Happy Reading
Vote and CommentDengan santainya ia duduk dengan mengangkat kaki di atas meja. Angin pagi menerpa rambut gelombangnya, bertabrakan bersama Asap rokok yang dihisapnya. Ia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya tanda akibat ketidaksabaran yang ia hadapi.
Beberapa menit yang lalu, ia menghubungi Hugo dan memintanya datang menuju kemari. Tak tanggung-tanggung Hugo menjawab akan segera datang dalam beberapa menit.
Tangan besar menyentuh pundaknya, sontak membuat ia tersentak kaget.
"Turunlah untuk sarapan, sebentar lagi aku akan berangkat mungkin kau akan aku tinggal beberapa hari."Asap rokok berterbangan setelah Ryle menghembuskannya.
"Aku akan turun, tetapi setelah kau pergi." jawabnya datar.Mack hanya menghembuskan nafasnya berat. Jangan katakan bahwa Ia adalah Ayah atau Pria yang lemah, Mack hanya ingin mendidik anaknya dengan caranya sendiri tidak akan ada kekerasan yang ia berikan pada Ryle.
"Aku hanya menyampaikan, dan aku minta tidak akan ada kekacauan selama aku meninggalkanmu."
"Good bye!"
Mack berjalan tegap memasuki mobil hitamnya, Ryle dapat mengetahuinya karena ia masih berdiam diri di balkon rumah dan menatap kepergian Ayahnya. Mobil melaju normal meninggalkan halaman rumah.
"Sial! Ia tidak meninggalkan uang untukku?"
Kakinya terhentak menuruni anak tangga, ia akan menuju daput untuk mengambil kaleng bir. Walau Ryle telah menguk bir, tetap saja ia menggerutu melampiaskan kekesalannya.
Terdengar suara ketukan sepatu yang berjalan mendekat. Penasaran, Ryle berjalan mengendap-endap memeriksa siapa yang ada di dalam rumahnya. Ia masih menggenggam kaleng bir, bersiap akan melemparnya menuju wajah pencuri itu.
Kepalanya menoleh ke kanan berhadapan pada pintu menuju ruang kerja Ayahnya. Tidak ada seorang pun disana, ia meluruskan posisinya setelah dirasa keadaan di sana cukup aman.
"Aarghg! Get out, Demon!!!" Kepalanya menyentuh dada bidang lelaki yang memakai Tuxedo hitam. Lelaki tersebut masih dengan berdiri tegap tanpa ada pergerakkan, Ryle curiga dan mendongakkan kepalanya. Sempat-sempatnya ia berfikir tentang tinggi badan lelaki dihadapannya.
"Who you are?"
"Who I am?" Lelaki tersebut berbalik melontarkan pertanyaan kepada Ryle dan melipat kacamata hitamnya.
Mata Ryle melebar sempurna,
"I know You, Mr. Damares! Wellcome to my home!"Hugo masih tidak menampakkan ekspresi senyumnya, ia berjalan santai menaiki anak tangga tanpa ada perintah dan persetujuan dari pemilik rumah.
"Follow me!"
Hugo meneruskan jalannya dan masuk ke dalam kamar Ryle, ia berjalan mendekati meja rias dan meraih kotak perhiasan berwarna gelap tersebut.
"Kau tidak menyukai banyak perhiasan?"
Ryle menggeleng semangat dan masih menahan senyumnya. Kini, Hugo beralih membuka lemari yang tergantung pada dinding. Ia terkekeh melihat apa yang berada di dalam lemari tersebut.
"Aku menyukai pakaian dalammu, sepertinya kau seorang kolektor pakaian dalam."
Pemilik pakaian dalam tersebut hanya tersenyum kikuk, ia sangat malu begitu Hugo memeriksa satu- persatu pakaian dalamnya.
"Untuk apa kau memeriksa pakaian dalamku!"
"Kau memerlukan bantuan?" Hugo mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan Ryle.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic Killer✔
Romance[COMPLETED] Kisah cinta segitiga memang selalu membawa bahagia sekaligus petaka dalam waktu yang sama. Sehingga, orang-orang yang terjerumus ke dalam lingkaran cinta segitiga akan mengalami hal-hal yang dilematis. Mereka tidak bisa bahagia secara ut...