XXI - Oh

2.6K 96 6
                                    

Happy Reading
Vote and Comment

Wanita itu berdiri di depan cermin besar menatap diri nya yang menyedihkan. Bibir nya terangkat saat mengingat Delancy dan Hugo adalah pasangan yang sejak lama terpisah. Siapa yang bahagia di sini dan siapa yang menyedihkan disini. Ryle yang pastinya kategori wanita menyedihkan tersebut. Ia berusaha keras untuk mendapatkan hati Hugo agar bisa mencintai dirinya.

Bahkan lebih menyedihkan saat mengetahui Delancy dan Hugo sudah memiliki anak. Ryle mengusap perutnya yang rata, ia berharap akan datang keajaiban padanya. Mengandung buah hati Hugo adalah suatu anugerah yang ingin ia rasakan, beruntung menjadi wanita seperti Delancy.

Ryle terkekeh sendiri menatap dirinya,
"Kenapa kau sedih? Bukankah ia terlihat bahagia saat istrinya datang. Ternyata Hugo lebih cocok bersanding dengannya daripada aku. Ayolah, Ryle! Kau harusnya sadar, dirimu lebih cocok menjadi jalang ketimbang menjadi pendamping hidup Hugo."

Ryle berbicara tidak jelas pada dirinya sendiri, terkadang pembicaraannya cukup menyedihkan saat didengar. Ia sedikit menarik kerah kemeja yang ia kenakan memperlihatkan kissmark pada leher dan dadanya. Kenapa dirinya mendapatkan kebahagiaan hanya sementara.

Beralih menuju walk in closet, ia memilah pakaian untuk dikenakan. Sweater rajut tebal dan jeans hitam menjadi pilihannya. Ia akan pergi untuk tiga jam kedepan menemui Ayahnya. Mungkin akan meringankan sedikit masalah dan melupakan sedikit rasa sakit hatinya.

Pasangan yang sedang duduk bergelayut mesra di hadapan televisi menonton acara kesayangan mereka. Delancy bersandar di dada Hugo seraya menyantap camilannya. Sedangkan Hugo tengah memeluk Delancy erat agar dirinya merasa hangat. Mereka duduk dengan selimut tebal yang menutupi tubuh dua insan tersebut. Jemari Hugo mengusap kepala Delancy dengan sayang, sesekali ia mengucup puncak kepalanya.

Pintu yang sedikit terbuka memudahkan orang lain melihat kemesraan yang mereka lakukan. Hati wanita tersebut bagaikan ditusuk ribuan jarum saat melihat Hugo yang tak pernah melakukan hal itu kepada dirinya. Tapi, Ryle bukanlah prioritas yang mampu membuat Hugo melindungi bahkan mengasihi segalanya untuk diri Ryle. Ryle hanyalah wanita yang menjadi rekan kerja seorang Hugo Damares.

Bibirnya tertarik keatas saat membayangkan dirinya yang berada diposisi Delancy. Tapi, lagi-lagi iti hanyalah sebuah harapan yang telah pupus.

Tangannya mengusap air mata yang sudah jatuh ke pipi. Ia segera mengetuk pintu kamar Hugo dengan pelan. Seketika dua pasangan yang tengah berdekapan menoleh ke sumber suara.

"Masuk."

Kakinya memaksa untuk melangkah memasuki kamar itu, kamar yang tadinya ia dan Hugo gunakan untuk melakukan hubungan cinta. Delancy segera bangkit dari sandaran Hugo, ia tersenyum melihat Ryle yang memasuki kamar suaminya.

"Ada apa, Ryle? Kau butuh bantuan?"

Ryle menggeleng, ia mengangkat kepalanya agar terlihat seperti biasa tanpa ada kesedihan. Lagi-lagi ia tertawa walau tidak ada hal yang lucu atau lelucon.

"Aku ingin mengunjungi, Mack. Hanya berpamitan pada kalian, aku takut jika kalian berfikir bahwa aku hilang begitu saja." Ia menggaruk kepalanya dan melambaikan tangannya pada Hugo dan Delancy.

"Kembali dan jangan coba untuk menghilang dari sini." Ryle sudah menduga pasti Hugo memintanya untuk tinggal disini, tidak memperbolehkan dirinya pergi kemana pun tanpa Hugo tau. Bukan berarti Hugo takut kehilangan sosok Ryle, ia hanya takut kehilangan rekan jahatnya.

"Sebentar! Mack meninggalkan sesuatu di gudang." Hugo ingin memberikan jam Mack yang tertinggal.

Ryle mengangguk dan membalikkan tubuhnya untuk keluar.
"Sebentar sayang,"

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang