Part 3

18K 884 11
                                    

Calvin Huxtable
Hebat. Benar benar hebat! Pekerjaan Kate benar benar menyusahkanku kadang kadang. Aku benar benar akan tinggal di rumah jika dia tidak memaksaku ikut. Untuk apa sih kita perlu memakai jas untur acara formal? Ini konyol! Belum lagi parfum, dan segala hiasan hiasannya.
Aku benar benar akan mengunci kamarku agar dia tidak bisa memaksaku ikut ke acara sialan itu! Hanya lelang perhiasan! Apa sih yang akan dilakukannya dengan aku disana. Dipajang? Ikut dilelang? Aku penasaran sihir apa yang bisa membuat cincin ini mengikat aku dan Kate.
Aku menyerit melihat Jas yang dipilih Kate. Hitam sederhana. Tidak ada yang spesial. Sedangkan dasi di tangannya, aku tidak tahu harus komentar apa. Warnanya hijau tua. Polanya boleh diakui lumayan bagus.

"Berapa harga sialan yang harus aku bayar untuk Jas itu?"Ucapku. Kate kelihatan tidak suka. Dia mengangkat bahu, dan tersenyum
"Hadiah Ulangtahun yang terlalu dini sajalah, Huxtable"Kini giliran aku yang menunjukan pandangan tidak suka, aku lebih suka bayar sendiri.
"Bayarkan saja Jas sialan itu, tapi kembalikan cincin itu"Aku mengancamnya?
Dia hanya memutar mata, dan menyebutkan harga jas tersebut.

Aku membayar Jas tersebut dan menggandeng Kate keluar dari toko. Aku tidak perlu repot repot menemani Kate ke butik, dia mendisain sendiri gaunnya, dan menyerahkannya kepada penjahit. Mengirit waktuku yang berharga ini.
Kadang kadang aku berfikri tentang hubunganku dengan Kate. Aku tidak menyukai dia dalam taraf 'itu'. Kau tahu sendiri, seperti sepasang suami istri. Saling membutuhkan, dan terbiasa dengan itu. Tapi belum tentu ada cinta. Aku tidak percaya dengan Cinta.
Cinta itu seperti dongeng. Ada yang bilang cinta itu rapuh, tidak cukup kuat untuk menyangga rumah tangga. Nah, aku percaya itu. Tapi aku menyayangi Kate. Itu sudah cukup bagiku. Aku tidak tau bagaimana bagi Kate.

"Calvin, Aku mau menemui Jessica. Kau mau pulang?"Kate dan aku berhenti di depan restoran italia. Bertemu dengan Jessica, berarti bertemu dengan 2 orang temannya juga, dan itu berarti pulang malam.
"Tidak, aku akan berjalan jalan saja. Sampai bertemu nanti Kate" Ucapku, aku mencium dahinya, dan dia berjalan masuk ke restoran.

Sendirian. Aku tidak pernah bilang aku tidak punya teman. Tapi aku tidak akan menelepon salah satu dari temanku. Hampir jam lima, berarti teman temanku pasti sedang bersiap siap untuk konser atau sedang di benua lain. Aku tidak menyombong, tapi memang begitu adanya.
Tempat yang paling menyenangkan untuk dihabiskan sendiri adalah bioskop. Itu sih menurutku, beberapa orang dengan bangganya mengajak pasangan mereka kesana. Aku tidak menonton film disana. Aku mendengarkan musik. Percaya tidak percaya, disana menyenangkan.
Aku duduk di salah satu kursi yang ada. Latte dan biskuit. Seperti berada di rumah. Kadang kadang Kate menyiapkan Latte dan biskuit untuk sarapan. Tapi kebanyakan kita ada di benua lain dan sarapan di restoran.
Mereka menyetel lagu yang tidak kukenal. Rasanya salah satu lagunya The police. Jarang ada orang disini. Kebanyakan mereka hanya kesini untuk menunggu film. Memang begitu fungsinya sepertinya. Hanya ada satu keluarga di pojok dan satu pria di dua meja di depanku.
Pria itu sepertinya tipe orang yang sibuk. Matanya tidak lepas dari laptopnya. Seperti Alexandre. Setan membisikan sesuatu yang benar kepadaku. Memang dia seperti Alexandre. Rambutnya keemasan dan dari belakangpun dia terlihat serius. Apakah dia memang Alexandre?
Ragu ragu, aku mendekatinya. Sepertinya memang Alexandre? Aku memutuskan untuk menyapanya.

"Err.., Alexandre?"Aku baru sadar akan kosakata tidak sopan yang kuucapkan. "M..maksudku,.. Mr.Colin?"Aku tergagap. Astaga. Dia tidak menjawab dia menyerit melihatku. Seperti melihat pemandangan yang tidak ia harapkan.
"Calvin? Sedang apa kau disini?"Suaranya tidak menyenagkan. Apa sih, astaga.
"Jalan jalan?" Keadaan ini tidak menyenangkan. Harusnya aku tidak menyapanya. "Oh? Ada perlu apa?"Dia tetap terlihat tidak senang, aku tidak ingin melanjutkan percakapan ini.
"Tidak, Tidak. Aku harusnya pergi saja"Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat.
Tidak seperti di novel remaja, dia tidak memanggilku untuk duduk disana. Aku sedikit berharap sih. Colinkan bukan remaja, apa sih yang aku fikirkan. Aku kembali ke meja dan menikmati Latte yang ternyata sudah tidak begitu enak.
Kate mungkin akan pulang jam sepuluh atau sembilan. Dia tidak mungkin meninggalkan orang orang yang dia sebut temannya itu sebelum larut. Entah perjanjian atau semacam itu. Aku memutuskan untuk tinggal saja. Colin tidak akan menggangguku atau memarahiku sepertinya.
Tepat saat aku menghabiskan biskuit terakhirku. Aku menyadari Alexandre sudah tidak di tempatnya. Apa dia sudah pergi?Baguslah. Pemandangan punggungnya di depanku tidak begitu menyenangkan. Aku sadar dua detik setelahnya, ternyata dia berdiri tepat di sampingku.

"Mau mengobrol? Aku punya waktu luang" Alexandre memiringkan kepala sambil bertanya. Holy Crap!

*Makasih buat Kari😚 kritikmu sangat berguna

THANKS 4 VOTE AND COMMENT

Complicated Relationship (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang