XIX - Sorry, Dad.

2.5K 89 4
                                    

Happy Reading
Vote and Comment

"Kenapa kau takut jika Ryle membencimu? Apa kau jatuh cinta padanya?"

Deg,,,

Hugo seakan terpaku mendengar pertanyaan Jack. Tidak mungkin hal itu terjadi, bahkan beberapa tahun yang lalu ia berjanji tidak akan mencintai orang lain selain wanita pujaannya. Tetapi, apa mungkin perkataan Jack merupakan sebuah fakta yang belum ia sadari.

Jack menepuk pundak Hugo.
"Katakan saja jika kau menyukainya, tidak ada salah nya untuk belajar membuka hati pada wanita lain. Istri mu tidak akan kembali,"

Hugo menatap tajam Jack, ia benar-benar merasa tersinggung setelah Jack mengatakan tentang istrinya yang menghilang.
"Jangan ungkit masalah itu lagi, aku tidak mungkin menaruh rasa pada Ryle. Biar aku sendiri yang mencari taksi itu!"

"Terserah! Kepalamu cukup keras sulit untuk dipecahkan!" Teriak Jack seraya terkekeh.

Ryle masih belum menyadari jika taksi ini sudah memiliki penumpang, seseorang di sebelahnya pun hanya diam saja seraya menatap Ryle dengan penuh kerinduan. Pikirannya berhamburan karena bingung harus melakukan apa. Akhirnya ia memilih untuk bergumam dan sedikit mengetuk pintu agar sang supir melajukan mobilnya.

"Maaf, bahkan aku belum mengatakan tujuanku?"

"Kita akan pulang, nak."

Bisikan itu membuat Ryle merinding, tidak mungkin ada arwah Mack di dalam mobil ini. Ah, mungkin saja Hugo membunuh Mack di dalam taksi ini. Pikir Ryle konyol.

Tapi, matanya tidak sengaja melirik ke sisi kanan melihat diri Mack di sana. Matanya membelalak dan jatungnya hampir meloncat. Arwah Mack bergentayangan di dalam taksi. Wajah dan tubuh itu tetapi sangat nyata jauh berbeda dengan arwah.

Ryle mengusap matanya.
"Arwah macam apa kau?"

Mack tiba-tiba memeluk Ryle melepas kerinduannya. Cukup lama ia disekap oleh Hugo di dalam gudang, tidak lebih tepatnya disembunyikan di dalam rumah sederhana. Akhirnya ia bertemu dengan putri kesayangannya.

Ryle mendorong Mack agar terlepas dari perlukannya. Ia masih menatap Mack tidak percaya. Bagaimana bisa Ayahnya hidup kembali.

"Kenapa? Kenapa kau masih di dunia ini?"

"Apa yang kau bicarakan, nak?"

Ryle menggeleng pelan. Ia ingin mendengar hal yang telah terjadi saat ini.
"Akan aku ceritakan semuanya padamu, tapi berjanjilah untuk mendengarkan permintaanku."

Ryle mengangguk pasrah agar ia dapat mendengarkan semua alasan kenapa Mack masih hidup.

Mack terlihat frustasi menghadapi pekerjaannya. Ditambah lagi dengan masalah yang terjadi pada dirinya dan Ryle. Semakin banyak kasus yang ia tangani semakin bertambah pula beban yang ia dapatkan.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengunjungi Caffetaria terdekat. Hanya berjalan beberapa menit saja sudah sampai pada tujuan. Ia memesan satu cangkir white coffe, seraya menunggu pesanan datang sempat-sempat ia memeriksa Gadget nya jika ada hal penting yang mendadak.

Pelayan yang membawakan kopi sangat terlihat asing dan mencurigakan. Wajah nya terlihat cukup elastis dan berminyak, rambutnya pun terlihat agak kasar. Tapi, Mack hiraukan dan langsung meneguk kopi yang tanpa ia ketahui sudah di campur dengan obat tidur.

Obat sangat cepat bereaksi sehingga membuat ia tidur tanpa ia sadari. Orang yang menyamar sebagai pelayan segera pergi dan berganti pakaian, ia sekarang sudah mengenakan pakaian bak dokter.

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang