III - Mission

5.7K 213 2
                                    

Happy Reading


Pisau tajam yang tersusun rapi diatas meja memantulkan sinar cahaya yang mengkilapkan mata. Tajam nya pisau tersebut mungkin bisa menggoreskan kulit seorang walau hanya satu sayatan. Lelaki itu terus menimbang-nimbang pisau mana yang akan ia bawa dan gunakan.

"Tidak menarik. Ambilkan aku satu pisau buah!"

Ia memerintah salah satu kaki tangannya untuk mengambil pisau buah yang ia minta. Namun, tak ada pergerakan dari kaki tangan tersebut, ia malah bertanya apa guna dari pisau buah yang tak mampu untuk membunuh satu orang.

"Aku tidak memerlukan senjata api untuk memusnakan orang, pisau buah saja sudah cukup untuk melayangkan nyawanya. Kau mau mencoba?"

Pertanyaan Hugo mampu membuat orang-orang disekitarnya terdiam. Ia memutuskan untuk menghampiri mobilnya daripada berdiam diri menunggu sang kaki tangan mengambil benda tajam itu.

"Lelaki tua ini hanya bisa menyusahkan!" gumamnya seraya mengepalkan jemarinya.

Ketukan dari kaca mobil mampu membuatnya kembali terduduk tegap, ia segera mengambil benda tersebut lalu memasukkannya pada saku jas hitamnya.

"Semoga berhasil, Hugo!"

Ban mobil berdecit, dan melaju kencang menuju Pelabuhan. Hugo memiliki misi yang ia pikir sangat mudah ia lakukan karena nyatanya, target yang ia incar hanya orang yang berprofesi sebagai nelayan kelas bawah.

Hugo tidak terlalu ambil pusing untuk mengetahui apa alasan ia harus membunuh nelayan itu. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar ia dapat menguasai harta yang dimiliki Sang Bos besar.

Tiga puluh menit perjalanan ia tempuh akhirnya membuahkan hasil. Ia menatap satu persatu orang yang sibuk dengan aktifitas mereka. Sebagian orang menatapnya asing dan aneh. Dan sebagian orang lainnya tidak perduli atas kedatangannya.

"Dimana Nelayan tua itu? Wajahnya pun sulit dikenali."

Hugo berjalan pelan dan tersenyum miris.
"Sepertinya gadis kecil itu akan kehilangan Ayahnya,"

Dari kejauhan, ia telah memberi aba-aba kepada Kaki tangannya untuk menembakkan cairan yang mungkin akan bisa melumpuhkan Nelayan tersebut. Hugo berjalan santai menuju Nelayan itu, dan ia sempat tersenyum pada gadis kecil yang ada digendongan Ayahnya.
"Katakan selamat tinggal pada Ayah yang kau sayangi, gadis kecil,"

Hugo menancapkan pisau buah dari arah belakang, lebih tepatnya pada area dada dan jantungnya. Bukan hanya satu pisau, melainkan tiga pisau sekaligus. Ia segera menarik kembali tiga pisau tersebut dan berjalan santai seraya memegang tiga pisau berdarah.

"Gadis kecil yang malang!"

Teriakan tangisan anak tersebut membuat semua orang berteriak cemas. Bodohnya lagi mereka tidak menyadari adanya aksi pembunuh tersebut.

"Misi selesai."

Ia melanjutkan perjalanan pulang menuju salah satu markas besarnya. Dengan senang hati ia pasti akan mendapatkan sejumlah uang yang cukup besar.

•••

Ia memasuki sebuah markas mewah yang terletak di kawasan jauh dari pemukiman. Markas tersebut di desain sedemikian rupa agar tidak terlihat mencurigakan.

A Romantic Killer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang