Yerim menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan saat ia melangkah keluar. Dilihatnya kamar Joohyun yang tertutup rapat. Yerim bernapas lega, setidaknya Joohyun tak memedulikannya akan ke mana di hari Minggu seperti ini.
"Mendung?" lirih Yerim mendongakkan kepalanya menatap langit Busan yang dihiasi awan kelabu. Yerim mengurungkan niat untuk kembali ke dalam rumah mengambil payung. Ia segera melangkahkan kakinya menuju rumah Jungkook untuk menjemput pemuda tersebut.
"Yerim!" sahut Jungkook saat melihat Yerim dari kejauhan. Pemuda tersebut yang tadinya bersandar di tembok pagar rumahnya, segera berlari menghampiri Yerim dengan senyum merekah.
Entah mengapa ia sangat senang sekali bisa melihat Yerim di luar sekolah. Walaupun mereka sepasang kekasih, pergi keluar bersama pada akhir pekan hampir tidak pernah mereka lakukan. Alasannya? Tentu saja karena Yerim yang selalu dikekang oleh ibunya dan Jungkook yang memang lebih suka menghabiskan waktu di rumah.
Jungkook memerhatikan penampilan Yerim dari atas ke bawah. Tak tahan, ia menekuk lututnya dan menatap Yerim dari dekat. "Mengapa kau selalu berhasil membuat jantungku berdetak cepat, Yerim?" tanyanya sambil mengulurkan tangan ke puncak kepala si gadis Kim tersebut.
Yerim terkekeh pelan mendapatkan usapan lembut dari Jungkook seperti itu. Ia tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Ingin rasanya ia mengatakan jika tidak hanya jantung Jungkook saja yang berdetak dengan ritme cepat, jantungnya pun juga serasa ingin meledak karena perlakuan Jungkook yang sangat jujur.
"Kau sangat rapi hari ini, Jung. Kita sedang tidak pergi berkencan, tetapi pergi menemui pengirim surat misterius kemarin," ucap Yerim sambil mendorong pelan Jungkook untuk berdiri tegap.
Jungkook mengusap belakang kepalanya sambil mengulum senyum. Ia sengaja ingin berpakaian rapi dan keren agar mendapatkan pujian dari Yerim. Selain itu, tentu saja ia ingin menunjukkan kepada orang-orang jika gadis cantik di sampingnya ini merupakan kekasih pemuda tampan yang sekarang tersipu malu karena Yerim tiba-tiba mengaitkan tangannya pada lengan Jungkook.
"Aku hanya mengimbangi kecantikanmu, Yerim." Jungkook menggoda kekasihnya tersebut. "Ayo, jalan! Junhoe dan lainnya mungkin sudah jalan ke dermaga," ajak Jungkook dan segera berjalan bersama Yerim.
Mereka berdua sengaja menolak tawaran Junhoe untuk menjemput mereka. Jungkook ingin menikmati perjalanan menuju dermaga dengan berjalan kaki bersama Yerim. Tidak jauh, mereka hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Trotoar jalan raya Busan cukup ramai di hari Minggu, begitupun kendaraan pribadi yang mungkin berasal dari luar kota yang sengaja berlibur di sini. Di musim gugur seperti sekarang, angin pantai di Busan terasa lebih menyegarkan untuk dinikmati bersama keluarga.
"Kau tidak membawa payung?" tanya Jungkook sambil melirik Yerim.
Yerim menggeleng pelan. "Tidak. Aku tadi melupakannya. Lagi pula, jika aku kembali ke dalam rumah, Ibu bisa saja menahanku. Kau tahu bukan bagaimana Nyonya Kim tersebut bersikap kepadaku, Jung?" jelas Yerim sambil mengaitkan genggamannya pada lengan Jungkook.
Jungkook tersenyum miris mendengar penuturan Yerim. Ia tentu saja tahu bagaimana Yerim diperlakukan di rumah. Bahkan, ibu Jungkook sering menanyai keadaan Yerim. Beberapa kali Nyonya Jeon menyuruh Jungkook untuk sering-sering mengajak Yerim bermain ke rumah mereka, tetapi Wonwoo selalu melarang karena takut Joohyun malah memarahi keluarga mereka dan membuat para tetangga merasa tak nyaman.
"Yerim, apa rencanamu setelah kita lulus nanti?" tanya Jungkook tiba-tiba. Mereka kini sudah sampai di jembatan besar Busan yang melintas di atas sungai yang langsung bermuara ke laut.
Yerim nampak terdiam sebentar sambil melirik ke kanan, melihat hamparan sungai yang warnanya jernih memantulkan warna biru langit. "Aku ingin menyusul ayah ke Seoul. Ayah mengirimku pesan jika dia mendapatkan pekerjaan di salah satu toko perabot di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearly Tale
FanfictionDia Kim Yerim, hidup dengan kesialan di mata mereka. Satu per satu skenario buruk ditimpakan kepada tubuh mungil dan jiwa rapuhnya. Dia Jeon Jungkook, tercipta untuk menggenggam di dalam duka. Satu per satu masalahnya ikut menjadi senjata menyerang...