Ch 22 - Voodoo Doll

490 81 13
                                    


"Aku tidak suka melihat ini."

Sepasang kaki jenjang itu melangkah, menjauhi keramaian cafetaria. Sepatu nya menghentak lantai dengan langkah anggun. Siapapun lelaki yang melihat lekukan indah tubuh si pemilik sepatu itu, akan langsung terpesona.

Langkahnya terburu-buru, namun tidak sedikit pun menghilangkan aura seorang wanita dewasa yang anggun dari dirinya. Jari-jari lentiknya menggenggam erat ponsel ditelapak tangan, seolah kapanpun akan meremukkan ponsel pintar ditangannya. Dia benci semua yang dilihatnya di cafetaria barusan, dia sudah tidak mau menunggu lagi.

.

.

Lucy melangkah terburu-terburu menuju kelas setelah dari loker untuk mengambil buku Bahasa Jepang. Dia terlalu larut berbincang dengan Natsu dan kawan-kawan tadi, hingga mereka baru berpisah ketika mendengar bel masuk berbunyi. Bahkan mereka membuang waktu lagi hampir sepuluh menit lamanya. Lucy ingat, dia tidak sekelas dengan salah satu dari temannya itu di jam Bahasa Jepang, itu artinya, jika dia datang terlambat dikelas, maka dia akan sangat malu. Juvia dan Gray mengambil kelas Ilmu Kenegaraan, begitupula dengan Natsu dan Nala. Malang sekali dia tidak memiliki kelas Bahasa Jepang yang sama dengan mereka.

Ketika langkahnya hampir mencapai belokan kanan untuk menuju kelas, Lucy merasakan pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang, dan tanpa sempat melihat si pemilik, Lucy merasakan dirinya ditarik begitu saja memasuki sebuah ruang kosong, sepertinya dia berada didalam laboratorium yang sedang tidak digunakan.

Setelah merasakan pergelangan tangannya dibebaskan, Lucy segera menoleh untuk melihat siapa yang dengan tidak sopan menariknya seperti barusan. Seorang gadis cantik bermata abu-abu menyapa penglihatannya.

"Kim-san?"

"Annie saja." Koreksi lawan bicaranya.

Lucy bingung bukan main. Ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengan seorang Annie Kim di sekolah. Gadis blasteran yang sekelas dengannya pada jam Bahasa Jepang.

"Umm... ada apa?" Tanya Lucy gugup. Dia tidak suka dengan Annie, sejak dulu. Tahu gadis itu lebih mengerikan dibandingkan Kyouka dan Seilah. Sekilas ingatan Lucy kembali pada malam pesta ulang tahun Juvia, disana pertama kali dia berbicara dengan seorang Annie.

"Jauhi dia, aku bisa saja menyingkirkan mu dengan mudah, tapi aku ingin bermain dengan pelan."

Lucy ingat pesan Annie terakhir kali dia berbicara dengan gadis itu di pesta ulang tahun Juvia. Saat itu Lucy merasa takut, namun kali ini Lucy merasa jauh lebih takut. Entah sebab apa.

Annie melangkah menutupi pintu ruangan tersebut, satu-satunya jalan keluar. Dia tidak ingin mengambil resiko gadis pirang ini kabur karena ketakutan. Annie menyeringai, gadis ini benar-benar takut padanya, sejak tadi gadis ini terus menunduk tidak berani menatapnya. Sunggu tidak sopan, pikir Annie.

"Apa aku semenakutkan itu?"

Lucy sedikit tertegun mendengar Annie yang berbicara jauh lebih lembut dari biasanya. Secara spontan gadis pirang itu mendongak, menatap Annie yang sedikit lebih tinggi darinya. Gadis blasteran itu tidak mau repot-repot menyembunyikan wajah terlukanya, seolah Lucy baru saja melukai perasaannya dengan bersikap tidak sopan.

"Bukan. Bukan begitu, maafkan aku!" Lucy membungkuk sekali, kemudian memandang Annie penuh penyesalan. Tidak menyangka gadis didepannya akan tersinggung dengan ketakutan Lucy barusan. Sebuah pikiran terlintas dalam benak Lucy, mungkin sebenarnya Annie tidak semenakutkan seperti pikirannya?

"Sudahlah, tidak apa-apa." Annie mengibaskan sebelah tangannya, matanya menatap Lucy lurus. "Sepertinya... aku sudah terlalu meremehkan mu, Lucy."

"Eh?"

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang