[9]

1.8K 400 48
                                    

To : Kim Yerim

Subject : -


Busan, November 2016

Satu tahun yang lalu saat musim gugur menghiasi Busan dan daun-daun Pohon Gingko berguguran, teriakan ketakutan memenuhi SMA Yeonje dan lapangan segera dipenuhi manusia-manusia penasaran. Aku langsung berlari kencang setelah mendengar kabar hingga ke SMA Ganghan.

Aku ingat tatapan dingin dan tidak bernyawa itu menatapku saat aku sampai di sana. Tatapan kosong itu seolah berkata bahwa ini akhirnya. Akhir dari segala permainan konyol yang lepas kendali karena balas dendam dan amarah.

Aku benar-benar ingin lari dari kenyataan dan membenturkan diriku menghilang dari keramaian. Langkahku saat itu benar-benar terasa melayang di udara. Namun, aku sangat ingat pandanganku terfokuskan padamu di pinggir lapangan yang nampak menengadahkan kepala ke atas.

Kau tersenyum sangat damai, seolah semua bebanmu selama ini berhasil dibawa pergi bersama gadis tak bernyawa.

Kau menangis bahagia, seolah semua deritamu ikut mengalir bersama air mata yang aku yakin terasa hangat dan mencekat.

Lalu, seorang murid laki-laki berjalan menghampirimu. Murid laki-laki yang kukenal selalu melindungimu. Kau tersenyum manis, sangat manis. Namun, murid laki-laki itu berhenti dan tidak lagi melangkah mendekat.

Kau menatap kosong ke arah murid laki-laki di hadapanmu. Namun, beberapa petugas berseragam melewatiku lebih cepat. Mereka berbicara kepada murid laki-laki itu.

Kau mencengkeram rok seragammu kencang hingga tangan putihmu nampak memerah. Murid laki-laki itu memandang kecewa dan pergi berbalik darimu.

Aku mencegat petugas berseragam dan bersikeras untuk ikut. Kami pun segera berjalan menembus keheningan yang terasa mencekam.

"Aku hanya membantu Sohye meyakinkan keputusannya." Kalimat itu diucapkan oleh murid laki-laki saat petugas meminta keterangan.

Murid laki-laki itu menceritakan semua yang ia tahu, mulai dari penyebaran video hingga dua murid yang akhirnya memilih mengakhiri hidupnya sendiri.

"Bagaimana kau meyakinkan Sohye atas keputusannya?" tanya petugas.

Murid laki-laki itu terdiam dan menghela napas. Lalu, ia menatapku yang duduk di sampingnya. "Jika kau ingin semua berubah, maka hanya kau yang bisa mengubahnya. Kau yang memulai, maka kau jugalah yang mengakhiri."

Aku langsung terdiam mendengar ucapan murid laki-laki itu. Sedangkan petugas mulai mencatat analisis mereka.

Satu minggu murid laki-laki itu mendekam di kantor polisi untuk dimintai keterangan. Satu minggu kemudian, Junhoe datang dan kami bertiga berkumpul bercerita. Setelah itu ia dibebaskan tanpa syarat. Kasus ditutup dengan penyelesaian final jika sang korban murni bunuh diri. Beberapa guru di sekolah mulai dimintai keterangan.

Kata Junhoe, anggota Komite Perlindungan Hukum mengadakan pertemuan. Junhoe dan lainnya diminta untuk fokus belajar karena mereka akan segera lulus. Sekarang SMA Yeonje mulai berbenah pelan-pelan dengan memfasilitasi bimbingan konseling dan mengawasi murid dengan baik.

Namun, sekembalinya ia ke sekolah, kau tidak ada di sana. Kau pergi meninggalkan teman-temanmu tanpa kata. Ia menjadi pendiam dan sering tidak masuk kelas. Eunha dan Jennie bercerita jika ia kerap demam tinggi hingga mengigau.

Aku tidak tahu janji apa yang sudah kalian berdua buat. Namun, ia terus menggumam jika ia gagal memenuhi janjinya. Eunha dan Jennie pun berusaha menghubungimu untuk sekadar datang menjenguknya. Tapi, kau tidak datang.

Beberapa bulan yang lalu ia membaik. Pada bulan September, aku, ia, dan Junhoe pergi mengunjungi tempat penyimpanan abu kremasi Sohye dan Mingyu. Kami di sana tulus melayat sebagai seorang teman. Namun, kami menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Satu ikat bunga lili segar dengan namamu di sana.

Kim Yerim, apa kau ke Busan September lalu? Kau mengunjungi Sohye dan Mingyu? Dan kau tidak ada niat sedikitpun untuk menyapa Jungkook yang selalu menunggumu?

Kau tahu, saat itu Jungkook berlari seperti orang gila menembus jalan menghalau orang. Hingga akhirnya ia berakhir di rumah sakit karena sebuah mobil berhasil menabraknya yang linglung karena mencari keberadaan dirimu.

Kim Yerim, hari ini ia bangun.

Dan kalimat paling memilukan yang ia katakan kepada kami semua adalah, "Apa Yerim pernah datang berkunjung?"

Lee Taeyong

Fearly TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang