas dan remaja itu justru tersenyum lebar menampakan deretan giginya.

"Aku bosan, semua orang tampak sedang menikmati hari liburnya" ceritanya mengawali percakapan.

"Bukannya kau bersama Zero ?" Tanya Al sambil membuka sebuah bungkus coklat yang ada dikantong bawaan Olivier, Al sedikit bersyukur Olivier datang. Setidaknya bocah ini bisa mengalihkan pikirannya.

"Zero pergi berkencan dengan kakakmu" Al tersedak dengan ucapan yang terlontar dari mulut Olivier, itu memang tak mungkin terjadi karena mengingat bahwa Hellen telah menganggap Zero sebagai adiknya juga. Tapi.... Zero sangat tangguh untuk mendapatkan hati sang kakak dan Al sedikit bergidik karena itu, bahkan dulu Zero dengan terang-terangan mengatakan alasan kenapa ia sangat menyukai Hellen dan jawabannya akan selalu membuat bulu kuduk Al merinding yaitu 'dia versi wanita dirinya'.

Kalian bisa membayangkan bagaimana hal ini membuat Al bergidik bukan ?

"Kau tak boleh mati karena tersedak, akan sangat konyol jika kau selalu lolos dari maut oleh senjata tapi mati karena tersedak" ujar Olivier menyerahkan segelas air pada Al, Al menerimanya dengan senang hati.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan" ujar Olivier setelah Al meneguk habis minumannya. Apa terjadi masalah sekarang ?

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang