Ch 15 - Hati Dua Perempuan

594 83 11
                                    

“Aku sudah memikirkannya. Ayo, kita buat perjanjian.”

“Jika Natsu menyukaimu, dan itu bisa membuatnya senang... maka, aku akan melepaskannya untukmu.”

Lucy tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, hal yang didengarnya barusan bukanlah hal yang baik, karena ini menyangkut perasaan Natsu. Sepanjang yang Lucy ketahui baik dalam kehidupan nyata maupun novel-novel yang sering dibacanya, mempertaruhkan perasaan seseorang tidak pernah berujung baik, akan selalu ada pihak yang terluka di akhir kisah yang selalu Lucy baca, baik pihak yang mempertaruhkan, maupun pihak yang menjadi objek taruhan.

Namun Lucy menangkap keseriusan di mata Nala, gadis itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Melihat Lucy yang menatapnya dengan tatapan seolah dia adalah wanita terjahat yang pernah di temuinya, Nala menatap Lucy dengan tajam, “Aku tahu ini terdengar gila, jahat dan apapun kau menyebutnya. Tapi dengar, aku sejak awal tidak pernah berniat mempermainkan perasaan Natsu, aku tulus menyayanginya. Tapi kau,” tekannya, “kehadiranmu mengubah segalanya, Lucy.”

Setelah cukup lama hanya mendengarkan, Lucy akhirnya menemukan kembali suaranya.

“Aku benar-benar tidak mengerti. Aku tidak bisa bermain dengan perasaan Natsu. Aku... Aku mungkin bisa berjanji denganmu, untuk tidak mendekati... untuk tidak-“

Nala memotong, “Itu yang awalnya aku harapkan. Tapi bagaimana mungkin setelah melihat bagaimana Natsu bersikap dihadapanmu?”

“Maksudmu?”

Nala berusaha menahan semua emosi yang kini meluap-luap dalam kepalanya, memaksa untuk membunuh gadis lugu yang sama sekali tidak mengerti apa-apa dihadapannya sekarang. Namun dia mengurungkan niat jahatnya.

“Secara tidak langsung, Natsu menunjukkan ketertarikannya padamu. Dan aku, tidak suka melihat itu.”

Lucy tidak berani menatap Nala, ia berusaha menatap sepatunya, “Nala-“

“Lucy, aku tidak sebaik itu ingin melepaskan Natsu begitu saja. Namun, aku juga tidak ingin menjadi orang jahat jika berusaha menjauhkan Natsu dari seseorang yang mengisi masa kecilnya,” tenggorokan Nala seperti tercekat, “Karena itulah, pilihan terbaik yang bisa aku pikirkan adalah bertaruh denganmu. Aku akan mempertaruhkan perasaan ku sendiri disini.”

Lucy tahu perjanjian yang mungkin berakhir duka telah dibuat, entah pihak mana yang kelak akan menyesal karena sudah mempertaruhkan perasaaannya disini. Namun Lucy tahu, tidak ada jalan untuk menghindar, dia bisa melihat kilatan di mata Nala, gadis itu sangat serius dengan ucapannya, Lucy akhirnya mengangguk menyetujui perjanjian yang baru saja dibuat, “Aku akan berusaha Nala, maafkan aku. Tapi, aku juga tulus tentang perasaanku terhadap Natsu.” Ujarnya mantap.

Nala tersenyum, benar-benar tersenyum untuk pertama kalinya pada Lucy.

“Begitulah seharusnya, Lucy.”

.

.

Nala berguling kesana-kemari diatas ranjang empuknya, dia memeluk sebuah boneka kucing besar bewarna hijau dengan kostum katak yang mencolok, boneka pemberian Natsu satu tahun yang lalu, saat Natsu memberikan boneka ini padanya, mereka selalu mendebat bentuk aneh boneka. Nala seratus persen yakin ini adalah boneka kucing, namun Natsu tak ingin kalah dengan memastikan bahwa boneka ini berbentuk katak. Hingga akhirnya mereka sepakat bahwa ini adalah boneka kucing dalam kostum katak, yang tentu saja sudah melalui perdebatan cukup panjang.

Dia teringat akan janji yang sudah dia buat dengan seorang gadis pirang beberapa hari yang lalu, sejauh ini dia sama sekali belum melihat gadis pirang itu mencoba mendekati Natsu. Pikirannya mulai melayang memikirkan hal seperti “gadis itu pasti sedang mempersiapkan cara jitu menaklukkan Natsu” atau “gadis itu akan mendahuluiku secara diam-diam” dan masih banyak lagi.

Jika ditanya, apakah Nala menyesal dengan perjanjian yang ia tawarkan? Maka dengan pasti gadis itu menjawab, ia tidak menyesal. Lagipula ia melakukan semua ini demi Natsu, Natsu yang dulu dikenalnya adalah bocah lelaki dengan jutaan rahasia yang dipendam, bocah lelaki yang misterius, tidak ingin berteman dengan siapapun. Bahkan sampai mereka bepacaran, Natsu tidak pernah berbicara dengan santai kepada perempuan, kecuali dirinya sendiri, dan terkadang dengan Juvia atau bahkan Erza.

Namun beberapa waktu lalu, Nala menangkap perubahan pada Natsu, yakni ketika gadis bernama Lucy memasuki kehidupan mereka. Ya, gadis itu bisa membuat Natsu tampak lebih menyenangkan, entah bagaimana Nala sulit mengakuinya, meskipun akhirnya dia mengakuinya juga.

Jika dipikirkan lebih baik lagi, Nala memiliki keunggulan dalam pertaruhan ini. Disini, dia sudah berstatus sebagai pacar Natsu, dia lebih dekat dengan Natsu dibanding siapapun, bahkan Gray sekalipun. Dan itu setidaknya membuat Nala memiliki poin lebih dibanding Lucy.

Namun, tentu saja dia sudah mempersiapkan diri untuk skenario apapun yang mungkin akan terjadi. Karena Nala bukan orang yang akan mengingkari janji, sebaliknya, Nala adalah gadis yang selalu tepat janji meskipun ada risiko yang akan dia tanggung. Lamunan panjangnya terhenti ketika suara dering ponsel mengusik keheningan kamarnya, ia menarik benda kecil tersebut dan tersenyum tipis ketika menemukan pesan dari Natsu yang mengucapkan “Selamat malam.”

Perlakuan simpel yang selalu membuat Nala menyukai Natsu.

.

.

Lucy menutup sebuah novel dengan sampul naga merah ditangannya, kisah yang indah, dimana seorang gadis terkutuk yang bertemu dengan naga merah yang tengah dikutuk dalam wujud manusia, meskipun kehidupan si gadis penuh rintangan, namun ia mengalami akhir yang bahagia bersama sang naga yang memilih hidup bersamanya sebagai manusia.

Aku berharap menemukan Naga Merah ku sendiri, kemudian hidup damai bersamanya dan memiliki beberapa anak, lalu kami akan menghabiskan masa tua bersama-sama. Sayang, hidupku tidak seindah itu.

Lucy merebahkan tubuhnya diatas ranjang, matanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang, satu hal yang membuatnya pusing saat ini adalah, perjanjiannya dengan Nala. Di satu sisi Lucy ingin bersama dengan Natsu, namun dia akan menyakiti Nala, gadis itu sepertinya sangat baik hingga merelakan Natsu untuk kebahagiaan pemuda itu yang akan dia pilih sendiri. Lucy tidak yakin jika kebahagiaan Natsu adalah dia, tidak, dia lebih seperti masa lalu yang menyakitkan yang bahkan tak pantas untuk diingat. Namun ego nya memaksa untuk menyetujui perjanjian tersebut, dan dia melakukannya.

Besok adalah hari dimana perjanjiannya akan dimulai, Nala sendiri memberi izin untuk Lucy mendekati Natsu seperti biasa, dan hati kecil Lucy merasa senang. Bolehkah dia berharap jika suatu saat nanti kisahnya dan Natsu akan dimulai kembali? Melupakan masa lalu dan tertawa bersama seperti dulu? Lucy berharap lebih dari itu. Matanya perlahan terpejam menyembunyikan coklat madu yang indah, Lucy tersenyum tipis ketika semangat tiba-tiba menghampirinya.

Semuanya baru dimulai, kali ini aku akan berusaha untukmu, Natsu.

.

.

Yosh! Chapter ini hampir tidak ada dialog, karena ini chapter khusus tentang Lucy dan Nala yang sudah membuat perjanjian, dan kisah mereka akan dimulai.

Jangan lupa vote dan komen ya, kesan kalian sangat berarti untuk kelanjutan cerita ini, sampai bertemu di chapter depan :*

See yaa~

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang