To : Jeon Jungkook
Subject : -
Busan, Oktober 2016
Sebenarnya aku malu mengirimkan surat ini.
Halo Jeon Jungkook, pria brengsek yang rela berkorban untuk gadis lemah seperti Kim Yerim.
Aku tidak pernah memintamu untuk kembali bergabung bersama kami di kelompok itu. Tidak pernah.
Aku hanya menawarkanmu jika kami akan selalu membuka tangan untukmu. Namun, gadis itu menjadi alasan kuat kau kembali kepada kami. Ya, gadis itu. Kim Yerim.
Saat pertama kali kau mendobrak pintu markas kita di atap sambil menggenggam Yerim yang ketakutan, aku sangat merasa bahagia. Seolah-olah saudara lamaku kembali menyapa setelah bertahun-tahun mengacuhkanku.
Sebenarnya, apa definisi persahabatan menurutmu? Apa hubungan kita ini pantas disebut sebuah persahabatan, Kook?
Seorang sahabat tidak pernah membiarkanmu terluka. Tapi, aku melukaimu.
Seorang sahabat tidak pernah membiarkanmu hancur. Tapi, aku menghancurkanmu.
Aku selalu ingin melindungi orang-orang di sekitarku dengan caraku. Namun, kita hanyalah remaja yang tidak tahu kejamnya dunia berlaku. Caraku ternyata bisa berbalik menyerang kita semua.
Mungkin jika hari itu aku tidak menyuruh Mingyu keluar dari sekolah, kau tidak akan pernah menyapaku lagi. Tapi, jika hari itu aku tidak menyuruh Mingyu keluar dari sekolah, mungkin Yerim akan dihantui rasa takut karena pemuda tersebut masih berkeliaran.
Mungkin jika hari itu kita tidak menemui Mingyu di atap SMA Ganghan, dia tidak akan bertindak bodoh dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tapi, jika hari itu kita tidak menemuinya, mungkin Mingyu benar-benar akan dibunuh oleh Eunwoo dengan tangannya sendiri.
Mungkin jika hari itu Yerim tidak mengetahui semuanya dari Taeyong, dia tidak akan bertindak sejauh ini. Tapi, jika hari itu Taeyong tidak memberitahu Yerim, mungkin Yerim akan lebih terluka dan malah berbalik menghancurkan dirinya sendiri.
Mungkin jika hari itu kau tidak mencegah Yerim mengintimidasi Sohye, Sohye tidak akan memilih jalan hidupnya sendiri seperti sekarang. Tapi, jika hari itu Yerim tidak dicegah, mungkin dia akan terus menyiksa Sohye hingga membunuhnya dengan tangannya sendiri.
Jadi, apa kau menyesal dengan hal yang sudah terjadi ini, Kook?
Aku tahu ini terdengar salah. Tapi berusaha melindungi diri kita sendiri dengan cara kita saat masih SMA dulu tidaklah salah. Orang dewasalah yang salah. Mereka membiarkan kita seolah kita bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita. Seolah kita bisa berkembang melindungi dan membatasi diri kita sendiri.
Apa aku menyebut bahwa sekolah gila? Tidak. Tapi guru-guru yang gila. Begitupun orangtua kita.
Saat hari di mana Sohye memilih mengakhiri hidupnya, Eunha langsung berlari menemuiku dan memarahiku. Ia mengatakan jika ini semua adalah salah kita, murid SMA Yeonje.
Aku setuju ucapan gadis berambut sebahu itu. Tapi, aku tidak setuju jika kau dan Yerim juga disalahkan dalam hal ini.
Kami semua yang menghancurkan kalian berdua.
Kami jahat.
Kami pendosa.
Kami tersangka.
Untuk itulah aku menemuimu di kantor polisi seminggu kemudian. Menceritakan semuanya dari sudut pandangku.
Memang awalnya ini bermula di saat "Sohye merekam dan menyebarkan video aksi pelecehan yang melibatkan Yerim".
Namun, bagiku semua ini bermula di saat "Junhoe gagal bertindak menjadi garda terdepan SMA Yeonje" dan "Sekolah memilih diam atas semua kejadian di SMA Yeonje".
Kita semua jahat.
Kita semua pendosa.
Kita semua tersangka.
Kita tidak membutuhkan penjara berupa jeruji besi, namun kita hanya membutuhkan penyesalan yang akan menghantui kita seumur hidup. Itu sudah cukup untuk menyiksa lebih daripada dinginnya jeruji besi.
Jeon Jungkook. Cepatlah bangun, kawan. Semuanya sudah terlewati dengan aman.
Di saat kau bangun nanti, aku berjanji akan membawamu bersama ke Seoul.
Aku merindukan Yerim.
Dan aku yakin, kau lebih merindukannya.
Tebuslah rindu yang membuatmu terbaring seperti saat ini dengan bangun, berjalan, dan memeluk Yerim kembali ke sisimu.
Pria brengsek setelah dirimu
Ko Junhoe
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearly Tale
FanfictionDia Kim Yerim, hidup dengan kesialan di mata mereka. Satu per satu skenario buruk ditimpakan kepada tubuh mungil dan jiwa rapuhnya. Dia Jeon Jungkook, tercipta untuk menggenggam di dalam duka. Satu per satu masalahnya ikut menjadi senjata menyerang...