Part 6

2.5K 171 1
                                    

****

   ***

     Hai Readers 😊 terima kasih sudah mampir ngasih vote sampai nempelin komentar, sampai yang lihat diam-diam juga 😁 makasih banyak ya kalian sudah menjadi bagian pembaca cerita couple Darren💖Iriana😘

   Yuk kalian bisa langsung baca aja ceritanya 😆

  **

   Darren memarkirkan mobilnya di halaman rumah Iriana, hujan masih turun dengan lebat dan leganya mereka sudah sampai.

    Iriana membuka pintu rumahnya, "Silahkan masuk. Kau mau minum apa?"

   "Kau punya wine?"

   Iriana terhenti dari membuka kulkasnya, ia menoleh dengan kening mengeryit, "Wine di tengah hujan?" tanya baliknya heran.

   Melihat ekspresi heran gadis tersebut Darren terkekeh kecil, ia sama sekali tidak serius memintanya, "Aku hanya bercanda." sambil duduk, matanya menatap seisi ruang tamu tersebut yang tertata begitu cantik.

   "Kukira kau benaran ingin minum wine di hari hujan, jujur saja aku keberatan karena di sini tidak ada minuman tersebut." sahutnya meraih cangkir ia akan membuat teh hangat saja, lalu membawanya.

    "Teh lebih menghangatkan." senyumnya memberikan cangkir tersebut, di sambut Darren sambil terkekeh duduk dengan nyamannya di sofa berwarna krim tersebut.

   "Terima kasih. Kau tinggal sendiri?" sejak ia datang tidak terlihat siapa pun.

   Iriana duduk menyerup teh hangat miliknya juga sambil mengangguk, "Orang tuaku tidak tinggal di sini. Tapi, tiap akhir pekan mereka akan menginap di sini."

    Darren mengangguk mengerti ia kembali melihat ke dinding ada beberapa foto keluarga terpajang di sana, keningnya mengeryit saat melihat gambar dua orang bayi perempuan yang sama tengkurap.

   Wajah ke dua bayi tersebut terlihat menggemaskan, yang satu menggunakan bando berwarna pink dan yang satunya putih. Ekpresinya terlihat sangat lucu dengan senyum lebar tanpa ada gigi.

   "Itu fotoku waktu kecil."

   Mata Darren membulat cukup kaget, "Kau kembar?"

   Iriana mengangguk terkekeh melihat reaksi Darren yang masih tidak percaya, "Iya, yang sebelah kanan itu adik kembarku. Kau pasti kaget karena wajah kami tidak mirip, orang juga kalau tau pasti tidak percaya kami kembar." ceritanya tersenyum.

    "Mengejutkan, biasanya kalau kembar pasti sama kalian malah berbeda." takjubnya.

  Iriana tertawa kecil, "Itu benar, keluargaku bilang aku mirip dengan Ayah sedangkan Adik kembarku sangat mirip dengan Ibu. Meski begitu kami juga memiliki banyak hal yang sama, Adik kembarku sangat menyukai hal-hal yang manis, sedangkan aku lebih menyukai hal-hal yang natural." tapi sedetik kemudian ekspresinya sedih saat teringat kecelakaan tersebut, tidak mau terlihat ia beranjak berdiri, "Ah apa kau mau puding, sebentar akan kuambilkan." ucapnya bergegas ke dapur.

   Darren terdiam ia sempat melihat perubahan ekspresi gadis tersebut, sedih. Itu lah yang ia lihat gadis itu bahkan pasti menahan tangisnya, ia merasa ada kesedihan yang di sembunyikan gadis tersebut tentang adik kembarnya.

   "Harusnya kau perlihatkan saja, aku ingin menjadi penghapus sedihmu." batinnya.

   Ada perasaan sedih saat gadis itu lebih memperlihatkan sedihnya pada kesunyian, dari pada menunjukan padanya ia ingin menjadi bagian yang penting hidup Iriana. Ia ingin gadis itu memasukan dirinya dalam dunia gadis tersebut.

    Darren menghela nafas beranjak dari duduknya, melangkah ia ingin melihat gadis tersebut. Tapi, sebuah foto menghentikan langkahnya. Ia beralih menghampiri dinding yang terdapat sebuah bingkai foto yang besar, dua orang gadis yang tersenyum.
 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Matanya membulat kaget bahkan nafas Darren terasa tercekat, langkahnya memundur kaki-kakinya serasa lemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Matanya membulat kaget bahkan nafas Darren terasa tercekat, langkahnya memundur kaki-kakinya serasa lemas. Meski tangannya sekarang berpegang pada meja, ia tertunduk dan sekarang ia malah bisa melihat beberapa foto yang berdiri di meja tersebut.

     Tanganya mencekram dadanya yang nyeri Jantungnya serasa di remas dengan sadisnya, senyuman manis gadis tersebut seolah berubah berganti dengan bibir yang pucat.

    "Darren ... Darren cepat kemari ... cepatlah, aku dari tadi menunggumu."

   Sekelebat suara terus memanggilnya, bayangan tersenyum itu terus mengusai pikirannya. Ia bahkan sekarang sulit bernapas, tangannya gemetar saat jari-jarinya tersentuh bingkai tersebut.

   "Raina." jerit batinnya.

~~**Bersambung**~~

📕 MEMORIES and RAIN ☔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang