Alexandre Colin
Aku terbangun mendengar suara pintu yang rusuh. Aku langsung berfikir itu Nathanael atau Jarvis. Tapi setelah difikir ulang, rasanya ini Luna atau Simon. Dua mahluk sialan itu sedang sibuk dengan urusan mereka masing masing.
“Yeah?” Aku berkata dengan suara parau.
“Bangun, bodoh! Aku mau bicara!” Bingo. Suara Nathanael. Sedang apa juga bajingan itu ada di sini.
Aku memakai kaus pertama yang terlihat di lemari dan berjalan ke luar. Aku membuka pintu dan menemukan adegan yang akan berharga mahal jika difoto. Jarvis sedang bermain dengan Simon dengan semangat.
Uh? Nathanael hanya melihat mereka dengan tersenyum konyol. Aku mengangkat alis, melirik ke Nathanael. Dia melihatku dan hanya mengangkat bahu dan tertawa kecil. Aku menghampiri mereka.
“Selamat pagi, Simon?” Aku berkata, dan dia tertawa dan berlari ke arahku.
“Pagi, Dad!” Simon berkata. “Jarvis dan aku sedang bermain ular tangga! Dia sudah kalah dua kali! dan Aku belum!” Simon berkata dengan bangga.
“Nah, bagaimana jika kau mencari Mom?” Aku mengacak acak rambutnya, sebelum dia berjalan ke kamar Luna.
Aku melihat dua laki laki itu dan mengangkat alis. Dua bajingan ini menghilang, dan tiba tiba muncul di rumahku dan berkata ingin bicara. Aku ingin mengusirnya saja sebenarnya. Demi Zeus, dua bajingan ini tidak bisa dipercaya.
“Ermm.. Bagaimana jika kau mandi lalu berpakaian dulu, lalu kita pergi ke mana mungkin dan aku akan membicarakannya?” Nathanael berkata, dan dia tidak menatapku.
Ada apa sih, dengan dua bajingan ini?
“Kau mengganggu acara tidur ku dan menyuruhku mandi dan pergi secara seenaknya, padahal kau menghilang dan sulit dihubungi?” Aku memutar mata.
“Uh.. Aku akan menceritakannya. Tapi pergi dari hadapanku sekarang, dan bawa kau dan pantat sialanmu itu ke kamar mandi” Jarvis berkata sambil melempar handuk.
Fortuna, aku tidak akan menggantung handuk di luar lagi! Aku tersenyum mengejek dan pergi ke kamar mandi.
:)
“Kau sedang bercanda, Jarvis Roderick Carson, dan kau juga. Kalian berdua bersekongkol untuk mengejek hubunganku dengan Calvin dengan membuat cerita ini. Aku tidak percaya..” Aku berkata, masih dengan rahang yang berusaha ku tutup.
“Uh, masalahnya aku tidak bercanda?” Nathanael tertawa dengan gugup.
“Serius…?” Aku diam diam mencoba mengecek tanggal, kemungkinan ini april mop atau semacamnya. Ini tidak bisa dipercaya.
Seorang Carson baru saja menjelaskan kepadaku bahwa sekarang dia dan Harris memiliki hubungan. Erm, hubungan percintaan. Erm, yang juga termasuk hubungan seksual. Yang ini artinya, aku sedang menghadapi pasangan di depanku.
“UNBELIEVABLE!” Aku berkata. Berteriak barangkali.
“Kecilkan suaramu bodoh!” Jarvis mendesis. “Ini tempat umum!” Dia menambahkan.
“Yeah, Maaf. Tapi serius, ini mengejutkan! Kalian berdua..?” Aku mengerjap melihat mereka berdua dan mengalihkan padanganku ke arah Jarvis.
“Eh, Siapa yang memulai..?” Aku bertanya sambil menahan senyum.
“Uh.. boleh dibilang tidak ada. Ah, sudahlah! Bagaimana kau dan Calvin?” Nathanael mengalihkan pembicaraan. Aku memutar mata dan meminum kopiku.
“Aku akan bertemu dengannya malam ini. Jam tujuh” Aku tersenyum mengingat pesannya kemarin. Uh, ASTAGA.
“Yeah, baguslah” Jarvis mengibaskan tangannya.
:)
Aku seperti biasa, duduk di bangku halaman belakang dengan Nathanael dan Jarvis yang sedang membaca sofa. Simon sedang bermain dengan Luna. Nathanael bersandar di bahu Jarvis dan mereka membaca dengan tenang. Phthonus sedang bermain main denganku astaga.
Di tangan Nathanael adalah buku Il Prince oleh Niccolo Macchiaveli. Aku bahkan tidak tahu buku itu masih ada atau beredar, atau hanya pembahasan atau apa. Aku tidak peduli dengan obsesinya dengan filsafat. Di tangan Jarvis, adalah novel romansa klasik, Sense and Sensibility. Milikku, tentu saja itu Milikku.
Masih 5 Jam lagi sebelum waktu janjian. Tapi fikiranku sialanku berselingkuh dari Thales Of Miletus setiap ada kesempatan. Aku akhirnya menutup buku sialan itu dengan frustasi dan dua bajingan itu mengalihkan pandangannya ke arahku.
“Aku tahu. Jangan berkata apa apa, aku tahu” Jarvis memotong sebelum aku sempat membuka mulut untuk berbicara.
Aku menutup mulut dan melihat Jarvis dengan kesal. Dia hanya mengibaskan tangannya. Nathanael memutar mata dan memukul lengan Jarvis dengan main main menggunakan bukunya.
“Teman kita yang satu ini sedang grogi dengan kencan-nya” Nathanael berkata ringan.
“POPCORN ANYBODY? SKYFALL BLURAY!” Blake. Mahluk sialan yang bisa berteriak di rumahku selain dua bajingan ini pasti Blake.
Yeah, lalu dia muncul di halaman belakang dengan CD Skyfall bluray yang diacungkan tinggi tinggi. Lalu, Sophie berlari kepadaku. Seperti biasa. Blake hanya tertawa melihat Sophie.
Aku memutar mata dan pergi ke ruang tamu. Aku membeku sejenak ketika menyadari Luna dan Simon ada di rumah dan suara mereka bisa terdengar kapan saja. Blake akan tahu, lalu secepat kilat Mom akan tahu.
Aduh, matilah aku. Sial. Sial. Sial. Aku tidak akan bisa mengusir mereka berdua, dan Fortuna tahu kenapa. Sial. Lalu disanalah, aku mendengar suara Luna keluar dari kamar diikuti oleh suara tawa Simon.
Blake yang sedang memutar film melirik kearahku dan mengangkat alis. Dia melirik ke arah Luna yang baru saja keluar, dan melihatnya dengan kaget. Blake meninggalkan CD nya dan bangkit berdiri.
“Blake Colin, senang bertemu denganmu. Kau?” Blake mengulurkan tangannya.
“Luna MacLean, dan ini Simon.. erm, Simon” Luna berkata dengan gugup dan menerima uluran tangan Blake.
Blake memberiku tatapan ‘jelaskan ada apa ini’ kepadaku dan aku hanya tertawa gugup dan mengalihkan pandangan. Aku sudah mati. Aku tidak mungkin masih bernafas. Ini pasti ada kesalahan dengan otakku.
Harusnya jantungku sudah berhenti berdetak. Harusnya Ares sudah menusukku dengan tombak. Harusnya Fortuna tidak hanya berdiri dan menontonnya dengan tertawa. Harusnya tulang tulangku sudah membeku.
“Eh, aku permisi..” Luna berkata dengan salah tingkah dan pergi ke dapur.
“Nah, jadi siapa dia?” Blake melihatku dengan tajam sementara Sophie sudah meninggalkan ruangan mengikuti Simon.
“Uh..” Aku berkata gugup, Sialan. Mati aku.
“Kau menghamili orang, dan dia sudah…. aku tidak tahu! Seumuran Sophie?” Blake masih menatapku dengan tajam. Zeus!
“Uh, aku tidak tahu. Dia baru saja muncul dan mengatakan Simon milikku! Aku tahu itu benar dan sebenarnya aku sedang berusaha bertanggung jawab dengan itu” Aku berkata cepat. Berusaha bertanggung jawab eh? Apa sih yang aku katakan!
Blake menghela nafas.
“Urusan percintaanmu ataupun urusan seksualmu bukan urusanku. Tapi Mom akan bahagia mendengarnya kau tahu” Blake berkata dan kembali melanjutkan usahanya memutar CD.
:)
Aku menatap diriku di depan kaca. Aku sudah mengenakan kemeja yang lengannya di gulung sampai siku dan celana bahan hitam. Jam tangan Lotus dan sepatu yang aku lupa apa merk nya.
Masih satu jam lagi dan aku sudah berdiri di depan kaca, siap untuk berangkat. Dengan ferarri di parkiran dan kunci mobil di tangan. Aku mempertimbangkan sejenak untuk berangkat, dan akhirnya menaruh kembali kunci mobil dan duduk di sofa.
Aku mengambil buku mana saja yang ada di hadapanku dan berusaha membacanya. A walk to remember. Bukan favoritku tapi juga bukan sesuatu yang buruk. Akhir yang sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Relationship (Boyxboy)
Roman d'amourAlexandre Colin, dengan senyum menggoda, dan persona seorang pria lajang yang mapan. Semua orang tahu dia bisa memiliki siapa saja dengan mudah. Tapi tentu saja, rahasianya akan membuat semua orang mendesah kecewa. Seksualitasnya berkata lain, dan m...