Ch 33 - Aku Mencintaimu (TAMAT)

1.3K 104 24
                                    

Jam baru menunjukkan pukul satu siang, cuaca kala itu cukup cerah meskipun udara yang terasa dingin masih tidak mau kalah. Lucy duduk dengan gelisah disebuah bangku taman yang kosong dan tidak ditempati siapapun. Matanya bergerak-gerak dengan gelisah, menyaksikan pengunjung taman yang cukup ramai.

Padahal dalam surat yang diterimanya kemarin, dengan jelas tertera waktu pertemuan jam dua siang. Namun Lucy tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia tidak tidur semalaman karena tidak sabar menunggu hari berganti. Pagi-pagi sekali Lucy sudah membersihkan diri, memastikan tubuhnya lebih segar daripada kemarin, rambutnya bahkan sudah di keramas. Dia benar-benar tidak sabar bertemu dengan Natsu.

Lucy sebenarnya heran bagaimana surat dari Natsu bisa ada didalam kotak bekal titipan Nala, namun dia tidak peduli lagi, karena satu-satunya yang dia inginkan saat ini hanyalah bertemu Natsu. Itu saja. Lucy ingin meminta maaf, Lucy ingin mengakui semuanya meski tahu itu sudah terlambat, Lucy ingin Natsu memaafkannya, Lucy ingin bertemu dengannya. Lucu, karena gadis itu sebenarnya sudah sadar bahwa dia harus menunggu selama satu jam sampai Natsu datang. Tidak apa-apa, Lucy akan tetap menunggu. Selama hampir dua minggu dia seperti orang kehilangan arah, Lucy tidak ingin menyianyiakan sedetikpun kesempatan yang dia miliki.

Gadis itu menatap sekitar, dia tahu tidak akan menemukan Natsu, namun dia hanya ingin memastikan untuk tidak melewatkan apa-apa.

Anak-anak sekolah yang membolos dan memilih bermain ditaman sedikit paling sudut, seorang lelaki tua yang berjalan-jalan membawa anjing kecilnya, anak-anak kecil yang berlarian kesana-kemari, bahkan sepasang kekasih yang duduk mengobrol di bangku taman tidak terlalu jauh dari Lucy.

Keramaian yang menenangkan, entah kenapa Lucy akan merasa betah meski harus menunggu lebih lama lagi. Senyum tipisnya terkembang. Terlalu larut dengan kegiatannya menyaksikan kegiatan sekitar, hingga tidak menyadari ketika seseorang duduk disampingnya dalam diam.

Keheningan itu berlangsung hingga lima belas menit lamanya, sampai Lucy akhirnya memilih untuk beralih memperhatikan sisi lain taman, lalu membeku ketika melihat seseorang yang ditunggunya sudah duduk disebelah Lucy. Kata-kata yang ingin disampaikan Lucy mendadak lenyap. Gadis itu terdiam.

Natsu bersandar dibangku, sebuah hoodie abu-abu menutupi badan dan rambutnya, kedua tangannya tersembunyi dibalik kantong hoodie yang dia kenakan. Lelaki itu tersenyum tipis, matanya terlihat seperti biasa, tidak ada tatapan terluka, dendam, atau emosi yang tergambar disana. Semuanya berlangsung begitu saja ketika Lucy bergerak cepat dan memeluk tubuh tegap itu. Rasanya masih sama seperti ketika Lucy memeluknya saat ketakutan akan ancaman boneka voodoo, tubuh itu masih terasa hangat dalam dekapan Lucy, masih terasa kokoh. Perlahan, air mata itu keluar begitu saja.

Natsu masih diam membiarkan gadis itu memeluk tubuhnya, gadis itu menangis dalam pelukan. Beberapa detik terlewat hingga Natsu akhirnya mengangkat tangan dan balas memeluk tubuh yang entah kenapa terasa semakin kecil dalam dekapannya. Natsu merengut, lalu memilih mengelus rambut Lucy. Tangis Lucy semakin meledak ketika merasakan pelukannya berbalas, tangan yang besar itu menepuk puncak kepalanya dengan lembut. Lucy menangis tidak peduli dengan orang-orang disekitar yang menatap mereka heran.

Semuanya berlangsung lama, sampai akhirnya Lucy melepaskan pelukan kemudian mendongak untuk melihat bahwa yang baru saja dialaminya bukan sekedar mimpi belaka.

"Natsu..." Panggilnya serak.

"Ya, ini aku."

Lucy menarik napas, wajahnya pasti terlihat sangat jelek saat ini. Lucy tidak peduli, sapuan make up tipis yang digunakannya untuk menutupi wajahnya yang terlihat pucat dan kacau pasti sudah hilang, Lucy tidak peduli.

"Nastu..." Ulangnya dengan suara lemah yang masih sama. Memastikan bahwa suara yang dia dengar benar-benar nyata.

Natsu mendekat, memeluk gadis itu sekali lagi, lebih singkat kemudian melepaskan pelukan sebelum menjawab, "Ini aku." Jarinya menghapus air mata Lucy, membuat gadis itu merasa yakin bahwa dia tidak sedang bermimpi. Tangan itu terasa hangat.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang