Ch 28 - Lembaran Kenangan

520 67 13
                                    

Satu hari yang lalu.

Natsu tidak pernah menyesal dalam hidupnya, setiap hal yang dia lakukan selalu akan dia lakukan dengan penuh pertimbangan. Ketika memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Nala, Natsu tidak menyesal. Dia memikirkan banyak hal tentang bagaimana hubungan mereka ke depannya jika dia memaafkan Nala, dia memikirkan bagaimana dia bisa tetap bersikap biasa dihadapan gadis itu ketika dihadapkan dengan kenyataan terburuk yang dia benci. Natsu memikirkan semuanya, bahkan hal terkecilpun, Natsu akan selalu memikirkannya. Dia tidak pernah melangkah jauh tanpa pertimbangan.

Namun, kali ini untuk pertama kalinya, Natsu menyesal. Benar-benar menyesal.

Didepannya teronggok lembaran foto lama yang hampir buram, dibeberapa foto itu terpapar gambar seorang gadis kecil berambut pirang dengan senyum yang lebar. Disampingnya, berdiri Natsu kecil dengan senyumnya yang tak kalah gembira. Natsu membiarkan foto itu teronggok didepannya, dia tidak mau menyentuh foto itu setelah meletakkannya begitu saja.

Duduk bersila diatas kasurnya yang beberapa hari lalu ditempati oleh seorang gadis pirang, dimana gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis kecil berpose gembira didalam foto dihadapannya.

Natsu menyentuh kepalanya yang berdenyut.

Ketika diberitahu bahwa dia pernah mengalami amnesia, Natsu tidak terlalu peduli. Karena yang dia tahu pengisi memori nya adalah orang-orang yang sama dengan mereka yang hadir disaat dia sadar dirumah sakit bertahun-tahun yang lalu. Natsu tidak tahu kenapa sangat sulit mengingat kenangan sebelum itu, kepalanya selalu berdenyut keras, dan yang tidak pernah disukai Natsu adalah ketika bagian dalam hatinya juga ikut merasakan nyeri, seolah apa yang berusaha dia ingat adalah apa yang tidak seharusnya dia tahu. Natsu membenci dirinya sendiri kala itu, namun kehadiran Nala dulu mengubah semuanya.

Gadis itu membuat Natsu tidak peduli lagi dengan masa lalunya, membuat Natsu hanya berpikir bahwa masa depannya bersama gadis berambut kelam itu lebih penting dibanding masa lalu yang hanya akan menyakiti kepala.

Namun sekarang, Natsu sangat menyesal karena tidak pernah mau mencari tahu memorinya yang hilang.

Suara ketukan menyadarkan lelaki itu dari lamunan panjangnya. Pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan seorang wanita diusia akhir empat puluhan memasuki kamar Natsu, itu Ibunya.

Tanpa perlu permisi, wanita yang masih terlihat menawan itu masuk dan duduk didepan Natsu yang menatapnya kosong. Tangannya meraih selembar foto yang sejak tadi di biarkan Natsu tanpa mau menyentuhnya.

Grandine mengukir senyuman lembut ketika matanya menatap gambar sepasang bocah yang tengah berpose, “Beberapa hari yang lalu gadis kecil ini menginap disini, kan?”

Natsu diam.

Grandine menatap putranya yang membisu, lalu menyorot lembut.

“Ibu bertemu dengan keluarganya ketika keluar kota, Ibu sangat merindukan Layla. Kamu tahu? Dia sahabat Ibu, dan Ibu sudah mendengar darinya bagaimana gadis kecil manis ini sekarang sudah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang berani. Berpisah jauh dari orang tuanya, hanya untuk bertemu denganmu.”

Grandine bisa melihat pandangan Natsu yang berubah. Putranya itu kini menatap penuh rasa ingin tahu, tanpa perlu mengucapkan apa-apa, Grandine sangat paham apa yang ingin diketahui Natsu.

“Dulu kamu masih kecil, kamu belum mengerti apa-apa tentang bisnis dan berbagai macam masalah perusahaan dan sebagainya. Kamu sampai tidak mau lagi menatap Lucy, karena kamu pikir dia dan keluarganya yang menyakiti Ayah dan Ibu.”
Natsu terus mendengarkan. Dia... sangat ingin mendengarkan apapun itu yang akan Ibunya beritahukan.

My WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang