"Dia sudah pulang kak?" Itachi mengangguk menjawab pertanyaan Naruto. "Dia kembali dari Berlin minggu lalu,"
"Sialan si Sasuke itu, kenapa dia tidak meneleponku ketika sudah tiba di Jepang..." Naruto menutp mulutnya saat sadar Itachi masih di sampingnya. Naruto yang sadar diperhatikan oleh Itachipun hanya cengengesan menutupi malunya.
"Apa tidak apa-apa?" gumam Naruto karena mengingat terakhir kali Sasuke mabuk membuatnya kecelakaan.
...
"Kenapa Naruto lama sekali, Sakura?" Hinata terlihat tidak sabar menunggu kekasihnya yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Sabarlah sedikit Hinata. Mungkin dia ada keperluan lain sebelum sampai ke sini." Ino menatap Hinata yang mengangguki pendapatnya dan berganti pada melirik Sakura yang ada di samping Hinata.
"Oh ya, Pig dimana Sai?" Sakura bertanya pada Ino yang sedang meminum wine favoritnya.
"Sai? Dia sedang ada pertemuan bersama Ayahnya di Osaka, mungkin pengumuman ahli waris Shimura selanjutnya.." Ino menumpukan kepalanya pada lipatan tangan yang baru dibuatnya, "Padahal aku merindukannya.." Ucap Ino lirih yang disambut dengan gestur elusan di punggungnya dari Sakura dan Hinata.
Ino merupakan sahabat baik Hinata dan Sakura, namun jauh sebelum bertemu dengan Hinata, model berbakat dari klan Yamanaka yang bernaung di perusahaan hiburan milik keluarganya YN Ent. Itu merupakan Sahabat baik Haruno Sakura.
Kekasihnya Sai, merupakan pemilik salah satu bar elit di Jepang dengan latar belakang keluarga seorang pengusaha ekspor impor terbesar di Jepang, Danzou's Property.
Sudah hampir satu jam mereka menunggu Naruto yang tak kunjung datang hingga akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk berdansa di dance floor.
...
"Apa benar Sasuke sudah pulang, Bi?" Naruto bertanya pada Mikoto setelah dibukakan pintu olehnya.
"Iya, kau temui langsung saja di kamarnya, kurasa dia sudah menunggumu." Mikoto tahu jika Naruto kemari karena suruhan Itachi. Mikoto berpikir juga bahwa ini merupakan awal yang baik untuk Sasuke setelah dikurung selama enam tahun.
Naruto bergegas menuju ke kamar Sasuke di lantai atas.
Mikoto beranjak dari pintu dan kembali ke kamarnya, memandangi fotonya dan Fugaku, menatap sendu foto tersebut dan bergumam lirih, "Apa keputusanku ini benar? Apa dengan membebaskan Sasuke dia akan bahagia saja? Dan apa nantinya dia bisa menjaga dirinya sendiri?" Mikoto menangis lirih mengingat keputusan Fugaku yang memilih mengunci Sasuke daripada melihat anak bungsunya itu terluka.
...
"Kapan kau pulang, Sas?" Naruto membuka pintu kamar pria itu dan melihat Sasuke yang duduk di kursi yang berada di balkon kamarnya.
Meletakan bukunya, Sasuke menoleh pada Naruto. "Aa, aku baru sampai beberapa hari yang lalu," Sasuke kembali fokus pada bukunya setelah melihat Naruto yang duduk di sampingnya.
"Bagaimana Berlin? Apa menyenangkan? Aku ingin kesana, tapi ibuku melarangku ke luar negeri." Naruto mengeluh pada Sasuke yang hanya ditanggapi dengan gumaman aneh miliknya.
"Ah ya ayo ikut aku, kita akan bersenang-senang..."
"Aku tidak-"
"Ayo cepat! Aku bisa dibunuh Sakura jika terlambat. Lagi pula kau pasti senang nanti," Naruto menyeringai pada Sasuke dan akhirnya mereka berangkat menuju klub Sai.
Sakura. Nama yang indah, Sasuke tersenyum tipis mendengar nama Sakura meski belum pernah melihat gadis itu.
"Bibi aku akan menculik Sasuke dulu... Kami pergi..." Naruto berpamitan pada Mikoto yang tengah berada di ruang keluarga Uchiha menonton televisi.
...
"Kau kenapa, Sas? Kau sakit?" Naruto bertanya pada Sasuke, karena sejak keluar dari mansion pria itu hanya mengeratkan mantelnya.
"Hn." Sasuke bergumam ambigu dan mencoba merilekskan dirinya. "Kalau sakit bilang saja. Jangan sok kuat... " Naruto mencibir Sasuke.
"Aku bukan kau," tukas Sasuke.
...
"Sakura apa Naruto bodoh itu tidak jadi datang?" Ino bertanya sedikit berteriak karena bisingnya arena dance floor tersebut.
Sakura menoleh pada Ino, saat akan menjawab gadis itu melihat siluet Naruto dengan rambut kuningnya yang menyala--glow in the dark-- meski cahaya di klub tersebut remang-remang cenderung gelap. "Dia sudah sampai disana, ayo!" Sakura menarik kedua gadisnya itu menuju Naruto, namun apa daya dua di banding satu, you know laa what I mean.
"Kenapa kau lama sekali, Naruto?!" Sakura yang melihat Naruto duduk di salah satu kursi bar segera menarik rambut pria itu dan berteriak di telinganya.
"Kau ini apa-apaan sih?! Aku datang bersama-" kata-kata protes yang sudah di ujung lidahnya kembali tertelan bulat-bulat ketika ia melihat Hinata yang terus menari dengan tatapan lapar pria-pria di sekitarnya.
Naruto diabaikan begitu saja oleh Sakura, karena melihat pria aneh dengan mantel krem nya sedang memegangi kepalanya. Lagipula mereka ini di klub, kenapa memakai pakaian setebal itu di sini?
"Tuan, hei tuan kau kenapa?!" Sakura agak panik melihat pria aneh itu tiba-tiba limbung dan sialnya kepalanya membentur ujung meja kaca bar yang cukup tajam.
Sakura berbalik, mencari Naruto, dan sialnya pria kuning itu sudah hilang di telan kerumunan orang-orang gila di klub.
"Tuan? Tetaplah sadar! Kita ke rumah sakit sekarang, kepalamu perlu diobati." Sasuke hanya pasrah ketika ia di bantu Sakura berdiri dan keluar dari klub itu.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPELESS [COMPLETE]
FanfictionSECOND STORY Aku mencintaimu, Sakura... ---------- Re-publish dengan beberapa tambahan. Kalo ngerasa gak srek bisa delete work ini dari library kalian. ?? Disclaimer: Mashashi Kishimoto