13

1.8K 146 1
                                    

Dan benar saja dugaan Al, mereka merencanakan sesuatu yang akan merepotkan mereka. Para vampire menggila sehingga membuat mereka keteteran sepanjang harinya dan juga tak ada pergerakan dari khasus ambulance itu dan rumah sakit itu ? Mereka sangat hati-hati dan teliti sekarang bahkan terlihat tak ada celah.

Kini anggota tim Al sangat kelelahan, bayangkan saja... mereka hanyalah manusia yang harus berjaga 24 jam ? Berlarian dimalam hari dengan senjata mereka dan merencanakan rencana disiang hari untuk memantau pergerakan para vampire bukanlah tugas yang mudah dan bahkan memerlukan konsentrasi dan fokus yang tinggi.

Dan akhirnya, mau tak mau mereka mencuri-curi waktu untuk tidur ditengah tugasnya. Yang paling parah adalah Al, pria itu jauh dari kata lelahnya. Entah apa yang membuatnya tetap selalu segar seperti itu, padahal sudah tiga hari dari pergerakan para vampire gila itu Al belum terlihat tidur sama sekali. Al memang tak terjun seperti yang lainnya untuk mengejar para vampire, tapi dia ? Dia yang merencanakan semuanya, memantau mereka dan bahkan dengan sukarela mencari tau sendiri tentang rumah sakit itu karena semua tim sibuk memburu para vampire.

"Ah... mataku sakit" keluh Olivier mengucek-ngucek matanya. Bagaimana tidak sakit, ia selalu saja menatap layar-layar yang menontonnya.

"Istirahatlah" ujar Zero yang menyesap kopinya "lagi pula Al menyuruh kita untuk tidur nyenyak hari ini"

"Bagaimana dengan mereka ?" Tunjuk Olivier pada layar dihadapannya yang menunjukan beberapa peta lokasi

"Dia yang akan bertanggung jawab"

"Benarkah ?" Olivier berbinar "ah... akhirnya, aku bisa tidur"

Kata bertanggung jawab Al ini tidak main-main, dimana itu berarti Al akan menghendle semuanya dan Zero sudah hafal itu.

"Kau mau kemana Al ?" Tanya Zero melihat Al yang sudah rapih dengan jasnya, orang-orang disana pun tampak menatap Al heran.

"Oh..., aku melupakan sesuatu"

"Apa ?"

"Kau harus berpatroli hari ini Zero"

"Apa ?"

"Aku akan menggantikanmu tepat pukul 10 malam, aku berjanji"

"Tapi kenapa ? Kau mengatakan kau akan menghendle nya malam ini ?"

"Memang benar, aku membutuhkan waktu hanya sampai pukul 10 malam"

"Memangnya kau mau kemana ?"

"Kesuatu tempat" jawab Al segera melangkah pergi

"Apa dikehidupan sebelumnya dia seorang pangeran ?" Celetuk Sarah

"Apa maksudmu ?" Tanya Zero

"Bagaimana ada seseorang dengan kemampuan seperti itu dengan wajah seperti itu"

"Kau terkesima ?"

"Aku hanya kagum saja"

"Bukankah itu sama saja ?" Ledek Zero, Sarah mendengus

^^

Al sudah mengemudikan mobilnya membelah kota, jika boleh jujur ia sedang dalam kondisi ngantuk sekarang. Perlu diingat dia manusia yang membutuhkan tidur tapi dia juga tak mau menjadi anak yang durhaka karena tak mendengar perkataan ayahnya yang bahkan sudah menelponnya secara pribadi untuk mendatangi pesta pertunangan teman sahabatnya. Apalagi setelah ia tau siapa yang sahabat ayahnya itu, dia adalah kepala polisi kota ini dan ayolah... tak sopan jika tak datang bukan ?

Apa itu sebuah alasan yang tepat untuk Al meninggalkan pekerjaannya ?

Tentu saja tidak, asal kalian tahu... gadis yang akan bertunangan sekarang adalah gadis yang hendak orang tuanya jodohkan dengannya. Kalian pasti terkejut bukan ? Tapi hal itu tidak sampai terjadi, mereka bahkan belum pernah bertemu. Gadis itu sudah menolaknya bahkan sebelum mereka bertemu, alasannya adalah karena pekerjaan Al yang satu profesi dengan ayahnya. Ayolah... siapa yang ingin menikahi seseorang yang dalam bahaya setiap harinya ? Mungkin itu alasan yang tepat.

Gedung acara sudah terlihat, Al memarkirkan mobilnya dan merapihkan sedikit jasnya yang sedikit kusut. Jika gadis itu melihat wajah Al sebelum membatalkannya, semua orang yakin gadis itu tak akan menolaknya. Kenapa ? Tak perlu dijelaskan lagi.

Al memasuki gedung tersebut dengan para tamu yang juga sudah mulai berdatangan, seorang pria menyadari kedatangan Al dan langsung menyapanya.

"Oh... siapa ini ? Aku kira kau tidak akan datang" ujar pria paruh baya itu menyalami Al, terlihat kebahagian diwajahnya

"Anda bisa saja Mr. Mana mungkin saya tidak datang, sedangkan saya ditugaskan diwilayah anda sekarang"

"Hahaha... kau bisa saja, mari masuk. Biar kami perkenalkan kepada gadis yang dulu pernah hendak kau dapatkan" candanya, Al hanya tertawa pelan mendengarnya.

Pria paruh baya tadi membawa Al untuk masuk, dan menghampiri seorang gadis dengan gaun coklat susunya yang sedang bersenda gurau dengan temannya.

"Audrey ?" Tepuk pria tersebut pada pundak gadis yang dipanggil Audrey itu, gadis tersebut meboleh dengan senyumnya tapi senyum tersebut sirna ketika melihat tubuh pria disamping ayahnya. Audrey menjadi gugup sekaligus takut, ia mengingat kembali kejadian distasiun tempo hari "Audrey... ini Al, yang pernah ayah ceritakan dulu" ujar sang ayah memperkenalkan Al.

"Albert" Al menadahkan tangannya, Audrey meraihnya dengan ragu dan mereka bersalaman singkat.

"Yang ayah ceritakan ?" Tanya Audrey

"Ya... yang sempat ayah jodohkan denganmu dan kau menolaknya"

"Oh..." Audrey ingat sekarang, seorang pria yang memimpin sebuah team khusus dikepolisian itu adalah dia ? Audrey menjadi malu sendiri setelah mengingat kejadian itu yang mungkin ia sedang menjalankan tugasnya.

"Kalau begitu ayah tinggal dahulu, kalian bisa menjadi teman bukan ?" Ujar ayah Audrey meninggalkan mereka setelah mendapatkan anggukan dari keduanya.

"Maafkan aku" ujar Audrey tiba-tiba, jujur... ia sekarang sedang mengendalikan jantungnya. Karena pria dihadapannya ini sangatlah mirip dengan pria yang pernah ia cintai dulu.

"Untuk ?" Tanya Al

"Umm... karena memperlukanmu tidak sopan"

"Ah... tidak masalah, aku mengerti. Aku harap kau berbahagia dengan calon suamimu itu"

"Ya... aku harap begitu" jawab Audrey gugup "apa kita bisa berteman seperti yang dikatan ayahku ?"

"Tentu, kita bisa berteman baik"

"Al ? Oh... bolehkah aku memanggil namamu seperti itu ?"

"Itu memang nama panggilanku"

"Benarkah ?"

"Ada apa ? Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau sampaikan ?" Tanya Al membaca gerak-gerik Audrey

"Tidak... tidak... aku hanya merasa aneh saja"

"Aneh ?"

"Jujur... dahulu aku mem..."

"Sepertinya kau sedang asyik mengobrol Ho..." seorang pria yang tiba-tiba muncul sambil merangkul Audrey tertegun setelah melihat calon tunangannya sedang mengobrol dengan siapa.

"Hello... apa ini takdir ? Kita bertemu lagi" ujar Al menyeringai.

Shadow Of The Darkness (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang