Ch 23 - Tidak apa-apa, Lucy.

509 77 21
                                    

Apa kamu percaya pada cinta masa kecil ?

Itu seperti dongeng anak-anak. Yang ada hanya perasaan bahagia yang menggebu-gebu.

Memukul jantungmu dengan jutaan kisah manis~

.
.
.

Natsu menatap gadis yang duduk didepannya prihatin. Dia berdiri dan bersandar didepan lemari besar kamarnya yang bernuansa putih. Sementara gadis pirang yang masih terus menangis terisak didepannya tampak kusut. Rambutnya acak-acakan, tangannya dari tadi tidak berhenti saling meremas, matanya bengkak, sudah berapa lama gadis ini menangis sejak kedatangannya setengah jam yang lalu?

Natsu tidak tahu bagaimana menghadapi seorang gadis yang histeris seperti Lucy. Tepat jam enam sore tadi, Natsu dibuat terheran-heran sekaligus kasihan ketika melihat Lucy mendadak berdiri didepan rumah besarnya. Gadis itu menopang tubuh dengan kedua kaki yang gemetar, ketika melihat Natsu, tanpa pikir panjang Lucy langsung menubruk pemuda berambut sakura itu dan meraung-raung didepannya. Lucy tidak peduli lagi jika itu memalukan, ketika melihat bangkai ayam dan voodoo yang berada didalam lokernya tadi, Lucy terus merasa ketakutan.

Dan satu-satunya yang terpikirkan oleh Lucy, justru berlari ke rumah Natsu.

Natsu, meskipun heran, tidak ingin bertanya bagaimana Lucy mengetahui alamat rumahnya. Tidak dalam keadaan gadis itu yang tampak syok entah sebab apa.

Setelah lebih dari tiga puluh menit, Natsu menghela napas. Tangis gadis didepannya mulai reda.

“Kau mau minum?” Tawar Natsu.

Lucy mengangkat kepalanya dan memperhatikan Natsu yang berdiri beberapa meter darinya. Penglihatannya buram, namun dia mengangguk sebagai jawaban.

Natsu berjalan keluar kamar, menutup pintu dan menuruni tangga menuju dapur untuk mengambilkan gadis itu segelas air.

Dibawah tangga, adik bungsunya menunggu untuk bertanya, siapa gadis yang menangis sepilu itu? Dia penasaran. Natsu sampai didepan adik satu-satunya, kemudian mengacak surai yang senada dengannya.

“Dia teman Kakak. Sepertinya dia sedang ada masalah.” Jelasnya seakan tahu apa yang akan adik kecilnya tanyakan.

“Apa dia baik-baik saja?” tanya gadis berumur sebelas tahun tersebut khawatir. Tidak pernah dia melihat Kakaknya membawa seorang gadis kedalam kamar, melihat wajah teman Kakaknya tadi yang tampak memiliki beban berat, membuat gadis kecil itu tidak berani memasuki kamar Natsu. Lagipula, orang tua mereka sedang diluar karena ada pertemuan dengan rekan bisnis, jadi dia hanya diam dan menunggu dilantai bawah seperti sekarang.

“Kakak tidak tahu. Dia belum bicara apapun.” Natsu melangkah melewati adiknya dan melanjutkan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Gadis kecil itu mengekor dibelakangnya.

“Apa dia sudah makan?” Dia khawatir.

Natsu berbalik, dia menatap adiknya yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi khawatir diwajahnya. Pemuda berambut sakura itu tersenyum tipis.

“Hmm... Entahlah, Kakak belum bertanya.”

Gadis itu berkedip lucu, dia ingin bertanya lagi namun Natsu lebih dulu melanjutkan, “Kalau begitu, bisakah Nashi meminta pelayan untuk membuatkan makanan lezat, untuk teman Kakak?”

Tidak pikir panjang adik kecilnya yang bernama Nashi itu mengangguk antusias. Setidaknya dia bisa membantu, pikirannya polos sekali. Dia berbalik dan berteriak dengan suaranya yang cempreng memanggil Bibi Haru, pelayan rumahnya untuk minta dibuatkan makanan.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang