Vote and Comment
Happy reading
Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam ruang peristirahatan Ryle. Jiwanya yang separuh terbangun mulai menggeliat berinteraksi dengan dunia nyata. Mata lentiknya mengerjap menyesuaikan cahaya terang yang menyilaukan mata, sakit pada tubuhnya mulai terasa akibat berjam-jam tertidur dengan posisi telungkup diatas meja."Terlalu lelah atau mungkin kau memiliki jiwa yang pemalas?" Ia bertanya pada dirinya sendiri di depan cermin.
Dengan langkah gontai ia berjalan menuju tempat dimana beberapa orang melakukan aktifitas mengisi perut. Raut wajahnya menampakkan ke-tidaksetujuan saat menatap Lelaki yang cukup tampan di sebelah ayahnya.
"Morning, My Lily?" Sapa Mack hangat.
"Diamlah, Mack! Sangat menjijikkan saat kau memanggilku Lily." Bentakan Ryle yang sedikit diselingi dengan kekehan halusnya.
"Mungkin tiga atau empat hari lagi uangku akan habis, kau bisa menambahkannya atau mungkin memberikan selebihnya?" Ryle berucap santai dihadapan Mack.
"Tapi, tidak untuk ke Bar dan bertemu Bocah itu!"
"Akan aku pikirkan?" Ryle beranjak dari tempat duduknya dan mengecup pipi ayahnya singkat.
Ia mempercepat langkahnya menaiki anak tangga, tubuhnya dirasa sangat lengket dan menjijikkan. Ia meraih handuk tebalnya dan memasuki kamar mandi yang beraroma lavender.
Dilepasnya seluruh pakaian yang melekat hingga habis tak bersisa, lalu memasuki Bath-up yang telah diisi air sabun. Tak lupa ia meraih sepuntung rokok dan menghidupkan pematiknya. Aroma lavender dan bau asap rokok bercampur menjadi satu mengisi setiap sudut kamar mandi tersebut.
Tiba-tiba ponsel Ryle berdering keras, dengan cepat ia meraih benda tersebut yang diletakkannya diatas Wastafel. Nama yang tidak asing lagi disana, Alex Albern sang kekasih.
"Morning, Babe?" Sapa seseorang disebrang sana yang menghubungi via Video Call. Wajahnya tampak cerah dan dapat ditebak bahwa ia sedang terlentang diatas ranjang.
"Kau menghubungi disaat yang tidak tepat," Ryle meletakkan ponselnya di sebelah kran air. Ia menghadap layar ponsel dengan posisi telungkup.
"Woah, kau sedang berada di kamar mandi rupanya? Di dalam genangan air sabun, huh?" Wajah Alex berbinar terlihat Mesum.
Ryle hanya menganggukkan kepalanya dan menatap Alex remeh.
"Jangan sampai kau bermain dengan penismu sendiri, karena jika kau melakukannya maka aku akan membuatmu tersiksa!""Aku tidak sedang melakukannya, apa lagi saat aku sedang berada di tempat orang."
Ryle terlonjak kaget, ia baru menyadari bahwa Alex sedang berada di atas ranjangnya karena ia terlihat sedang menopang dadanya menggunakan bantal kesayangannya.
Dengan cepat, ia meraih handuk yang tergantung dan menutupi tubuhnya tanpa mengikatnya secara langsung.
"Kau gila? Jika Ayahku mengetahui kau berada disini maka kau akan mati!""Sstts! Tenanglah, Aku menguntit ayahmu yang baru saja melenggang pergi. Mungkin ia menuju kantor pujaannya?" Alex menggenggam lengan Ryle yang berada didadanya, sontak handuk yang ia pakai terlepas menampakkan tubuhnya yang polos.
"Sudahlah! Aku ingin membersihkan tubuhku, jika kau ingin ikut? Silahkan saja." Ryle melenggang pergi, pinggulnya bergerak berirama dengan langkah kakinya membuat Alex harus menahan hasratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Killer✔
Romance[COMPLETED] Kisah cinta segitiga memang selalu membawa bahagia sekaligus petaka dalam waktu yang sama. Sehingga, orang-orang yang terjerumus ke dalam lingkaran cinta segitiga akan mengalami hal-hal yang dilematis. Mereka tidak bisa bahagia secara ut...