Maya
Tiada hari yang dilewatkan Maya dengan pekerjaan barunya, yaitu membantu ayahnya mengurusi persiapan penyambutan Sang Prabu. Berkali-kali, sang ayah memperingatkan Maya agar tak terlalu memikirkan tentang acara persiapan itu. Namun Maya berkelit, ia berdalih bahwa kesukaran sang ayah, juga menjadi kesukarannya. Maya ikut membantu sang ayah dengan meneliti kembali anggaran yang harus dikeluarkan. Dan kini sudah lebih dari lima ribu kepeng emas sudah dikorbankan hanya untuk membangun Astana tempat Prabu tinggal untuk sementara nanti. Belum lagi Adipati Susno juga harus membenahi beberapa tempat di Yudanta ini, termasuk Pasar Rabaya dan Dermaga Teluk Rabaya. Semuanya harus kelihatan rapi dan bersih, jika Prabu tiba nanti. Pikiran Maya kini bertambah dewasa diusianya yang cukup belia. Ia tubuh sebagaimana mesti, layaknya Putri dari Kedaton. Beruntung sekali setiap Pria mana saja yang mendapatkan hati Maya. Namun suratan takdir telah menautkan cintanya dengan seorang Pangeran dari Ardaka.
Sang calon Ratu Kedaton itu cukup gembira dengan kedatangan Prabu. Namun satu hal yang harus dipikirkan Maya. Ia harus menjadi seorang Istri, sekaligus Ratu bagi Kedaton Ardaka kelak di kemudian hari.
Hari-hari itupun hampir tiba, Maya mendengar kabar bahwa arak-arakan Prabu Aryawangsa telah tiba di Arundaya. Kadipaten yang bersebelahan langsung dengan Yudanta. Mereka tinggal memutari gunung Lawu dan menyisir telaga Sarangan. Lalu tibalah mereka di Yudanta.
Persiapanpun juga tinggal menunggu hasilnya. Astana Giri Mandala, itulah nama tempat yang akan digunakan Prabu selama tinggal di Yudanta. Padepokan dengan dinding batu ukiran yang mengelilinginya. Lalu sebuah rumah Joglo utama dengan dua buah kamar, beserta isinya. Sebuah kolam pemandian di belakang bangunan utama. Serta taman yang ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran sepanjang musimnya. Tak luput, Raden Susno membubuhkan sebuah teras yang cukup luas, agar Prabu dapat bersantai dan berbincang dengan siapa saja. Tak tanggung-tanggung, Yudanta telah mengeluarkan emas sebanyak lima ribu kepeng. Belum lagi dengan perbaikan beberapa jalan, dermaga dan pembenahan Pasar Rabaya. Namun Maya yakin bahwa kekayaan Yudanta cukup untuk membangun semua itu. Terlebih lagi beberapa hari yang lalu sang ayah berkata kepada Maya bahwa ayahnya kemungkinan akan dijadikan Patih Amangkubumi oleh Prabu. Posisi yang cukup mulia dan diincar oleh banyak Adipati di seluruh Kadipaten di Jawadwipa ini. Keputusan seorang Patih Amangkubumi juga keputusan Prabu. Ia layaknya seorang wakil dari Prabu itu sendiri.
Pertama-tama, Maya senang mendengar hal itu. Namun ia khawatir dengan kepergian ayahnya nanti, jika sang ayah benar-benar terpilih menjadi Patih Amangkubumi. Sang ayah harus meninggalkan Yudanta untuk waktu yang lama, sehingga roda pemerintahan Kadipaten Yudanta akan jatuh ke tangan kakaknya, yaitu Raden Mas Candrakanta. Maya tak tahu, akan jadi apa Yudanta ini jika kakaknya yang memimpin. Candra yang begitu keras kepala membuat Maya khawatir akan kelangsungan Yudanta ini. Terlebih lagi, Candra tak begitu suka tentang perjodohannya dengan Raden ayu Ratna.
Cahaya pagi menguraikan setiap tetesan embun di pucuk dedauan. Burung-burung berkicau nyaring bersahutan. Udara dingin menusuk tulang karena tanah pijakan begitu lembab. Maya masih meringkuk di dalam tendanya. Beberapa hari ini, ia bersama sang ayah tidur di tenda yang sudah disediakan di areal Astana Giri Mandala. Maya menganggap bekerja disini lebih efektif daripada ia harus bolak-balik ke rumahnya. Awalnya, sang ayah menolak permintaan Maya untuk tinggal di tenda. Namun akhirnya sang ayah luluh karena maksud Maya adalah membantu pekerjaan ayahnya. Maya cukup cekatan dalam menghitung kepengan-kepengan emas, perak, dan perunggu yang akan dibagikan kepada para pekerja. Sehingga sang ayah menyetujui saja permintaan Maya.
Pagi itu, Maya enggan terbangun. Wajahnya begitu pucat karena ia tertidur terlalu larut, semalam. Ia tertidur beralaskan sebuah kasur dengan dipan yang telah disiapkan. Lalu di tempat lain, terdapat meja kerja lengkap dengan kursi dan beberapa meja kecil lainnya. Semalam, ia telah membereskan pekerjaannya untuk tiga hari kedepan. Hal itulah yang membuat Maya tidur terlalu larut. Wajahnya yang pucat mengintip di sela-sela kain jarik yang melindungi tubuhnya dari dinginnya pagi. Deruan nafasnya ringan beraturan. Lalu tak lama kemudian, secercah cahaya mentari pagi menembus bagian tenda yang berlubang. Cahaya itu mengenai wajah, hingga matanya. Maya sedikit terusik dengan kilatan cahaya itu. Dengusan nafasnya berubah dan alis bergerak. Lalu gerakan kepala membangunkan tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Putri
FantasyWarning!!! 21+ berisi kata-kata vulgar yang tidak pantas bagi pembaca di bawah umur. Kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka. Ratna, gadis bengal yang terlibat hubungan terlarang dengan seorang teman kecilnya. Padahal ia adala...