Maya
Aduh! Bagaimana cara untuk mengirim keluar Nyi Sukma ke Ardaka. Batin Maya dalam keremangan batinnya. Maya akan pergi ke Kedaton Ardaka bersama rombongan Prabu nantinya, namun tak mungkin ia membawa sebuah keluarga mengikuti rombongannya.
Hanya ada satu jalan menuju ke Ardaka, yaitu melewati jalur Keprabuan. Tetapi jalur Keprabuan sedang tak aman sekarang, tidak aman bukan berarti banyak penjahat. Namun Nyi Sukma dan keluarganya akan berpapasan dengan rombongan Prabu. Maya memikirkannya sekali lagi, namun cara untuk mengirim sebuah keluarga itu sangatlah sulit. Apalagi secara sembunyi seperti ini.
Maya terkungkung dalam kamar pengapnya. Lampu sentirnya menyala redup seiring dengan minyak yang terurai ke sumbunya. Wajahnya cukup sendu memikirkan permasalahan yang ia hadapi sekarang. Beruntung, ia tak punya masalah dengan acara penyambutan Prabu nanti. Semua sudah dipersiapkan dan tinggal menunggu Prabu datang.
Pahing nanti mungkin Prabu akan tiba, dan hari itu hanya tersisa sepasar lagi. Namun Maya belum memikirkan tentang pengiriman Nyi Sukma ke Ardaka. Maya berniat bertanya kepada Ki Palinggar Jati, tetapi pasti amangkurat akan menanyakan maksudnya memberangkatkan Nyi Sukma ke Kedaton Ardaka.
"Ah,,, jalur laut!" Ide itu muncul seketika. Maya berdiri seraya merayakan pemikirannya itu. Ia harus segera ke pelabuhan Rabaya untuk menanyakan kapal-kapal yang akan berangkat ke Ardaka.
Namun...
Tuk,,, tuk,,, tuk,,, suara pintu kamar Maya diketuk oleh seseorang. Lalu suara Nyi Sasmi terdengar dari balik pintu. "Den ayu Maya."
"Masuk nyai!" Teriak Maya dari dalam kamarnya. Lalu pintu kamar Maya terbuka dan seorang dayang paling setia itu memasuki kamar. "Ada apa Nyai?"
"Romo memanggil den ayu," kata Nyi Sasmi, "sekarang Romo sedang berada di kediaman Ki Palinggar Jati. Den ayu diminta untuk menghadap."
"Baik, siapkan kereta kuda," titah Maya.
°•○●
Kereta kuda Maya melaju pelan di jalanan berbatu. Cuaca siang yang mendung membuat angin dingin bertiup cukup kencang. Maya terduduk di belakang Kusir sembari menatap rumah-rumah penduduk yang semakin jarang. Kediaman milik Ki Palinggar Jati memang jauh dari perkampungan. Ki Palinggar Jati adalah seorang amangkurat, sudah pasti ia membutuhkan tempat yang tenang untuk berpikir kedepan.
Pepohonan jati menghiasi setiap perjalanan Maya menuju rumah Ki Palinggar Jati. Lalu di ujung jalan itu terdapat sebuah rumah dengan dinding batu mengelilinginya. Sebuah Gapura dengan patung burung elang garuda menyambut siapa saja yang mendekati gerbangnya. Entah, kapan pertama kali Maya mengunjungi tempat ini. Namun sekarang rumah ini terlihat cukup seram ditengah mendungnya cakrawala. Sisa-sisa cahaya mentari menembus melewati pepohonan dan tepat berada di kepala patung burung garuda itu.
Ketika kereta mendekati gerbang, pintu gerbang terbuka. Degupan jantung Maya semakin cepat seiring dengan langkah kaki kuda yang mencongklang perlahan.
Seorang prajurit Jagabaya membuka pintu andong Maya. Lalu prajurit itu berbalik dan bersiap menunggu majikan belia itu turun dari kudanya. Dalam hati yang was-was, Maya menuruni kereta kudanya. Lalu ia melangkah di dampingi seorang prajurit Jagabaya disisinya.
"Kemarilah, putriku." Sapa Adipati Susno yang sedang duduk di kursi melingkar milik Ki Palinggar Jati. Tidak hanya sang ayah saja yang berada disana. Di pusat ruang tamu itu terdapat empat kursi dengan balutan rotan, kursi-kursi itu mengelilingi sebuah meja bundar di tengahnya. Tepat diatas meja itu terdapat lampu gantung yang lilinnya menyala temaram. Sesekali api lilin itu bergoyang mengikuti tiupan angin yang berhembus dari sela-sela dinding yang penuh ukiran. Dimeja itu, terdapat majelis kecil yang selalu Maya lakukan. Ki Palinggar Jati, Adipati Susno, serta Raden Candrakanta sudah duduk melingkari meja bundar itu. Lalu satu tempat lagi yaitu milik Maya.
![](https://img.wattpad.com/cover/122543896-288-k199037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Putri
FantasyWarning!!! 21+ berisi kata-kata vulgar yang tidak pantas bagi pembaca di bawah umur. Kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka. Ratna, gadis bengal yang terlibat hubungan terlarang dengan seorang teman kecilnya. Padahal ia adala...