Ch 13 - Cemburu?

583 85 3
                                    

Sepuluh menit yang lalu, gadis pirang itu duduk dengan manis di atas sofa. Ketika Natsu meninggalkannya, gadis itu dengan menurut dan berjanji akan menunggunya kembali dengan minuman di tangannya. Namun itu sepuluh menit yang lalu, dan ketika Natsu kembali, sofa itu sudah diduduki oleh orang lain yang tidak terlalu Natsu kenal, atau justru tidak ingin Natsu kenal.

Natsu sangat menyadari ketidaknyamanan Lucy tadi ketika mereka berdua baru saja sampai dirumah Juvia, bahkan ketika acara tiup lilin berlangsung, Lucy selalu menempel pada nya dan nampak ragu untuk sekedar menyapa teman sekelasnya yang lain. Maka Natsu dengan bijak mengatakan akan mengambilkan minuman sekedar untuk membuat gadis pirang itu merasa rileks, dan lihat, sekarang Lucy justru menghilang.

Ditangannya sudah ada minuman bewarna madu yang manis, dengan kandungan alkohol yang sedikit, yang Natsu harapkan dapat membuat Lucy sedikit rileks, namun sekarang Natsu harus mencari keberadaan teman kencannya itu dulu. Baru saja akan berbalik, lengan Natsu ditahan oleh sepasang tangan seorang wanita, yang memaksa Natsu kembali menoleh untuk sekedar melihat pengganggunya. Natsu menatap bosan sepasang tangan dengan cat kuku bewarna pink yang kini menahan lengannya, gadis ini, gadis yang Natsu kenal.

“Kau mau kemana?” Tanya si gadis dengan lembut, “ah, dari pada itu, maukah kau mengobrol sebentar denganku, Natsu-kun?”

Natsu mencoba mengingat, rambut pendek, make-up yang mencolok, dan pakaian yang terlalu sexy. Natsu ingat, dia Annie.

“Ada yang kau butuhkan dariku?” Tanya Natsu enggan.

Gadis itu merapat dan tanpa ragu menggandeng dengan erat lengan Natsu yang tidak membawa minuman. “Ya, aku butuh kau.” Jawabnya dengan mata lurus menatap Natsu.

Natsu mengernyit, satu hal dari sekian banyak hal yang dibencinya adalah, gadis penggoda. Natsu menarik lengannya dengan paksa sehingga gandengan Annie terlepas. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Natsu berbalik dan hendak melanjutkan pencariannya terhadap si gadis pirang yang menghilang, namun lagi-lagi lengannya di tahan oleh Annie, kali ini gadis itu menahannya dengan genggaman cukup erat menahan langkah Natsu.

Natsu menatap tajam gadis gila yang sudah berani menahannya dua kali, ketika menatap gadis itu, Natsu melihat wajahnya yang merona. Gadis dihadapannya ini tengah mabuk. Natsu menghela napas keras. Dia benci gadis penggoda, apalagi mabuk. Tapi Natsu tahu ia tidak dapat berbuat apa-apa, percuma jika ia membentak gadis yang sedang mabuk ini, selain harga dirinya akan turun, orang-orang disekitarnya akan menatapnya dengan tatapan menuduh. Tentu saja, apapun alasannya, Natsu tidak suka membentak seorang gadis.

“Aku sedang buru-buru. Bisakah kau biarkan aku pergi?”

Annie menggeram pelan, dia menunduk.

“Agar kau bisa bertemu gadis sialan itu?”

Natsu semakin dibuat bingung, siapa yang dimaksud gadis ini dengan sebutan gadis sialan?

“Aku benar-benar harus pergi. Bisa tolong lepaskan tanganmu?” Natsu berbicara dengan tenang, berusaha untuk tidak menarik perhatian orang disekitarnya.

“Jika aku lepaskan, maka kau akan mencari si Lucy sialan itu.” Annie menatap Natsu dengan tajam, Natsu dengan jelas menangkap raut tidak suka diwajah Annie, dan lagi Natsu tidak mengerti bagaimana gadis ini tahu kalau orang yang ingin dicarinya adalah Lucy.

Belum sempat Natsu menjawab, Annie kembali berbicara, “ Apa kau bodoh? Apa kau segitu bodohnya hingga tidak mengingat gadis sialan itu sama sekali? Ingatlah bagaimana kau membencinya, ingatlah bagaimana dia dulu menyakitimu!”

Jika Natsu sudah berusaha berbicara tenang untuk tidak menarik perhatian, maka kini semua itu tidak lagi berguna. Karena orang-orang disekitar sudah menatap kearah mereka berdua.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang