XXIX - sorry

3.6K 109 9
                                    

Happy Reading
Vote and Comment

"Apa yang akan aku kenakan, Jack?"

Jack memijat pelipis nya. Sedari tadi Ryle sibuk berteriak dan menghambur-hamburkan pakaian di lemari.

"Ini hanya pertemuan biasa. Mungkin Hugo ingin mengatakan sesuatu padamu."

Ryle menatap Jack yang terus memandanginya dengan ekspresi geram.
"Tapi, aku ingin berpenampilan menarik saat bertemu dengannya."

"Ini! Kenakan ini!"

Jack menyodorkan sebuah lingerie berwarna merah cerah kepada Ryle.
"Kau gila?"

"Baiklah, gunakan ini, ini, dan ini."

Ryle mengambil satu persatu pakaian yang Jack lempar. Kejam sekali Jack melempar pakaian itu tepat di kaki Ryle. Tanktop hitam dibalut dengan kemeja berwarna navy blue, dan dipadukan dengan hotpants jeans.

Ryle mematut dirinya di depan cermin, entah kenapa jantung nya berdetak ketika ingin bertemu dengan Hugo.

"Kau bisa mengikat rambutmu seperti ini,"

Seperti terlatih, Jack mengikat rambut Ryle dan memberikan sebuah pita kecil di sisi rambutnya. Sangat cantik walau sederhana.

"Kita berangkat sekarang,"

Mereka segera pergi menuju Apartemen Hugo. Saat di dalam mobil, Ryle hanya diam memperhatikan jalanan yang ramai dari jendela. Ia hanya memikirkan hal apa yang akan ia bicarakan pada Hugo nanti.

Sebuah jemari menggenggam erat jemari Ryle. Mengusap nya dengan maksud untuk menenangkan.
"Apa yang kau khawatirkan?"

"Tidak ada, aku hanya memperhatikan keramaian kota ini."

"Jika terjadi sesuatu, aku selalu membantumu. Aku akan menunggumu di loby."

Ryle mengangguk mengucapkan terima kasih pada Jack. Baik sekali pria yang bersamanya saat ini, jika dibandingkan dengan sikap Hugo padanya akhir-akhir ini.

"Kita sudah sampai."

Mereka berjalan memasuki lobi apartemen, meninggalkan Jack yang seharusnya menunggu Ryle sampai ia selesai dan memutuskan untuk pulang.

Beruntung bahwa Ryle masih mengingat dimana letak kamar Hugo. Ia segera mengetuk pintu nya dengan hati-hati.

"Apa kau didalam?"

Tak ada sahutan dan tanda-tanda seseorang di dalam. Ryle lupa jika jarak kamar dan pintu cukup jauh. Mungkin saja Hugo tertidur dengan pulas hingga melupakan semuanya.

Ryle mendorong pintu yang sama sekali tidak terkunci. Ia tak henti-henti nya menahan senyum bahagia saat ingin menatap langsung wajah Hugo. Samar-samar ia mendengar suara percakapan dari dalam.

Ia mempercepat langkahnya agar masuk dan menemui Hugo langsung. Tapi, senyumnya seketika pudar dan seakan jantungnya ditusuk ribuan tombak. Ia begitu kaget dan tak bisa berkata apa-apa saat menatap hal di hadapannya.

Suaranya seakan tercekik dan karena suaranya lah 'mereka' menghentikkan kegiatannya.

"Ryle?"

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang