Part 18

9.9K 436 6
                                    

Calvin Huxtable

"Apa kau cemburu, Calvin?" Apa dia sedang bercanda? Aku tidak akan berkata apa apa tentang ini. Si sialan ini tidak mungkin benar benar berfikir begitu. Apa yang membuat dia berfikir se menyebalkan ini astaga!
"Kau berjanji akan menjawab?" Alex berkata lagi. Tapi dia tidak mendesak, hanya sepertinya penasaran. Ah, apa aku benar benar harus menjawab?
"Kau tidak benar benar berfikir begitu, kan?" Aku berkata pelan, aku tidak yakin dia akan mendengarnya.
"Aku berfikir begitu, kau tahu. Kecuali kau menjelaskan" Alex berkata, aku mendengar sedikit humor di dalam kata katanya.
"Aku tidak mungkin cemburu. Jangan pernah berfikir begitu" Aku berkata ragu. Aku tidak menjawab pertanyaannya.
"Jelaslanlah, Calvin" Alex sekarang terdengar geli. Apa aku seperti sedang melawak? Sialan.
"Aku.. Aku tidak tahu. Sudahlah, aku butuh waktu untuk berfikir" Aduh, ini benar benar buruk. Sialan, sialan, sialan. Alex mengangkat bahu tanpa berkata apa apa.

Aku tidak mau berfikir tentang ini. Semakin aku berfikir tentang ini, semakin aku membeci diriku sendiri. Semakin aku berfikir tentang ini, semakin banyak aku berfikir tentang dia.
Aku tidak mungkin cemburu. Apa yang dia lakukan kepadaku, sehingga aku bisa cemburu? Tidak ada. Apa yang si sialan itu katakan kepadaku sehingga aku seaneh ini? Apa aku dicekoki ramuan cinta?
Apa! Apa? Cinta? Dari mana juga datangnya kata kata itu? Aku tidak sedang jatuh cinta atau semacamnya. Cemburu pun tidak. Demi Zeus, Tidak. Aku tahu jika aku sedang jatuh cinta.
Apalagi dia kan.. laki laki. Aku bukan homophobia. Tapi aku juga tidak menyukai gay! Gay itu tidak normal. Aku bukan jenis mereka. Aku tidak mau menjadi salah satu dari mereka.

"Kau banyak menghabiskan waktu bersamaku belakangan ini. Ketika aku menghabiskan waktu bersama Stefan kau merasa tersingkir?" Alex berkata.

Apa aku sebodoh ini? Dari tadi yang dia maksud, adalah aku cemburu dalam artian pertemanan. Dalam artian, hanya teman. Hanya teman. Tentu saja. Apa yang membuatku berfikir sebodoh ini. Setan apa yang membuatku berfikir sejauh itu?

Yeah? Mungkin karena sebenarnya kau mulai menyukai dia dalam artian 'itu' dan dari tadi kau berusaha untuk meyakinkan dirimu sendiri bahwa kau tidak? Sisi Evil ku berkata dengan meyebalkan.

Tentu saja tidak! Aku tidak mungkin melakukan itu. Jika aku cemburu aku akan mengakuinya, tapi demi Zeus aku tidak cemburu. Yakinkan aku, dan aku tetap akan berkata aku tidak.

Ah, Calvin yang keras kepala. Dari lubuk hatimu yang terdalam kau akan mengakuinya. Ada ratusan per- Ini menjijikan untuk didengar.

Aku tidak akan mendengarkan apapun yang dikatakan sisi evil yang menyebalkan itu. Intinya aku salah paham dan aku tidak cemburu. Aku tidak akan berdebat tentang itu lagi dengan diriku sendiri.

Alexandre Colin

Aku bodoh ya. Harusnya aku tidak bertanya. Dia benar benar bingung sekarang, Jadi membuatnya mengira 'cemburu' dalam artian teman rasanya menjadi solusi terbaik.
Dia butuh waktu untuk berfikir. Aku harus memberinya waktu sebelum bertanya. Punya kesempatan sebesar ini saja, aku harusnya senang. Harusnya memang aku tidak bertanya.
Ini membuat kesempatanku lebih kecil. Dia akan menghindari apapun yang sebenarnya dia rasakan. Membuat dia mengira 'cemburu' dalam artian teman juga tidak begitu membantu.
Bodoh memang, mengira aku bisa berhasil secepat ini. Apalagi dia straight. masalah terbesarnya adalah itu. Aku tidak tahu dia homophobia atau semacamnya.

"Tidak. Hanya saja mood ku lagi tidak bagus" Calvin berbisik. Suarnya ragu dan hampir tidak terdengar.
"Jadi, Aku terbebas dari pertanyaan mu itu, karena aku sudah setuju dengan taruhan konyol itu dan aku berhasil?" Aku menjawab, dan menoleh ke arahnya. Wajahnya masih aneh.
"Yeah, sepertinya begitu" Apa dia tidak punya semangat hidup? Hanya karena kata kata ku?
"Aku tidak bermaksud menggangu fikiranmu dengan berkata seperti tadi" Aku berbisik. Mudah mudahan saja dia mendengarnya.

Dia tidak berkata apa apa. Tapi beban di wajahnya sudah sedikit berkurang. Tapi dia masih terlihat aneh. Jelas aku menanamkan ratusan kilo beban di otaknya.

"Kalau kau tidak keberatan, aku ingin sendiri. Seperti yang aku bilang, aku ingin berfikir" Calvin menoleh dan berkata begitu.

Apa aku membuat kesalahan sebesar ini? Dia menjauhiku? Apa dia tidak bermaksud begitu? Aku muali merasa sepertinya dia akan menjauhiku dalam rangka mengabaikan perasaannya.
Aku bodoh ya? Karena satu kalimat yang aku lontarkan tanpa berfikir panjang, aku bisa jadi kehilangan dia. Aku mulai berfikir untuk mengabaikan sekeliling, mengabaikan apa kata mereka jika aku berhasil.
Tapi rasanya aku sudah gagal. Sebelum sempat mengetahui apa kata mereka, aku sudah gagal. Aku benar benar tidak mau gagal. Tapi sepertinya dia memang akan menjauh,
Aku benar benar berharap ini hanya perasaanku saja. Tapi sepertinya memang tidak. Selalu saja ini terjadi di dalam hubungan percintaanku? Ini pertama kali aku mencoba dan aku gagal?

Sekarang akulah yang benar benar bodoh.

"Ya, pergilah" Aku berbisik, menyaksikan dia bangkit berdiri dan menghilang dari pandanganku.

Aku tidak beranjak dari tempatku. Aku tidak mau menemui Hannah. Biarlah aku disini sampai malam. Biarlah aku menyesali apa yang aku katakan, kebodohan yang aku punya.

Jarvis Carson (Ceritanya udah habis ide Calvin sama Alex mau ngapain)

Libur dari kerja selalu menyenangkan. Bersantai di rumah, makan, main. PS 4 atau game lainnya juga termasuk permainan. Harris selalu entah kenapa bebas dari pekerjaan.
Selama Alex pergi, keadaan jadi lebih sepi. Biasanya aku dan mereka berdua selalu mengisi rumah dengan tawa. Ketika dia bilang akan pergi dengan Hannah, sebenarnya aku kurang setuju.
Tapi setelah dipikir pikir, aku ingin melihat dia ketika pulang ke rumah dengan wajah capek karena menemani Hannah belanja. Atau, Aku berharap dengan ajaibnya Hannah menghabiskan uang Alex.
Yang aku yakin, sepertinya mustahil. Alex bisa memberi makan bermilyar milyar orang yang kelaparan sampai muntah. Aku tidak berlebihan tetang ini.
Biasanya, seperti yang aku katakan, Harris selalu bebas dari pekerjaan. Kita bertiga selalu begitu sebenarnya. Bebas dari pekerjaan, karena sudah mencapai posisi yang cukup tinggi untuk meninggalkan pekerjaan seenaknya.
Harris hari ini pergi bekerja, dan demi Hermes sampai jam sembilan dia tidak menampakan wajahnya di rumahku. Rekor. Dia selalu ada di sini setiap hari, kecuali ketika dia sakit atau apa.
Lucu rasanya, kami bertiga seperti remaja. PS 4, Ipad, Game Online, dan segala macam hal remaja. Bisa dibilang, Harris lah yang paling seperti remaja, dan Alex yang paling dewasa.
Ketika lulus SMA, yang kami lakukan adalah mengejar karir. Lalu, lihatlah hasilnya, Alex berusia 35 dan lajang. Aku dan Harris berusia 32 dan juga lajang. Kasihan..
Memang sih, terlihat lebih muda dari usia asli. Tapi setua ini, dan masih lajang kadang kadang membuatku khawatir. Aku berharap banyak pada Adrianna sebenarnya.
Tapi setelah dia pergi, aku tidak mencari lagi. Aku tidak ingin hubungan jangka panjang lagi. Sekarang aku berfikir tentang itu. Cepat atau lambat aku harus mencari lagi,
Setidaknya, aku harus menikah. Hannah pun begitu. Dia sudah 26, tahun ini. Cukup tua untuk menikah. Cukup tua untuk punya beberpa anak. Tapi membayangkan aku mencari, itu agak sulit.
Mulai dari mana? Mom? Aku akan dijodohkan dengan gadis 20 tahun, jika aku bertanya padanya. Bar? Aku akan bertemu remaja di sana. Internet? Remaja juga.
Alex? Bertanya dengan dia sia sia. Nathanael? Aku akan disindir. Intinya, akan sulit. Harusnya memang, ketika lulus SMA, aku menghabiskan waktuku untuk berkencan.
Tapi, Kami bertiga memang punya kepribadian yang sama. Karier, Kehidupan percintaan belakangan. itulah masalahnya. Aku kehilangan Adriana mungkin karen itu.

Dear Readers, Request untuk memperpanjang tiap chapter, mungkin belum bisa dipenuhi. Mulai dari waktu yang mentok, Hasrat untuk membaca, sampai imajinasi yang ke arah lain. Maaf yaa..

Thnx for Vote and Comment.

Complicated Relationship (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang