Seoul, Musim Dingin, 2017
Lonceng sebuah restoran keluarga berbunyi saat pintu terbuka. Seorang gadis cantik berambut sebahu menganggukkan kepalanya saat beberapa tatap mata pelanggan menyipit kecil karena tersenyum menyambutnya.
"Bibi Kim!" teriaknya memanggil seorang wanita paruh baya yang sedang mengelap meja pelanggan nomor tujuh.
"Oh, Yerim-ah. Kau sudah datang?" Wanita paruh baya yang dipanggil Bibi Kim itu berjalan menghampiri Yerim. "Apa ini?" tanyanya saat Yerim menyerahkan satu kantung berwarna cokelat.
"Ibu memasak sup ayam gingseng untuk Bibi sekeluarga. Malam natal tahun ini akan sangat dingin, tidak seperti biasanya," jawab Yerim dan berjalan menuju salah satu meja.
Bibi Kim tersenyum menampilkan kerutan di pelupuk matanya yang semakin banyak. "Sampaikan terima kasihku untuk Joohyun. Apa dia berhasil menyelesaikan syal rajutannya? Aigoo, ibumu sangat bersikeras ingin belajar merajut dan menyelesaikan satu karya sebelum malam natal tiba," jelas Bibi Kim dan ikut duduk bersama Yerim.
Yerim tertawa manis mengeluarkan suara uniknya. Beberapa pelanggan bahkan menolehkan kepala mereka mendengar suara tawa Yerim yang hangat dan ringan. "Sepertinya ibu ingin memberikan syal itu untuk ayah. Tahun lalu ibu tidak memberikan kado apa-apa," jawab Yerim.
Senyum Bibi Kim menipis tatkala mendengar ucapan Yerim. "Kau tahu, kehadiranmu dan ibumu sudah cukup menjadi kado terindah untuk Junmyeon. Aku bisa membayangkan betapa bersyukurnya dia masih bisa menikmati malam natal bersama keluarga kecilnya."
"Aniyo," ucap Yerim menggelengkan kepalanya. "Aku sangat berterima kasih kepada Bibi karena sudah merawat ayah selama kami masih di Busan. Ayah pasti sangat kesepian melewati natalnya jika tidak ada Bibi dan Oppa," sambungnya lagi.
"Aigoo, Junmyeon sangat banyak membantu Bibi. Dia bahkan membantu Oppa-mu memperbaiki jendela kamarnya. Bibi sudah menganggap kalian seperti keluarga sendiri. Apa kau ke sini ingin bertemu dengannya?" tanya Bibi Kim sambil mencubit pipi kanan Yerim.
Gadis itu tersenyum sambil menunduk malu. "Aku hanya ingin mengantar sup ayam gingseng untuk Bibi. Malas sekali bertemu dengannya. Apa Bibi tahu, kemarin dia menumpahkan americano miliknya di atas maket tugas arsitekturku!" adu Yerim sambil mengerucutkan bibirnya ke depan.
Bibi Kim nampak menahan tawanya sambil menatap seseorang yang sejak tadi mengulum senyum di belakang Yerim. Yerim mengerutkan keningnya melihat ekspresi Bibi Kim. Ia pun menolehkan kepalanya ke belakang, tetapi sepasang tangan bergerak lebih cepat menutup kedua matanya.
"Bukankah kemarin Nona Kim ini sudah memaafkanku. Mengapa sekarang dia malah mengadukanku kepada ibuku?"
"Ya! Kim Taehyung! Lepaskan tangan baumu!" teriak Yerim berusaha menarik tangan pemuda yang sekarang tertawa lepas tersebut.
Bibi Kim hanya menggeleng melihat tingkah putra sulungnya yang sangat senang mengganggu Yerim. Ia pun beranjak dari kursinya dan kembali menuju dapur. Bibi Kim lupa jika ia meninggalkan pegawainya sendiri bekerja memenuhi pesanan yang semakin banyak.
"Oh, jadi sekarang kau sudah berani meggunakan banmal denganku, huh?" tanya Taehyung menarik kedua pipi Yerim ke arah berlawanan yang membuat ia meringis kesakitan.
"Aku akan mengadukanmu kepada ayah agar ayah melarangmu untuk menjemputku tiap pagi," ancamnya sambil membulatkan kedua matanya ke arah Taehyung.
Taehyung pun melepaskan tangannya dari pipi Yerim dengan segera. "Baiklah, aku kalah. Ini demi Choco, dia pasti akan sangat sedih jika majikan kesayangannya tidak pergi ke kampus dengan menaiki dirinya," ucap Taehyung dengan wajah memelas. Choco adalah nama motor kesayangan Taehyung berwarna putih. Entah mengapa ia menamainya Choco padahal warnanya bukan cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearly Tale
FanfictionDia Kim Yerim, hidup dengan kesialan di mata mereka. Satu per satu skenario buruk ditimpakan kepada tubuh mungil dan jiwa rapuhnya. Dia Jeon Jungkook, tercipta untuk menggenggam di dalam duka. Satu per satu masalahnya ikut menjadi senjata menyerang...