Ch 27 - Lucy, Juvia dan Nala.

483 63 4
                                    

Malam itu Natsu kembali ke kediamannya dalam keadaan kusut.

Berjalan kearah sofa dan menghempaskan tubuhnya kesana, Natsu memijit pelan pangkal hidungnya, memejamkan mata. Pertemuannya dengan Annie barusan sama sekali tidak mendapatkan jalan keluar agar gadis itu melupakan perasaan pada Natsu.

Natsu sebenarnya tidak sejahat itu memaksa seorang gadis yang tengah jatuh cinta untuk melupakan perasaannya begitu saja, tentu saja tidak. Seandainya dia tidak seperti seorang yang terobsesi secara berlebihan. Natsu benar-benar tidak tahu jika dirinya telah menjerat perasaan seorang Annie Kim hingga sebegitunya.

Kemudian gadis itu secara mengejutkan mengatakan bahwa Lucy tengah mempertaruhkan perasaan Natsu, sama seperti yang Nala lakukan.

Natsu tidak mengerti, tentang perihal apa dan mengapa semuanya mendadak serumit ini. Natsu masih menyayangi Nala, namun sekarang tidak lebih dari rasa sayang seorang sahabat yang masih peduli. Lalu ketika gadis itu tidak mengelak tuduhan Natsu, ketika itu pula Natsu memutuskan hubungan mereka.

Namun Lucy...

Natsu bersandar, kepalanya mendongak.
Gadis itu terlalu baik untuk seorang gadis yang berani mempertaruhkan perasaan seorang lelaki, sesuatu dalam diri Natsu menolak mengakui jika ada yang ganjal ketika mendadak dia dan Lucy menjadi sedekat ini. Jika dia ingat-ingat, bukankah awal mereka dekat ketika kelas Biologi, yang kemudian berlanjut pada makan siang bersama. Lalu secara tidak sadar, Lucy semakin hari semakin dekat dengannya, seseorang yang bahkan Natsu dulu tidak tertarik untuk berkenalan dengannya.

Taruhan. Antara Lucy dan Nala, begitukah?

Natsu menggeleng cepat, kepalanya berdenyut. Sesuatu dalam perasaannya seolah berontak, sesuatu seperti mendobrak paksa pikirannya, sekilas ingatan yang tampak samar muncul begitu saja dan menghilang secepat kedatangannya.

Apa itu?

“Kakak, bisa bantu aku?”

Natsu segera sadar kemudian menoleh melihat adik kecilnya yang berjalan dengan susah payah membawa kotak kardus besar dipelukannya. Natsu segera melangkah cepat dan mengambil alih barang bawaan sang adik. Meletakkan kardus besar yang cukup berat itu dilantai dekat sofa kemudian kembali duduk.

“Apa ini?” Tanyanya pada Nashi yang segera menghempaskan tubuhnya disofa sebelah sang Kakak.

“Ayah bilang, kita harus membersihkan gudang, memilih beberapa yang masih bisa disimpan. Ini sudah dipilih oleh Ibu, Ibu bilang isinya barang-barang Kakak ketika masih dirumah lama. Mungkin Kakak masih membutuhkan beberapa.”

Natsu mengernyit.

Rumah lama?

Natsu tahu dulu dia bukan asli penduduk Magnolia, tapi dia tidak pernah sedikitpun berniat mencari tahu tentang tempat tinggalnya yang lama. Ibunya memang pernah mengatakan bahwa ketika kecil, Natsu kehilangan  beberapa memorinya, dan Natsu tidak terlalu peduli selama itu bukan ingatan yang penting, begitu pikirnya. Dan tidak pernah ada yang mau mendebat Natsu.

“Baiklah, nanti akan Kakak periksa.” Natsu melangkah dan membawa kardus itu bersamanya, menaiki tangga menuju kamar.

.

.

Lucy baru saja menceritakan masalah yang dialaminya tempo hari pada Juvia. Mereka tengah berada di cafetaria, hanya mereka berdua. Gadis berambut biru itu terlihat menahan kesal, dia terus mengomel mengatakan betapa bodohnya Lucy yang tidak memberi perlawanan.

“Haruskah Juvia saja yang menemui gadis itu dan memberinya pelajaran? Ini sudah berlebihan, dia pikir Voodoo itu sebuah mainan? Membuat berantakan lokermu, dan kau diam saja, begitu?!” Gadis itu menarik napas, makanan didepannya sudah dia abaikan.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang