[Fearly Tale - 09]

2K 415 65
                                    

Jennie sedang membantu Yerim menguncir satu rambutnya saat mereka sedang berada di kantin. Sedangkan Eunha sejak tadi sibuk mengunyah sembari tidak berhenti mengobrol di kala mulutnya penuh.

"Apa dua orang laki-laki tersebut sudah gila? Bagaimana bisa setelah mendengar dengan telinga mereka sendiri jika Eunwoo yang membunuh Mingyu, mereka memilih bersikap santai dan membiarkan Eunwoo berkeliaran di sekolah?" ucapnya sambil melirik meja pojok di mana Junhoe dan Jungkook sedang menghabiskan makan siang mereka terpisah dari tiga gadis ini.

Yerim memilih diam, sedangkan Jennie berdecak pelan saat tangannya merapikan untaian terakhir rambut Yerim. "Ya, Eunha! Kecilkan suaramu! Apa kau pikir Junhoe akan menindak anggotanya sendiri secara terang-terangan? Aku yakin Junheo dan Jungkook akan mengambil tindakan, tapi tidak sekarang. Serahkan saja pada mereka," jelas Jennie. "Di mana Daniel?" tanyanya di detik selanjutnya.

"Dia sedang berada di perpustakaan. Bulan November ini dia akan mengikuti ujian CSAT. Aku rasa Daniel akan jarang berkumpul bersama kita untuk beberapa minggu ke depan," jelas Eunha kali ini. "Nah! Kau terlihat sepuluh kali lebih manis jika mengikat rambutmu seperti ini, Yerim-ah," ucap Eunha sambil memandang Yerim yang sejak tadi masih terdiam.

Yerim mengangguk ragu, lalu ia melirik meja di mana Jungkook dan Junheo berada. Helaan napas terdengar pelan dan ia pun segera berdiri membuat dua gadis di sampingnya menatapnya bersamaan.

"Mau ke mana? Ke meja Jungkook?" tanya Jennie.

Yerim menggeleng pelan. "Aku ingin kembali ke kelas sebentar. Sepertinya aku lupa mengembalikan buku Suhyun yang kemarin aku pinjam," ucapnya dan mengangguk pamit. Eunha dan Jennie hanya menatap Yerim yang berjalan meninggalkan area kantin, diikuti oleh tatapan Jungkook yang sepertinya juga melihat Yerim berjalan keluar dari kantin.

Gadis mungil tersebut mempercepat langkahnya menuju kelas. Diliriknya kelas yang terlihat sepi dengan hanya beberapa anak yang berada di dalamnya. Bahkan, Sohye yang beberapa minggu belakangan ini terlihat sering berdiam di dalam kelas tak terlihat batang hidungnya. Yerim melangkah pelan menuju bangku belakang dan menghampiri seorang murid yang nampak menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Cha Eunwoo," sahutnya lembut dan menyentuh lengan pemuda tersebut pelan.

Lengan Eunwoo bergerak memberikan reaksi setelah merasakan sentuhan Yerim. Pemuda tersebut pun mengangkat pelan kepalanya dan menatap Yerim sendu. Terlihat jelas kantung mata berwarna gelap menghiasi wajah dingin nan tampan pemuda itu. "Oh, Yerim. Kau tidak makan siang?" tanyanya dengan diiringi senyuman tipis.

"Bagaimana denganmu? Kau terlihat lebih membutuhkan makan daripada aku," jawab Yerim dan memilih duduk di kursi depan seraya memutar tubuhnya menghadap Eunwoo yang tertunduk. "Eunwoo, bisa ikut aku ke atap sebentar?" tanya Yerim lagi.

Eunwoo menatap Yerim ragu, tetapi melihat senyum meyakinkan Yerim akhirnya pemuda tersebut pun menyetujuinya. Ia segera mengikuti langkah Yerim hingga ke atap tanpa ada percakapan yang mereka lontarkan satu sama lain.

Eunwoo tersenyum kecil di dalam tundukan kepalanya sesaat mereka sampai di atap. Ia pun memulai percakapan mereka. "Mengapa kalian diam saja seolah tidak mengetahui apa-apa, Yerim? Bukankah seharusnya kau sudah berlari menemui salah satu guru dan melaporkan tindakanku? Dan mengapa kau memberanikan diri untuk berbicara dengan pembunuh sepertiku? Kau tidak takut?" Eunwoo menghujani Yerim dengan rentetan pertanyaan.

"Kau tidak membunuh Mingyu, Eunwoo. Mengapa aku harus takut?" ucap Yerim pelan dan berhasil membuat Eunwoo menolehkan kepala menatap Yerim sepenuhnya. "Aku tidak tahu siapa yang harus disalahkan dalam peristiwa yang menimpa kita semua. Bukankah wajar setiap kita melakukan pembelaan dan berusaha agar diri kita tidak menjadi semakin buruk atapun tersiksa?" tanya Yerim sambil tersenyum pahit.

Fearly TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang