XIV - He fucking attracted

3K 106 3
                                    

Happy Reading
Vote and Comment


"Kau sudah siap?"

Wanita itu menoleh ke sumber suara menatap lelaki yang berdiri di belakang nya. Lelaki itu sudah siap dan rapi dengan jas hitam favorit nya. Ryle tersenyum dan beranjak dari tempat duduk nya, berjalan keluar seakan siap menemani Hugo yang sekarang menjadi rekan nya.  

"Bergegaslah aku sudah sangat siap!"

"Jadi, Kau benar-benar menerima tawaran ku?" Tanya Hugo saat memasuki mobil.

"Ya, aku pikir bukanlah hal yang sulit."

Hugo menolak perjanjian yang pernah mereka buat bahwa jika Hugo membantu melenyapkan Mack maka Ryle akan membayar dengan cara memberikan tubuh nya dengan cuma-cuma. Bukan berarti Hugo tidak menginginkan Ryle tetapi nyatanya ia memang menginginkan Ryle sejak awal. Satu hal yang dapat membayar Hugo yaitu menjadikan Ryle sebagai rekan nya dalam melakukan tugas apapun.

"Tidak ada hal yang harus dilakukan." Hugo berucap berdampingan dengan Ryle dibangku penumpang.

"Jadi, untuk apa kita pergi?"

"Aku ingin mengajarkan padamu suatu hal," Hugo bersikap seolah-olah ia adalah sosok misterius yang penuh teka-teki.

"Kau tau? Aku sangat mencintai pekerjaanku walau sangat menyulitkan. Entah apa aku bisa meninggalkan pekerjaanku sendiri, tapi pekerjaan sudah mendarah daging padaku." Hugo tampak bercerita sedikit kecintaan nya pada pekerjaan nya.

"Tak apa, kau pasti bisa jika kau mau meninggalkan pekerjaan mu.  Aku bisa membantu?"

Hugo menggeleng dan terkekeh.
"Sayangnya aku tidak memerlukan bantuan mu,"

"Well, kita sudah sampai." Hugo membenahi jas hitam dan dasi nya. Tak lupa ia memakai kacamata hitam yang menambah ketampanan nya.

Ryle terlihat mengacak pinggang setelah melihat ke sekitar tempat tersebut. Ada satu buah rumah berukuran sedang yang memiliki lapangan hijau yang sangat luas. Mungkinkah Hugo mengajak Ryle untuk bermain golf.

"Kau bisa berkeliling, aku akan membawa beberapa perlengkapan."

Selang beberapa menit, Hugo datang membawakan dua tas besar dan tiga kardus minuman botol.

"Wow! Perlu bantuan, huh?"

"Tidak!"

Ryle mengendikkan bahu nya.
"Dimana semua anak buah mu?"

"Aku memberikan mereka uang agar pulang menggunakan taksi."

Ryle membantu Hugo membenahi barang berserakan itu.
"Kenapa kau mengusir mereka?"

"Karena disini aku hanya ingin berdua dengan mu!" Semburat merah yang berada di pipi Ryle menunjukkan bahwa ia tersipu malu.  Ia tidak tau bahwa perkataan Hugo hanya bualan agar membuat Ryle diam.

"Jangan mengganggu, aku sedang mengurus perlengkapan bodoh ini,"

Ryle berjalan acuh dengan perasaan hati nya yang masih berdebar-debar. Ia duduk menikmati hijau nya lapangan luas dan segar tersebut. Jika tinggal di tempat yang jauh dari perkotaan mungkin bisa menghilangkan stres dan semacam nya.

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang