1

10.6K 503 11
                                    

Aku bergerak gelisah di dalam kamar mandi, ya.. Hanya disini tempat yang sangat aman di kamarku. Tempat yang paling membuatku tenang dan tegang disaat yang sama.

Tuk...
Tuk...
Tuk...

Suara langkah kaki itu menggema, mendekat perlahan menuju ke pintu kamar mandi dan beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu yang membuatku semakin menenggelamkan tubuhku dalam bathtub.

Tok..tok...

"Sayang, are you okay?" Suara itu.. Suara yang menenangkanku dan suara yang paling kuat menahanku untuk tetap bertahan disini. Bertahan dari semua tekanan yang di berikan orang-orang di sekitarku.

Jangan tertawa, Uchiha Sasuke tidak akan pernah terpengaruh pada tekanan dan intimidasi dari siapapun. Kecuali... Uchiha Fugaku—ayahku, dan Uchiha Itachi–kakakku.

Aku bangkit dan keluar dari sana, kemudian membuka kamar mandiku dan berjalan gontai ke arah ibuku yang masih berdiro beberapa langkah di depan pintu kamar mandi, "Yeah.. Bu, I'm okay... Don't worrying me.." Aku meraih handuk yang ibuku beri dan melihat ibuku tersenyum manis membelai wajahku yang sudah memucat karena terlalu lama berendam dan masih menggunakan pakaianku yang basah.

"Ganti bajumu." Ibu berjalan ke arahku sambil membawa setelan celana santai selutut berwarna krem dan sebuah sweater berwarna cokelat.

"Baiklah," Aku menyahut pakaian yang di berikan ibuku dan masuk ke dalam sana lagi untuk berganti baju. "Jangan berendam lagi, Sasuke!" Kata ibu yang berteriak dari luar kamar mandi dan aku hanya tersenyum tipis menanggapinya. Yaah walaupun ibu tidak melihatnya sih.

Aku keluar dari sana, dan kakiku tergerak menyusul ibuku yang duduk di sofa kecil berwarna gading yang menghadap langsung ke balkon kamarku.

"Ada apa Ibu? Apa aku berbuat salah lagi? Kupikir aku tidak melakukan apapun..." Aku bertanya pada Ibu, dan ibu hanya tersenyum teduh sambil membelai sisi kepalaku.

"Tidak, sayang... Kau tidak melakukan kesalahan apapun.." Ibu masih membelai kepalaku dan menatapku sendu. Ahh aku benci tatapan ibu yang seperti ini.

Sejak enam tahun lalu aku di sekap di dalam kamar ini karena aku ketahuan mabuk dan terlibat kecelakaan fatal di persimpangan dekat SMA-ku dulu. Hingga membuat ayah dan kakak marah dan akhirnya aku di kurung di sini seperti Rapunzel. Untuk sekolahpun aku berakhir dengan home schooling dan tidak melanjutkan kuliah karena aku masih di sekap di sini, bahkan setelah Ayah wafat.

Aku menatap Ibu, melihat guratan khawatir dan sedih dalam mata kelamnya, oniks Uchiha."Ibu ada masalah?" Aku bertanya pada Ibuku yang masih menatapku sendu. Ia menggeleng menandakan bahwa ia baik-baik saja.

"Ibu bohong..." Aku tahu ibu bohong. Aku bangkit lalu menuju nakas yang ada di dekat ranjangku mengambil sesuatu disana.

Aku mengambil cutter yang ada di dalam laci nakas, kemudian aku menggoreskannya di lengan kiriku. Rasanya sangat menyenangkan asal kalian tahu. Aku terbiasa melakukan self-hamr untuk menghilangkan keteganganku dan memaksa ibuku untuk jujur padaku.

Saat aku mulai mengerang merasakan sakit di lengan kiriku, ibuku berbalik dan berlari ke arahku sambil berurai air mata. "Sasuke, apa yang kau lakukan. Berhenti Sasuke kau bisa mati?!" Aku hanya tersenyum melihat ibuku menangis sambil terus menggesekkan cutter itu ke permukaan kulitku.

"Aku akan berhenti jika ibu jujur padaku!" Aku menatap lantai marmer yang sudah penuh dengan tetesan darahku. Jujur pandanganku mulai kabur, karena aku kehilngan banyak darah.

"Baik... Ibu akan jujur padamu..." Ibu menatap sendu lengan kiriku.

Prangg

Cutter itu jatuh ke lantai begitu saja dan aku mulai kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh bersimpuh di depan cutter itu. Mengetahui itu, ibuku melempar cutter itu keluar jendela. Ibu ikut bersimpuh di depanku memperhatikan lengan kiriku yang penuh luka sayatan.

Srett... Ibu menarik ujung dress yang dipakainya kemudia mengikatnya menutupi lengan kiriku. Ibuku bangkit berlari serampangan keluar kamarku dan mencari kotak obat-yang seingatku ada di lemari dapur-.

Langkah serampangan kembali terdengar mendekat ke arahku dan kulihat ibu terengah-engah sambil membawa kotak obat.

Aku senang saat ibu membersihkan lukaku dan merawatku seperti ini, aku suka saat seperti ini, karena aku merasa seperti aku menemukan kembali rasa sayang dan cinta keluargaku lewat tangan ringkih ibu yang membalut luka di lenganku dengan lembut. Dan hal itulah yang mendasari kebiasaanku melakukan self-harm.

"Boleh, aku bertanya bu? Tapi ibu harus menjawab jujur karena... Ibu sudah janji padaku..." Aku menatap mata ibu dan menggenggam tangannya yang sedang membalut lenganku. Ibu hanya mendesah kemudian mengangguk.

"Kenapa ibu sedih? Ibu ada masalah? Ibu bisa cerita padaku, aku akan mendengarkan." Aku kembali melihat wajah nanar Ibu yang seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ibu sudah janji." Aku berucap lagi karena ibu seperti ragu-ragu menjawabnya.

Ibu menghela napas sebelum menjawab, "Sasuke anakku..." Kalimat ibu menggantung, dan aku mendengar ibu kembali berkata lima detik kemudian.

"Apa kau mau tinggal di Jerman? Bersama kakek dan Pamanmu Obito?" Ibu berkata jelas tapi sarat dengan keraguan. Ibu bertanya padaku untuk ke Jerman? Aku mau saja ke sana, dan kurasa aku bisa bebas lagi. Tapi... Bagaimana dengan Ibu? Dia pasti akan kesepian.

"Kau tidak mau Sasuke?" tanya Ibu lafi karena melihatku hanya diam saja.

"Tapi, apa aku boleh bertanya satu hal lagi pada ibu?" Ibu langsung mengangguk tanpa mengira-ngira apa yang akan kutanyakan.

"Kenapa aku masih dikurung dan tidak boleh keluar oleh Itachi, bu? Bukankah Ayah sudah lama meninggal? Seharusnya itu sudah tidak berarti lagi, 'kan?" Aku bertanya dengan penuh tuntutan penjelasan, sementara ibu hanya menunduk.

"Dia hanya khawatir padamu, Sasuke. Kakakmu takut kau kritis seperti dulu. Dan sekarang kau memiliki kesempatan bebas jika kau mau ke Jerman." Aku hanya bisa diam, dan aku mencerna baik-baik perkataan ibu barusan sebelum aku memeluknya yang sudah menangis.

...

Oh ya mohon koreksinya kalo typo.

Vote + Comment 😂😅
Sankyuu~~

HOPELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang