Kupersembahkan ini untuk para wanita dimanapun kalian berada.
Gemuruh petir membutakan sang langit, kala itu awan hitam menutup pergerakan mentari senja. Rintikan air hujan berderik menyentuh pucuk dedaunan. Namun tak ada yang lebih menyenangkan ketika dua insan manusia bercumbu ria di tengah hutan. Kain jarik sang wanita terurai berantakan, diiringin dengan desahan nafas tak tertahankan. Wanita itu merengkuh nikmat dipangkuan sang pria. Pinggulnya bergoyang merasakan tusukan di daerah kewanitaannya. Sungguh, rasa itu tak menghiraukan setiap gerakan yang terasa di dalam hutan Batara. Hutan yang lebat dengan pepohonan petanang yang keras.
Desahan sang wanita diiringi rengsekan dedaunan kering yang mulai melembab karena curahan ringan air hujan. Buah dada mengkal sang wanita bergoyang mengikuti setiap hentakan tubuh yang menggema. Buah dada yang mengkal dihiasi dengan kedua puting susu yang ranum menawan, tak henti-hentinya menjadi santapan liar lidah sang pria. Sang pria semakin menggila ketika tangan sang gadis membenamkan wajahnya ke buah dadanya. Tak ada yang menyangka ketika perbuatan zina mereka terlihat oleh sekumpulan burung kecil menatap dari sela ranting pepohonan. Burung itu berkicau lirih sembari melompat menghindari rintikan hujan.
Lalu, derap langkah merangsek dari kejauhan. Pasangan yang sedang bahagia itu tak mengetahui bahwa sesuatu sedang mendekat ke arah mereka.
Ternyata,
“Disini kalian rupanya?” ujar seorang prajurit tua berwajah muram dengan wajah penuh luka. Tak lama berselang, dua orang berpakaian prajurit mendekat dan berdiri di belakang prajurit tua tersebut. Dua orang prajurit di belakangnya begitu muda, walau muda mereka tak sanggup berlari mengikuti langkah cepat sang prajurit tua.
Pasangan yang sedang menikmati kebahagiannya itu terperangah dan berdiri menatap ketiga prajurit yang kebetulan lewat, atau entah alasan apa mereka dapat kemari. Sang wanita menutupi buah dada kembarnya sembari menarik kain jarik yang seharusnya ia kenakan. Rambutnya kusut dengan peluh membasahi dahi. Pipinya memerah karena nafsunya teredam. Sama juga dengan sang pria, ia berusaha keras untuk menutupi batang kejantanannya yang keras. Ia menarik sarungnya yang berjarak beberapa meter darinya, lalu mengikatnya di bagian pinggangnya. Walau demikian kain sarung itu tipis dan mencetak batang kejantannya yang menatang ke arah tiga orang prajurit gagah itu.
Sejenak ketika prajurit itu memberi waktu kepada pasangan yang usai ber-zina ini. Wajah mereka melengkungkan senyum kepuasaan, entah kepuasan apa? Hanya mereka bertiga yang tahu.
Lalu sang prajurit tertua mulai berseru kepada sang wanita, “siapa namamu, nduk?”
“Laksmi, den.”
“Laksmi, nama yang bagus,” puji prajurit tertua sembari menatap teman prajurit disamping kanannya. “Benarkan, Yodi?”
Sang prajurit muda bernama Yodi itu hanya menyeringai geli saja. Ia menatap sinis ke arah kedua pasangan yang berbusana berantakan itu.
Sang prajurit tua menatap kearah samping kirinya. Di samping kirinya, berdiri seorang prajurit muda dengan busur panah digenggamannya, anak panahnya tersampir di punggungnya dengan ikatan melalui dadanya. Mata prajurit muda itu terlihat tipis namun ia adalah seorang pemanah handal di kesatuan prajurit Ardaka. Lalu dengan seringai senyum sinisnya, sang prajurit tua berkata, “bunuh yang pria!”
Dengan cekatan, prajurit muda itu menarik salah satu anak panahnya. Busurnya terlihat lebar dengan temali karet paling lentur di seluruh Jawadwipa. Bidikannya sesaat tepat, namun sang pria yang menjadi bidikannya bergerak menghindar. Sang pria berlari ke arah semak meninggalkan sang wanita yang ketakutan diantara tiga prajurit garang ini. Melihat bidikannya berlari, sang pemanah mengarahkan bidikannya agak condong keatas lalu ia melepaskan anak panahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Putri
FantasyWarning!!! 21+ berisi kata-kata vulgar yang tidak pantas bagi pembaca di bawah umur. Kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka. Ratna, gadis bengal yang terlibat hubungan terlarang dengan seorang teman kecilnya. Padahal ia adala...