Calvin Huxtable
Demi Zeus! Apa yang terjadi padanya! Dia tidak pernah sekacau ini. Aku tidak pernah menbayangkan Kate-ku yang kuat dan cerewet dalam keadaan seperti ini. Dia benar benar histeris.
"Kate? Aku disini. Kau tidak apa apa Kate. Oke? Dengarkan aku, Please?" Aku benar benar akan memohon. Aku takut dengan apa yang terjadi.
Untuk pertama kalinya, aku menyadari aku menyayangi Kate. Mungkin aku mencintainya. Tapi aku tidak sanggup membayangkan hal itu. Cinta lagi. Hal yang akan menghancurkan segalanya.
Tapi aku benar benar khawatir akan apa yang terjadi sekarang. Kate dengan histeris dan ketakutannya. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Kate tidak akan tersakiti selama dia di pelukanku.
"Calvin. Jangan tinggalkan aku. Jangan pernah, Calvin. Jika seseorang datang, bilang saja aku tidak ada. Aku tidak ingin pergi.. Calvin.." Suaranya melemah. Tapi kepanikan tertampang jelas di matanya.
"Siapa? Kau kenapa Kate? Kalau kau tidak mau menceritakannya, tidak apa apa. Tapi setidaknya beri aku sedikit informasi" Aku menatap wajahnya.
"Jika Rhiannon mencari wanita bernama Mareleen, bilang saja dia tidak ada. Dia salah rumah. Bilang saja kau sendirian, Calvin. Calvin, aku mencintaimu. Aku tidak ingin pergi, please, Calvin. Please.." Wajahnya memelas dan benar benar ketakutan. Beberapa detik kemudian dia pingsan.
Aku menggendongnya ke kamar dengan perasaan campur aduk. Aku benar benar khawatir dan frustasi. Kate, kau kenapa? Ada yang salah dengan ini? Sebenarnya apa yang terjadi?
Aku membaringkan dia di tempat tidur. Aku menatap wajahnya dalam dalam. Aku merasa kasih sayangku tumpah. Aku memiliki perasaan lebih kepadanya. Aku tidak menyangka.
Aku memeluk Kate dengan jutaan perasaan. Dengan kebimbangan serta banyak hal yang aku pikirkan. Ini benar benar diluar dugaan. Aku ingin menghindar dari ini.
Alexandre Colin
Apa aku barusan mendengar jeritan dari rumah Calvin berhenti? Memangnya Kate kenapa? Memarahi Calvin karena pulang malam? Mustahil. Calvin pasti sudah memberi tahu Kate terlebih dahulu.
Atau karena dia tidak ikut pesta Hannah? Mustahil juga. Dia tidak akan menjerit sekeras itu hanya karena masalah sepele. Apa sebaiknya aku masuk? Tapi itu berarti aku ikut campur urusan orang.
Aku baru mau menstarter mobilku ketika teleponku bordering. Calvin Huxtable. Apa lagi? Kenapa dia meneleponku? Masalah percintaannya? Ini aneh juga.
"Halo?" Aku mendengar suaranya. Agak aneh.
"Ya, Calvin? Ada apa?" aku menjawab. Ini benar benar aneh sebenarnya.
"Kau sudah jauh? Aku,.. kalau kau tidak keberatan bisa temani aku sebentar?" dia benar benar terdengar aneh.
"Aku belum jalan. Aku akan segera masuk" aku berkata lalu menutup telepon
Aku masuk ke rumah Calvin dengan was was. Dia tidak ada di ruang tamu. Dia keluar dari kamar. Aku benar benar terkejut.. dia kacau sekali. Matanya merah, dan dia kelihatan khawatir.
"Calvin? Ada apa?" Aku bertanya. Dia menjambak rambutnya dan duduk di sofa.
"Kate. Aku tidak tahu kenapa. Dia benar benar histeris. Dia.." Calvin tidak menyelesaikan kata katanya. Dia terlihat hampir histeris juga.
"Kau tahu kenapa dia begitu?" Aku benar benar tidak bisa menghibur orang.
"Tidak. Dia menyebutkan Mareleen dan Rhiannon. Aku tidak tahu kenapa. Dia terus berkata dia tidak mau pergi" Mareleen? Siapa dia?
"Kau tenang saja, Calvin. Mungkin saja dia hanya khawatir akan sesuatu, kau bisa menanyakannya besok" Saranku benar benar kacau, Man!
"Aku tidak tahu, Alex! Aku takut terjadi sesuatu dengan dia!" Dia menjambak jambak rambutnya dan menampilkan ekspresi kacau.
"Aku bisa mencari tahu, siapa Mareleen sebenarnya?" Aku menyarankan.
"Ya! Ya, siapa dia? Cari tahu sajalah" dia berkata. Seadanya.
Aku pergi ke dapurnya, dan mencari nomer Jarvis. Tidak sopan memang menelpon orang jam dua belas. Tapi persetanlah, temanku ini. Aku menelponya, menunggu sampai tersambung.
"APA MAKSUDMU SIALAN? JANGAN MENGGANGGU AKTIFITAS RANJANGKU" Aku akan tuli sebentar lagi..
"Kau sedang bersama siapa, sih?" Aku menyerit.
"Laurence Christina. Gadis paling seksi di kantor" Aku ingin tertawa rasanya.
"Aku butuh bantuanmu. Kau masih punya akses di laptopmu?" aku bertanya.
"Ya, masih. Tapi bisakah besok saja? Aku belum menyelesaikan ronde ke tiga" dia berkata. Samar samar aku mendengar suara perempuan.
"Tidak. Tolonglah, berhubungan dengan Calvin" aku berkata. Dia menghela nafas dan berkata beberapa kata ke Laurence.
"Oke. Nama?" dia berkata. Aku mendengar suara laptop dinyalakan.
"Rhiannon dan Mareleen. Lalu Katerina Fielding. Hubungan mereka?"
"Mareleen Green, dan Rhiannon Green. Katerina Fielding itu tantenya. Mareleen Green keluar dari rumah, pergi. Sekitar 4 tahun yang lalu" Aku benar benar bingung.
"Kirimkan fotonya kepadaku. Sekarang. Bisakah?" aku berkata.
"Ya, Sudah selesai?" Dia benar benar tidak sabar. Tanpa menunggu jawaban dia menutup telepon
Dua detik kemudian emailnya masuk. Aku melihat ketiga foto itu dengan terkejut. Katerina Fielding difoto sebagai perempuan setengah baya. Lalu Mareleen Green sebagai Kate. Rhiannon sebagai kakaknya Mareleen mungkin?
Mirip dengan Mareleen. Sebenarnya ada apa sih? Aku berjalan kembali ke ruang tamu dan melihar Calvin duduk di sofa. Masih dengan keadaan kacau. Khawatir, dan campur aduk.
"Calvin, Lihat ini?"aku memiringkan kepala. Dia mendongak, dan mengambil handphoneku.
"Ini pasti ada semacam kesalahan. Ini Kate, bukan Mareleen" Dia menggeleng geleng. Tambah bingung.
"Entahlah, ini dari Jarvis" aku berkata kepadanya.
"Terimakasih, Alex. Tapi pasti ada kesalahan. Aku akan menanyakan kepada Kate besok" dia berkata.
Aku mengangguk. Aku duduk di sebelahnya. Aku benar benar ingin menghiburnya. Dia tidak terlihat baik baik saja. Dia khawatir. Masih. Dan sepertinya takut.
"Mau aku buatkan Teh?" Aku bertanya. Menurutku, Kopi atau Bir paling enak di saat saat seperti ini. Tapi ini malam, Teh atau air putih yang paling tepat.
"Tidaklah. Tidak perlu. Aku benar benar berterimakasih, Alex. Kau tidak mau pulang? Ini sudah malam. Maaf, aku sudah menyusahkan" dia berkata.
"Aku akan tetap disini. Memastikan kau baik baik saja" aku berkata.
"Terimakasih, Alex. Kau tidak perlu melakukan itu sebenarnya" dia berkata.
Dia menyandarkan kepalanya ke sofa dan menghela nafas. Dia menoleh ke arahku, menatapku lama. Aku akan memikirkan hal yang tidak tidak sebentar lagi. Mukaku rasanya akan memerah.
"Alex, kau tahu? aku tidak ingin kehilangan Kate" Dia sepertinya setengah sadar.
Kata katanya agak menusukku. Mereka saling mencintai. Sudah jelas apa yang aku rasakan akan mengganggu. Tidak ada gunanya, mengganggu mereka. Aku hanya akan menjadi teman, atau itu saja sudah cukup..
*Maaf yaa kemaren update nya dikitt.. Jadi hari ini diusahain buat nulis nih. Wkwkwk thanks ya readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Relationship (Boyxboy)
RomantizmAlexandre Colin, dengan senyum menggoda, dan persona seorang pria lajang yang mapan. Semua orang tahu dia bisa memiliki siapa saja dengan mudah. Tapi tentu saja, rahasianya akan membuat semua orang mendesah kecewa. Seksualitasnya berkata lain, dan m...