XX - My Wife

2.9K 105 14
                                    

Happy Reading
Vote and Comment

Taksi berhenti tepat di depan pagar tembok yang menjulang tinggi. Wanita itu tersenyum saat melambaikan tangan pada pria paruh baya di dalam taksi itu. Saat taksi sudah berbalik arah dan menjauh, barulah wanita itu memasuki perkarangan rumah nan megah dihadapannya.

Dua pengawal berbadan kekar mengangguk saat Ryle bertanya keberadaan Hugo. Rumah ini tetap sunyi seperti tidak ada penghuninya. Ryle memasuki ruang dimana Hugo beristirahat, kamar yang didominasi warna hitam dan abu-abu tersebut nampak gelap dan dingin.

Ia mencari keberadaan Hugo di sekeliling kamar, tetapi tak ada Hugo di sana.
"Hugo, aku ingin bicara padamu."

Masih tidak ada tanda-tanda keberadaan Hugo. Ryle memutuskan untuk menunggu, sampai-sampai ia tertidur karena lelah.

Dua pria masuk ke kamar Hugo, mereka kaget karena menemukan Ryle yang tertidur di atas ranjang Hugo cukup pulas. Salah satu diantara pria itu berusaha untuk membangunkan Ryle, ia menepuk-tepuk pipi Ryle pelan. Wanita itupun menggeliat mencoba mengumpulkan kesadarannya.

"Ehm, Jack. Aku pikir kau penjahat," Ryle berbicara dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Jack saat duduk bersebelahan dengan Ryle.

"Aku menunggu Hugo di sini, karena lelah jadi aku memutuskan untuk tidur sebentar."

Jack terkekeh dan berjalan mendekati Hugo, ia sempat menyikut Hugo agar mendekati Ryle dan mendengarkan apa keinginannya. Hugo memasukkan tangannya kesaku, ia mengajak Ryle berbicara di balkon saja.

"Ah, cuaca nya cukup dingin."

"Jangan salahkan cuaca jika kau merasa kedinginan, kenapa kau tidak menggunakan pakaian berlengan panjang?"

Ryle menyilangkan kedua lengannya dan mengusap-usap nya agar memberikan sedikit rasa hangat.
"Bisakah kita berbicara di dalam saja?  Aku sudah hampir kedinginan."

Mereka kemudian kembali masuk dan Hugo menutup pintu kaca yang tingginya hampir tiga meter. Wanita itu hanya memperhatikan Hugo yang tengah melepas jam, jas hitam, serta dasinya. Tak lupa ia melepas tiga kancing atasnya. Ryle hanya menelan saliva nya saat melihat Hugo yang cukup seksi dimatanya.

Tanpa Ryle sadari ia menyentuh tengkuknya sendiri, bahkan sedikit mengelus bibir nya akibat menatap Hugo terlalu lama.

"Hei!"

"Ah, shit!" Ucap Ryle tiba-tiba.

"Kau duduk disana hanya diam tanpa mengucapkan apa-apa?"

Hugo duduk bersebelahan dengan Ryle, kini ia menatap Ryle karena ingin mendengarkan sesuatu.
"Sebenarnya aku ingin marah padamu, tapi entah kenapa aku tidak bisa."

"Aku mengetahui semuanya, termasuk hal yang kau lakukan pada Mack. Tadi aku bertemu dengannya di dalam taksi, ia menceritakan semuanya padaku. Untuk apa kau menyembunyikan Mack? Padahal aku meminta mu untuk membunuhnya bukan menyembunyikannya. Kau berbohong, kau telah berbohong padaku. Jelaskan semua alasan yang kau miliki, Hugo!"

Pria itu berdiri dan menatap ke luar jendela. Ia menyunggingkan senyuman sinisnya. Ia berfikir bahwa wanita yang sedang berbicara padanya adalah wanita berpikiran dangkal, tidak pernah menghormati orang tua, bahkan egois walau hanya sedikit.

"Kau terkejut melihat Mack masih bernyawa?" Ryle diam sebagai jawaban karena ia memang terkejut melihat Mack masih hidup.

"Bukankah sekarang hubungan kalian sedikit membaik? Kau harusnya sadar bahwa dirimu tidaklah berarti jika tanpa tanggung jawab dari Mack, ayahmu itu. Untuk apa aku menuruti perkataanmu? Itu sama saja merugikan untukmu. Aku masih berbuat baik untuk tidak benar-benar membunuh Mack. Mungkin jika Mack benar-benar mati dan aku mengungkit masa-masa dimana kau bahagia bersamanya, mungkin saja kau akan menyesali perkataanmu. Dan, aku rasa kau harus bersikap selayaknya pada Mack. Aku tau ia selalu mempertaruhkan apapun demi membahagiakan dirimu sendiri! Menjadi single parent sangatlah tidak menyenangkan."

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang