Ch 20 - Sangat Mencintainya

563 73 6
                                    

Nala memiliki sebuah taruhan.

Sepanjang yang aku ketahui, taruhan bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh seseorang yang mengaku mencintaimu.

Kau tidak akan tahu siapa aku. Anggap saja aku, seseorang yang peduli dengan kebahagiaanmu. Jadi, apakah Nala sungguh-sungguh mencintaimu?

Natsu melempar ponselnya, dia merebahkan tubuhnya diatas kasur, kemudian memandang langit-langit kamar. Natsu kesal, tentu saja. Setiap dia ingin menghubungi nomor sialan yang mengiriminya pesan itu, selalu saja tidak aktiv. Hanya saja, nomor itu selalu mengirimi Natsu pesan ketika pemuda itu tengah bersantai, dan ketika Natsu ingin menghubungi, maka nomor asing tersebut mendadak tidak bisa dihubungi kembali.

Natsu kecewa. Dia berharap bahwa pesan tersebut hanyalah sebuah pesan palsu. Namun, harapannya sirna ketika mendapati Nala tidak mengelak tuduhannya. Bahkan gadis itu hanya diam dan menangis, sampai Natsu memutuskan hubungan mereka yang baru saja terjalin beberapa bulan. Menyedihkan.

Natsu sendiri merasa tidak rela melepaskan Nala. Jauh dalam hatinya, dia sangat menyayangi Nala. Gadis itu adalah teman masa kecilnya. Selalu ada untuk Natsu, menjadi satu-satunya perempuan yang mengetahui segala hal tentang kehidupan pribadi seorang Natsu Dragneel. Namun, Natsu selalu memegang teguh janji yang telah dia buat bersama gadis bersurai hitam itu dulunya.

"Ketika satu kebohongan kamu sembunyikan. Sekecil apapun itu, maka kamu akan terus menciptakan kepalsuan-kepalsuan lainnya."

Ucap Nala pada suatu ketika.

"Berjanjilah. Ketika aku ataupun kamu berbohong, maka hukumlah. Hingga salah satu dari kita menyadari, bahwa kebohongan akan membawa luka yang tidak akan bisa dimaafkan."

"Aku tidak pernah menyimpan rahasia. Bagaimana dengan mu?" Tanya Natsu saat itu.

Dia ingat dengan jelas senyuman tulus yang diarahkan gadis cantik bersurai hitam, matanya memancarkan kehangatan. "Jika aku berbohong, maka alasan ku hanya ada satu."

Natsu bingung, namun Nala menggenggam tangannya lembut.

"Kebohongan yang aku ciptakan, adalah untuk kebaikanmu."

"Aku tidak mengerti. Kau sendiri yang mengatakan bahwa tidak ada hal baik apapun yang lahir dari sebuah kebohongan."

Dulu Natsu tidak mendebat. Namun sekarang, dia memahami bagaimana sakitnya ketika menyadari bahwa dirinya dibohongi. Menyadari bahwa seseorang yang paling dia percaya, menyembunyikan sesuatu darinya. Pada akhirnya, pikiran yang lelah itu membawa Natsu terlelap. Mengabaikan setiap notifikasi yang berdering di ponselnya. Dia benar-benar lelah, seakan sesuatu yang paling dia cintai, kelak juga akan pergi meninggalkan Natsu dalam ruangan gelap bernama kesepian. Natsu merasa takut. Untuk alasan yang tidak bisa dijelaskan.

.

.

Gadis berambut biru itu tengah mengunyah sepotong apel ketika dia merasakan sebuah sentuhan lembut dipuncak kepalanya. Menoleh, Juvia melihat Gray yang tengah asik menonton televisi dengan tangan kanannya yang nyaman membelai rambut panjang kekasih. Gadis itu tersenyum, dan menatap televisi menyaksikan apa yang di tonton oleh kekasihnya.

"Gray-sama." Panggilnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.

"Hm?"

Juvia terkikik pelan. Gray menoleh dan mendapati wajah Juvia yang merona, gadis itu terlihat seperti berusaha manahan senyum, namun tidak bisa.

"Ada apa?" Tanya Gray. Tangannya masih dengan nyaman membelai rambut Juvia.

"Gray-sama menyukai rambut Juvia?" Kini gadis itu menatap Gray yang duduk disampingnya, dia sedikit mendongak.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang