Ratna
Dalam temaramnya cahaya sentir, Ratna tertidur pulas. Wajahnya begitu tenang, namun gambaran wajah itu tak sebanding dengan beban pikirannya. Sudah hampir setengah purnama ia berada di Yudanta. Lalu esok hari, ia akan berada di Yudanta untuk selamanya.
Besok adalah hari pernikahannya dengan putra Adipati Abikusno, Raden Candrakanta Abikusno. Dan di hari itu, Ratna akan menjadi putri bagi Kadipaten Yudanta. Ratna beberapa kali bertemu dengan Candra, ia adalah pemuda tampan dengan segudang pengetahuan. Beberapa kali Ratna berjalan berdua dengan Ratna, namun Ratna tak merasakan apapun. Mungkin Ratna belum siap untuk menerima pernikahan ini, atau Ratna masih mempunyai tujuan hidup tersendiri. Ketika mereka berdua, Ratna menjadi seorang gadis lugu yang tak mengetahui apapun. Bahkan ketika mereka berdua berada ditempat sepi, Candra ingin menyentuh Ratna, namun Ratna berubah seketika. Ratna yang biasanya binal dan penuh birahi, sekarang ia menjadi gadis biasa yang dipenuhi rasa malu. Ia tak ingin bertatapan langsung dengan Candra. Bahkan ketika ia berjalan, Ratna selalu menundukan kepalanya. Wajahnya kusam dan penuh pikiran itu dapat ia sembunyikan dengan baik selama ini.
Sang ibu berpesan agar tetap menjaga keutuhan Yudanta, karena Yudanta adalah bagian dari kekuasaan Kedaton Ardaka. Memang, kekuasaan tetap berada di Adipati, namun Adipati pasti mempunyai seorang Istri. Jika Ratna dapat membujuk Candra, maka keutuhan Kedaton Ardaka dapat dipenuhi. Sang ayah berpesan kepada Ratna, agar Ratna menjaga dirinya dengan baik dan jangan terlalu ceroboh dalam bertindak. Sepertinya sang ayah tak ingin menuntut lebih dari Ratna. Padahal, Ratna berpikir bahwa ia sekarang layaknya tumbal bagi sang ayah agar Adipati Susno bersedia menjadi Patih Amangkubumi di Kedaton Ardaka nanti.
Di lain pihak, Ratna juga memikirkan kehidupannya di Yudanta ini. Sudah pasti ia akan bertemu dengan orang baru, dan tinggal di rumah yang baru. Udara Yudanta yang panas dan berbau amis membuatnya beberapa kali mendengus. Memang, ikan-ikan selalu memenuhi pelabuhan Teluk Rabaya setiap hari, dan bau ikan itu menyengat hidung. Belum lagi, Ratna memikirkan malam pertamanya bersama Candra nanti. Sudah pasti Candra akan mengetahui bahwa Ratna sudah tak perawan lagi.
Pagi yang tenang itu, langit membiru gelap dan suara kepakan sayap ayam jago bersiap menyambut pagi. Beberapa penduduk mulai berlalu-lalang dan beraktivitas di pagi hari. Namun hari ini bukanlah hari biasa, semuanya penduduk akan berkumpul di Astana Giri Mandala untuk menyaksikan pernikahan sang penerus tahta. Semua sudah dipersiapkan mulai dari tahta pelaminan hingga hiasan tenda, lalu terdapat sebuah kolam buatan kecil dan diseberangnya berisi aneka gamelan yang siap meramaikan acara. Semuanya mewah karena putri sang penguasa akan menikah seorang putra adipati. Pagi yang begitu dini itu, para prajurit hingga dayang dan kacung terlalu sibuk untuk mempersiapkan acara. Acara yang akan dihadiri ribuan orang, semua akan tumpah ruah di acara pernikahan Raden Candrakanta Abikusno dan Raden Ayu Ratnahastra Aryawangsa.
Namun pagi masih terlalu dini untuk membangunkan Ratna dari tempat tidurnya. Ia tertidur lelap merasakan kilasan mimpi yang tak pernah kunjung usai. Ratna terlalu memikirkan sesuatu hal yang membuatnya untuk berdiri tegak atau berlari menghindar. Ia masih terlalu muda untuk menikah, bahkan ia harus melalui acara Langkahan dahulu sebelum menikah, karena ia menikah lebih dulu ketimbang sang kakak, Raden Sahastra Aryawangsa. Acara hikmat itu hanya dihadiri oleh pihak keluarga dan orang terdekat Kedaton saja.
Selaksa takdir yang tak dapat dihindari, keinginan Ratna merajuk dan memupuskan segala kehendak diri. Ratna kini bagaikan ikan yang berenang terbawa arus air, dan orang bijak berkata, hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus air. Ratna tak dapat melawan dan menghindar dari takdir pernikahan ini. Tak peduli seberapa kuat ia melawan, tak mungkin ia menambah aib keluarganya. Keluarganya adalah keluarga nomor satu di Jawadwipa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Putri
FantasyWarning!!! 21+ berisi kata-kata vulgar yang tidak pantas bagi pembaca di bawah umur. Kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka. Ratna, gadis bengal yang terlibat hubungan terlarang dengan seorang teman kecilnya. Padahal ia adala...