September itu cerah, awan-awan putih nan jernih di langit biru, dan malamnya akan terasa dingin. Musim gugur merupakan musim yang indah dengan dedaunan yang berjatuhan. Pohon gingko dan pohon maple berubah warna daunnya menjadi kuning dan merah di seluruh Korea. Selama musim gugur, masyarakat senang pergi memanjat gunung untuk menikmati pemandangan indah yang diciptakan oleh dedaunan.
Namun, Yerim harus bergumul di bawah selimut seharian ini. Akhirnya, Yerim tak perlu repot-repot mendengar ocehan menyakitkan di sekolah. Biarlah murid-murid SMA Yeonje beristirahat sehari saja untuk tidak membuang-buang tenaga mereka hanya karena seorang gadis yang tidak pernah mereka suka, bahkan setelah kejadian yang jelas-jelas menjadikannya sebagai korban.
Junmyeon sore ini berangkat ke Gwangju untuk mencari kerja di beberapa perusahaan konstruksi dan material di sana. Yerim sempat memeluk ayahnya dan ia kembali menangis saat meminta Junmyeon untuk mencari kerja di Busan saja. Namun, industri mana yang mau menerima Junmyeon setelah namanya tercoreng di mata masyarakat Busan?
"Kau tidak mau makan malam?" tanya Joohyun, ibunya, yang mengintip dari balik pintu.
Semenjak tiga tahun yang lalu hingga sekarang, Joohyun masih enggan memasuki kamar tidur putrinya sendiri. Kejadian ini bermula di kala polisi menahan Junmyeon atas kasus pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya. Hubungan Joohyun dan Junmyeon memang tidak pernah terasa hangat, bahkan di musim panas. Dan selalu akan terasa kaku, meski musim dingin sudah berlalu.
Yerim tahu jika orangtuanya menikah bukan karena saling mencintai atau mungkin hanya Junmyeon saja yang memiliki perasaan pada ibunya. Bae Joohyun adalah seorang wanita populer Daegu di masa remajanya, tetapi lilitan hutang orangtua membuat Joohyun harus putus sekolah dan menyerah akan masa mudanya. Menurut cerita, saat Joohyun merasa dicampakkan oleh orang-orang yang dulu memujinya, hanya seorang Kim Junmyeon yang masih menaruh atensi hangatnya pada Joohyun.
Bae Joohyun tentu ingin melanjutkan hidupnya, oleh karena itu menerima Junmyeon adalah satu-satunya pilihan yang ia punya. Mereka menikah dan memilih hidup di Busan yang merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Korea Selatan. Lalu, enam belas tahun yang lalu Joohyun melahirkan seorang putri, Kim Yerim, gadis manis yang tak menerima kasih sayang penuh darinya.
Tahun 2011, Junmyeon mengalami demosi alias penurunan jabatan di pabrik sepatu tempat ia bekerja. Pria yang berada di paruh hampir 40-an tersebut lantas mendapatkan tekanan dari istrinya sendiri.
Kejadian pelecehan seksual di malam musim dingin tiga tahun lalu tidak memiliki saksi mata. Hanya kesaksian korban yang mengatakan jika Junmyeon mabuk berat dan berakhir berusaha memperkosa korban tersebut. Sepertinya kepahitan hidup memang menjadi skenario keluarga Kim. Siapa sangka ternyata korban tersebut adalah seorang istri detektif polisi di Busan? Hanya berdasarkan satu kesaksian yang entah benar atau tidak, Junmyeon harus rela mendekam di balik jeruji dingin selama tiga tahun.
Oleh karena itu, kehadiran Yerim dirasa Joohyun justru membawa beban hidup semakin berat.
"Apa kau tidak akan mejawab pertanyaan Ibu, Kim Yerim?" tanya Joohyun masih di balik pintu. Ia menghela napas berat melihat putrinya tak bergerak barang satu senti pun dari balik selimutnya. "Apa Ibu harus menarikmu paksa? Atau Ibu harus memanggil anak yang melecahkanmu itu agar kau lari keluar kamar?"
"Ibu menyepelekan kejadian yang menimpaku itu?" tanya Yerim balik dan menyibakkan selimutnya. Ia duduk dan menatap Joohyun dengan sendu. "Tidak bisakah Ibu mencoba bersikap lebih hangat saat putrinya sendiri sakit?"
Joohyun memijat keningnya dan mendesah kasar. Lalu, ia membuka daun pintu kamar Yerim dengan lebar dan berdecak pelan. "Tidak bisakah kau mencoba bersikap lebih normal, Yerim?" tanyanya membalikkan kalimat Yerim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearly Tale
FanfictionDia Kim Yerim, hidup dengan kesialan di mata mereka. Satu per satu skenario buruk ditimpakan kepada tubuh mungil dan jiwa rapuhnya. Dia Jeon Jungkook, tercipta untuk menggenggam di dalam duka. Satu per satu masalahnya ikut menjadi senjata menyerang...