Alex Colin
Mr Darcy dan Elizabeth Bennett menemani perjalananku ke Paris. Hannah sepertinya bahagia sekali. Dia tidak berhenti mengoceh. Akhirnya perhatiannya teralihkan oleh Hamlet.
Kita berdua pecinta novel klasik. Siapa sih yang tidak tahu Mr.Darcy? Yeah, aku tahu, tersingkir karena Christian Grey. Tapi aku lebih memilih dia dari pada king of pain.
King of pain memang seksi, tapi entahlah. Austen tidak menjelaskan kehidupan seksual Mr.Darcy. Haha. Tidak, aku bercanda. Mr.Darcy tidak mungkin memiliki kehidupan seksual seperti Grey.
Dua belas jamku tersita oleh Mr.Darcy dan Mr.Heatcliff. Membaca di pesawat membuatku mabuk. Jadi setidaknya membaca memakan waktu lebih lama disini. Akhirnya aku sampai.
“Aku benar benar capek, Alex” Hannah menguap dan merenggangkan tubuh.
“Ya, aku sudah memiliki voucher hotel. Tidak jauh dari sini” Aku berkata dan menggandeng tangan Hannah keluar.
Setelah, mengambil koper, kami berjalan ke hotel. Sudah kubilang, tidak jauh. Aku benar benar merasa seperti punya pacar. Mau tidak mau aku ingat Calvin. Apa kabar dia?Aku harus meneleponnya saat di kamar.
Setelah mengurus kamar dan barang2, aku membuka kunci kamar. Satu ranjang. Satu. Aku melirik Hannah. Wajahnya memerah. Aduhh. Satu lagi yang menyebalkan.
“Eh. Aku bisa mengganti kamar yang lain jika kau mau?” Aku berkata.
“Tidak. Sepertinya tidak usah” Hannah berkata. Pipinya masih merona.
“Eh, Oke” Aku bergumam lalu masuk ke kamar.
Hal yang menyenangkan setelah perjalanan jauh adalah mandi. Lalu tidur. Atau segelas teh. Tapi karena aku bersama Hannah, aku akan membiarkan dia memakai kamar mandi terlebih dahulu. Aku menelpon Calvin.
“Halo?” Suaranya terdengar familiar.
“Halo Calvin. Bagaimana keadaanmu?” Aku berkata.
“Jauh lebih baik. Aku dan teman-temanku memutuskan untuk pergi besok. Kau sendiri?” Dia terdengar lebih baik.
“Capek setelah perjalanan panjang. Kau akan kemana?” Aku bertanya kepadanya.
“Paris. Tempat pertamaku bertemu Kate. Aku sudah mencocokan jadwalku dengan tugas di Peru” Dia berkata. Aku bisa merasakan seberkas rasa sakit saat dia menyebut nama Kate.
“Wow? Aku ada di Paris sekarang” Ibuku punya selera humor yang buruk.
“Benarkah? Sampai bertemu disana kalau begitu?” Calvin berkata pelan.
“Ya, Bye..” Aku berbisik dan mematikan telepon.
Aku akan lebih sering lagi bertemu dengan dia. Sungguh membahagiakan, tapi ini membingungkan. Aku bisa melihat kemungkinanku. Tapi bagaimana? Jika dia sama sekali tidak tertarik, akulah yang harus bertindak.
Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Membingungkan, serta menakutkan. Bisa saja tiba tiba ada orang yang mengenaliku dan membuat gossip di halaman depan majalah bisnis?
Ah, persetan. Lihat sajalah kemana ini semua akan berakhir. Memang sih, aku bukan orang yang benar benar terikat dengan pekerjaan. Aku memang pemilik, tapi hampir semua urusan di handle oleh co-Leader.
Jadi itulah alasan aku bisa seenaknya pergi ke Paris. Aku hanya disana jika mereka meminta. Tapi, tetap saja namakulah yang muncul sebagai pemilik perusahaan di majalah bisnis.
“Alex, aku sudah selesai” Hannah berkata dari belakangku.
“Ya,.. Hannah” Aku menyahut lalu berbalik. Son of a banshee! Apa yang Hannah pakai demi tuhan!
“Kau harus menutupi tubuhmu, demi Tuhan, Hannah!” Aku meringis dan buru buru masuk ke toilet.
“Apa? Hanya itu reaksimu, Alex, melihat perempuan dengan pakaian tidur seksi ? Kau gay, Alex?” Hannah mengangkat alis.
“Astag- Tidak! Apa apaan Hannah? Kau adik Jarvis. Aku tidak mungkin memberi respon tidak sopan!” Aku mengelak dan menutup pintu toilet.
“Santai saja, Alex~!” Aku mendengar teriakan Hannah samar samar dari luar.
Oh God! Ini akan menjadi liburan tersulit yang akan aku hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Relationship (Boyxboy)
RomanceAlexandre Colin, dengan senyum menggoda, dan persona seorang pria lajang yang mapan. Semua orang tahu dia bisa memiliki siapa saja dengan mudah. Tapi tentu saja, rahasianya akan membuat semua orang mendesah kecewa. Seksualitasnya berkata lain, dan m...