Part 4

16.5K 724 15
                                    

Alexandre Colin

Aku bisa melihat dia kaget, aku pasti bukan tamu yang dia harapkan. Setelah bersikap jutek, lalu dengan seenaknya menyaanya dan mengajaknya mengobrol . berapa banyak kasus ini terjadi? Sekali, dua kali?

Dia tidak berkata apa apa. Dia kelihatannya berfikir keras mau mengatakan apa. Dia terlihat lucu, konyol. Lagi pula apa yang akan aku bicarakan? Aku sendiri tidak tahu. Mungkin tentang acara lelang perhiasan itu?

"Silahkan" Dia berkata. Suaranya lembut, seakan dia berbicara tanpa sadar. Aku duduk di kursi di depannya. Aku terdiam sebentar sebelum memutuskan untuk bicara apa.

"Apakah kau datang ke acara lelang perhiasan, sepertinya Kate menulis artikelnya. Kate, pacarmu kan?" Apa aku salah bicara? Terlalu panjang?

"Ya, aku datang. Aku tidak tahu kau datang"Dia berkata. Sepertinya bertanya Tanya dari mana aku tahu tentang Kate.

"Hannah mengajakku. Kate dan Kau datang ke pernikahan Adriana, ingat" Ucapku. Dia masih kelihatan kaget. Aku tidak tahu lagi harus bicara apa. Aku setengah berfikir untuk pergi saja. Pembicaraan ini tidak enak dibicarakan.

"Ya, Aku ingat" Nah. Disinilah kita. Pembicaraan buntu. Tanpa topik untuk dibicarakan. Aku tertawa dalam hati. Memang apa yang bisa aku bicarakan?

"Err, Calvin, Kalau kau tidak mau datang, kau mungkin bisa datang ke acara keluargaku. Sebenarnya Hannah berkeras aku ikut, tapi aku bisa tidak datang, Ibuku sedang mencari fotografer"Ucapku. Ah, ya. Aku tidak berbohong. Tapi gagasan Calvin akan segera bertemu orang tua ku terasa agak mengerikan. Dari wajahnya, aku merasa tawaranku sebagai anugerah. Rasanya dia tidak ingin datang ke acara tersebut.

"Oh ya, aku akan bicara dengan Kate. Tapi aku sudah membeli pakaian untuk acara itu, kau tahu?" Entah karena pekerjaan yang aku tawarkan atau karena terbebas dari acara lelang perhiasan, dia tersenyum dan terlihat bersemangat.

"Kau bisa memakainya untuk ke acaraku. Bukan acara formal memang. Hanya seperti reuni keluarga. Aku baru diberitahu pagi ini" Ucapku. Aku berharap dia tidak memakai jas atau semacamnya. Tapi aku hanya mengusulkan.

"Tidak, aku tidak akan pergi bekerja dengan jas"Ucapnya. Lalu mendadak ini terasa seperti mimpi. Aku ingin tertawa.

"Kalau kau tak keberatan, aku ingin pergi. Sudah malam, aku ada janji besok pagi" Ucapku. Yah, aku bisa saja disini sampai malam. Tapi aku tidak akan mau mencemari reputasiku dengan datang terlambat. Ah, sialan.

Calvin mengangguk. "Sama sekali tidak, terimakasih untuk perbicangannya" Ucapnya. Aku tertawa kecil.

"Kau tidak harus seformal itu kepadaku, aku rasa aku tidak terlalu tua untuk itu. Aku hanya lebih tua 6 tahun darimu, dan panggil aku Alex" Aku melihat Calvin tertawa

"Ya, Alex. Selamat malam"Calvin tersenyum dan aku beranjak pergi. Aku segera berjalan ke mobil dan menelepon Hannah.

"Halo? Alexandre! Jarvis bilang kau datang ke acaraku? Bagus sekali, kau bisa data-" aku memotongnya, dan segera bicara ke inti.

"Hannah, aku harus menghadiri acara reuni keluarga, maafkan aku. Aku bisa mengirim seseorang untuk datang ke sana" Hannah tidak merespon selama kira kira 15 detik. Aku mulai setengah berfikir dia akan marah atau menutup telepon.

Sesuai perkiraanku, dia memang marah.

"Oh, ya. Terserah kau. Tidak usah menyuruh siapa siapa" Dia menutup telepon.

Oh, bagus sekali! Ini akan menjadi hari yang berat. Aku harus menelepon ibuku dan memberi tahu dia bahwa Calvin akan datang ke acara reuni dan menjadi fotografer. Ini agak mengerikan. Jika aku berhasil mendekati Calvin atau apapun semacam itu, kata kata apa yang akan dihujamkan dia. Aku mengetik nomer telepon Bella dan meneleponnya.

"Halo? Ada masalah apa?" Suara ibuku tidak pernah berubah.

"Apakah aku meneleponmu hanya karena ada masalah?" Aku menyerit.

"Tidak, tidak. Tapi pasti ada sesuatu bukan?"Ibuku memang pintar menebak.

"Kau sedang mencari fotografer kan? Temanku, Calvin bersedia datang. Dia fotografer. Kemampuannya cukup bagus" Aku berkata. Aku menahan nafas selama sekiranya 5 detik menunggu komentar ibuku.

"Sejak kapan kau punya teman selain Jarvis dan Nathanael ?" Dia berkata.

"Entahlah, kau tidak perlu heran begitu, Mom"Ucapku. Aku tidak mengatakan apa apa lagi.

"Ya, suruh dia da-" Aku tidak mendengar kelanjutannya. Aku mendengar suara Philip dari kejauhan, dan teleponnya mati.

Bella Colin

Bella Colin. Aku tidak pernah setuju orang orang mulai memanggilku dengan sebutan itu. Jelas sekali, aku memang sudah menikah dengan Philip Colin. Tapi mengganti namaku, rasanya tidak tepat. Aku masih ingin menjadi Bella Turner. Mengingat pernikahanku dengan Philip tidak didasari apa apa.

Kau juga akan sama terkejutnya denganku, jika orangtuamu suatu hari mendatangimu, dan memberi foto seseorang dan berkata "Ini, Calon suamimu" lalu kami menikah 2 bulan kemudian. Walaupun pada akhirnya aku dan colin berteman, tapi tetap saja.

Dua bulan perkawinan, Aku mengandung anak pertama. Yang tidak aku banggakan. Memang tidak bisa dibanggakan. Philip menginginkan anak pertamanya menjadi pewaris perusahaannya. Tapi, Blake Colin memilih untuk pergi mengitari bumi, dan menjadi monyet terlatih. Aktor.

Jadilah, anak keduaku, Alexandre. Dia diberi beban untuk mewarisi perusahaan. Tapi, sama seperti Blake, dia menolak. Dia membangun perusahaannya sendiri. Sekali lagi, Philip marah besar. Dia mulai mengata ngatai dua putranya adalah bajingan sombong.

Akhirnya, putra ketigaku lah yang mendapat perusahaan sialan itu. Adam Colin. Tapi dia tidak mau memilikinya, jika dia tidak di damping oleh Adriana Colin. Akhirnya, kerutan di dahi Philip menjadi permanen. Perusahaan kakeknya tetap akan dipegang oleh orang bodoh.

Selama sekian tahun, aku terus menerus menunggu anakku menikah. Percayalah, Yang pertama kali menikah adalah sang monyet terlatih. Di usia 27 tahun. Lalu Adam, yang menikah 4 tahun yang lalu. Tinggalah Alex yang semakin tua dan tidak menikah.

Aku sudah pernah meminta Alex agar segera menikah. Aku ditolak mentah mentah. Dia akan sendirian seumur hidup. Nathanael dan Jarvis juga akan menikah suatu saat. Aku mulai curiga sebenarnya. Seumur hidupku dia tidak pernah membawa perempuan ke rumah.

Ya, aku tahu, mungkin saja dia yang datang ke rumah perempuan. Tapi melihat dia tidak berkencan atau mengenalkan seseorang kepadaku, aku mulai sedikit curiga. Mungkin saja dia hanya menunggu seseorang atau apa.

Aku tidak mau berharap banyak banyak. Aku juga tidak mau Alex menghadapi pernikahan seperti aku menghadapinya. Biarlah dia mencari kebahagiaannya sendiri. Atau mati muda.

*Thanks ya reader untuk vote dan commentnya. Maaf untuk keterlambatan update. Wkwkkw

Cerita ini dipersembahkan untuk Koko Mare

Complicated Relationship (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang