Ch 10 - Menyadari

643 95 7
                                    

Sudah menjadi rahasia umum jika hari senin merupakan hari yang tidak terlalu disukai sebagian besar murid. Kebanyakan berjalan malas-malasan agar sampai di depan pintu kelas lebih lama dari yang seharusnya. Lucy mungkin tergolong murid yang rajin, namun ia juga tidak menyangkal apabila hari senin, terutama dalam minggu ini, merupakan senin yang entah mengapa mendadak membuat Lucy merasa bahwa rumah kecilnya sudah berubah menjadi magnet. Lucy bahkan untuk pertama kali nya bolos pada jam pertama senin pagi itu, dan memilih untuk masuk kelas pada jam kedua, kelas Biologi, dan melewatkan kelas pertama nya tadi, kesenian.

Lucy baru kembali dari mansion besarnya semalam. Dan untuk pertama kali nya pula Lucy merasa tidak ingin masuk sekolah selama satu minggu. Namun sekuat tenaga ia menahan keinginan nya tersebut, dan memilih masuk pada kelas kedua hari ini. Setelah mengambil buku Biologi nya di loker, Lucy berjalan menuju kelas Biologi akan berlangsung, dan disengaja atau tidak, untuk pertama kali nya pula Lucy berjalan begitu saja melewati Natsu tanpa berusaha mencuri pandang kearah pemuda itu yang juga tengah membawa buku Biologi ditangannya.

Tidak berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, Lucy juga mengambil posisi tempat duduk dibelakang, terpencil dari yang lain. Namun ketika Lucy memasuki kelas, kelas itu sudah diisi oleh beberapa orang, tidak kosong seperti sebelum-sebelumnya.

Kali ini Lucy tidak membawa novel, ia hanya membuka buku Biologi yang tadi diambilnya dan membaca bab yang nanti akan di bahas. Namun baru beberapa kalimat yang dibaca, Lucy merasakan bangku disebelahnya bergeser, ada yang mendudukinya. Dan bagaikan alarm kebakaran, seseorang yang menggeser kursi itu berhasil membuat Lucy yang lesu berubah menjadi Lucy yang tegang dengan wajahnya yang memanas.

"Yo, selamat pagi, Luce."

Sapaan lembut itu mengalun berulang-ulang dalam pendengarannya. Membuat Lucy lupa apa judul materi yang tadi dia baca.

"Eh? Ah, Natsu. Se-selamat pagi..." jawabnya gugup setelah cukup lama, Lucy menunduk, takut Natsu tersinggung karena menjawab sapaannya terlalu lama.

Namun Natsu malah tersenyum kecil dan mendadak bicara, "hari ini kau jadi partner lab ku lagi. Manusia Es bolos lagi."

Lucy tahu maksudnya, Gray tidak masuk. Dalam hati Lucy mengutuk Gray yang entah kenapa selalu bolos dan memaksa takdir membuat Natsu menjadi partner lab nya. Namun jauh dalam hati nya, Lucy tetap saja merasa senang. Diam-diam Lucy juga berterimakasih pada teman Natsu itu.

"Baiklah." Jawab Lucy dengan senyum tipis. Natsu mengangguk sebagai respon dan meletakkan bukunya diatas meja, tanpa perlu repot-repot membukanya.

"Hari ini kau terlihat lesu. Mendapat masalah?" Tanya Natsu tiba-tiba.

Lucy yang tadi sudah kembali melihat bukunya, dengan cepat memutar kepalanya kembali dan melihat Natsu yang ternyata tengah menatap kearahnya. "Aku terlihat lesu?" Tanya Lucy membeo.

Natsu mengangguk singkat, membuat Lucy meluncurkan tawa canggung, merasa aneh ketika menyadari Natsu memperhatikannya.

"Tidak. Aku tidak ada masalah apapun. Hanya... kau tau? Sedikit malas masuk hari senin." Jawab Lucy tidak sepenuhnya berbohong.

Natsu mendadak tertawa ketika menyadari bahwa gadis rajin dan kutu buku seperti Lucy ternyata memiliki sifat tidak jauh beda dengan siswa biasanya. Natsu pikir kata-kata seperti itu tidak akan keluar dari mulut seorang kutu buku seperti Lucy. Lucy yang merasa ditertawakan membuka suara, "Apa yang lucu? Memang nya ada yang salah denganku?" Tanya Lucy cemas. Takut bahwa Natsu menertawakan sesuatu yang aneh diwajahnya.

Natsu menghentikan tawanya ketika berkata, "Tidak, tidak. Aku hanya tidak mengira seorang seperti mu ternyata juga tidak menyukai hari senin. Siapa sangka murid teladan seperti mu berkata seperti itu?" Setelahnya Natsu hanya tertawa kecil.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang