****
*****
Hai Readers 😊 terima kasih sudah mampir ngasih vote sampai nempelin komentar, sampai yang lihat diam-diam juga 😁 makasih banyak ya kalian sudah menjadi bagian pembaca cerita couple Darren💖Iriana😘
Yuk kalian bisa langsung baca aja ceritanya 😆
****
Pintu ruangan kerja Darren berderit kecil terbuka, Darren menghentikan pekerjaannya ia menatap ke arah pintu sambil tersenyum. Gadisnya berdiri di sana dengan membawa dua gelas kopi, dengan hati-hati masuk berjalan menghampiri mejanya.
Matanya melihat sebuah kertas di meja tersebut, rasa penasarannya muncul ia merasa kertas itu akan jadi hal yang sangat menarik.
"Apa yang kau gambar?" dengan penasaran ia menghampiri meja kerja Darren, ia sangat penasaran melihat wajah pria itu sangat serius. Bahkan, sesekali tersenyum menatap kertas di mejanya.
Merasa gadisnya sudah kembali lagi, dengan secankir kopi di tangannya ia menatap gadis tersebut, ia bisa menebak ekspresi penasaran Iriana. Sambil tersenyum ia mengangkat tangan kanannya memanggil.
"Kemarilah! Kutunjukan sesuatu,"
Karena sangat penasaran Iriana bergegas mendekat, menaruh cangkir kopi di meja. Matanya langsung ingin melihat namun buru-buru di tutup Darren.
Wajahnya langsung cemberut, ia memicingkan tatapannya mengajukan protes. Bukan kah Prianya itu tadi mau memperlihatkannya. Melihat itu Darren tersenyum geli, ia ingin memperlihatkannya dengan cara yang lebih romantis.
"Duduk di sini," pintanya menepuk pahanya, meminta gadisnya duduk di pangkuannya.
Iriana tidak langsung menurut ia malah menatap curiga, meneliti semua tubuh Darren. Entah maksudnya apa.
"Kau tidak sedang me'modusiku kan?" selidiknya, meski hatinya cinta tapi ia juga tidak mau di modusi begitu saja.
Merasa terlihat lucu eskpresi gadisnya itu Darren tertawa, tangannya menyentuh pergelangan tangan Iriana, menariknya pelan lebih dekat.
"Tanpa kumodusi pun, Darren Lee tetap membuatmu jatuh cintakan," ucapnya, "Duduklah! Bukan kah kau penasaran ingin tau apa ini,"
Mata Iriana menatap penasaran pada buku gambar besar tersebut, dengan ragu ia semakin mendekat dengan gugup. Membuat Darren tersenyum geli melihat pipi Iriana merona.
Karena terlalu lambat dengan inisiatif Darren menarik tubuh Iriana, langsung mengangkatnya ke pangkuan. Tentu saja gadis itu terpekik kecil Kini tubuh kecil gadisnya itu berada di pangkuannya.
Ia bisa merasakan tubuh gadisnya menegang dan gugup, bahkan hanya diam saat Darren menempatkan kepalanya di cekungan leher gadisnya.
Tubuh itu semakin menegang saat Darren sengaja menghembuskan nafasnya di sana, terasa hangat dan membuat napasnya tersendat sendat.
"Casablanca Lily. Aroma lembut yang menggoda, aku selalu suka." sambil tersenyum Darren mengendus kecil leher Iriana, meninggalkan kecupan kecil di sana ia begitu menggilai aroma gadisnya. Membuatnya selalu ingin menempel pada gadisnya tersebut.
Tubuh Iriana tersentak kecil, bibir Darren seperti hujan yang menyentuh kulit. Terkesan dingin namun setelah bersentuhan kulit, akan terasa hangat .
Situasi seperti itu jika di biarkan tidak akan baik, setidaknya salah satu dari mereka harus mengontrolnya dengan cepat. Meski cinta tapi ia ingin hal indah itu harus pada waktunya.
"Emm, jadi ... perlihatkan padaku!"
Susah payah Iriana menahan kegugugupannya, tangannya meraih kertas di meja. Membaliknya.Keningnya berkerut kertas itu hanya berisi sketsa bangunan, ia kira tadinya sesuatu yang beda.
"Sebuah sketsa bangunan?"
Darren mengangguk tersenyum kecil, ia bisa melihat jelas gadisnya itu bingung sendiri. Dengan cekatan ia meraih kertas tersebut menaruhnya di pangkuan Iriana.
"Iya, aku sendiri yang merancangnya."
Iriana menoleh ke samping, "Kau kan seorang Arsitek tentu saja merancang sendiri."
Lagi-lagi Darren tersenyum membuat kening Iriana semakin mengerut, "Lihatlah baik-baik," tunjuknya pada sisi teratas kanan, ada dua huruf tercetak di sana.
" DI?"
"Itu huruf inisial nama, Sayang. D dari Darren dan I dari Iriana. Aku sudah membuat sketsa masa depan kita,""Sketsa masa depan?" refleks kepalanya menatap Darren, ia butuh penjelasan detil.
Darren mengangguk ia dengan senang hati akan menjelaskannya, "Aku sudah merancang sebuah rumah untuk kita. Lihat! Nanti ada halaman belakang yang lebih luas, di situ kamu bisa menjadikannya taman bunga. dan di tengannya akan di jadikan kamar kita, dindingnya akan di buat dari kaca, juga atapnya. Jadi, saat hujan turun kau bisa langsung memandanginya,"
"A, di beranda atas akan di jadikan teman kecil dan ada ayunannya juga, jadi kita bisa menghabiskan sore hari di sini. Dan ... a, ini. Ini ruang keluarga. Di sebelah sini ruang kerjamu dan di seberangnya ruang kerjaku, pintunya terbuat dari kaca jadi aku bisa langsung melihatmu sedang bekerja,"
Mulut Iriana tergangga kecil mendengar penjelasan, ia masih bingung sendiri saat jari Darren dengan pelan menunjuk setiap ruangan-ruangan.
Sketsanya saja sudah terlihat sangat indah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti. Bisa-bisa ia berteriak histeris saking kagumnya.
Darren masih bicara menjelaskan semuanya, dari jenis karpet sampai motif sprai tempat tidur sekali pun. Ia juga sudah menyiapkan sebuah dua buah kamar yang katany nanti untuk anak-anak mereka. Manis sekali.
" Bagaimana apa kau suka?"
Iriana tersentak menoleh ia melihat jelas Darren tersenyum, ada rasa bahagia terpancar di senyumannya setelah menjelaskan tentang sketsa masa depan mereka.
Mana mungkin ia tidak suka. Sketsa masa depan yang di rancang Darren sangatlah indah, ia jadi merasa terharu. Prianya sudah berpikir sejauh itu untuk masa depan mereka.
Dengan senang hati ia mengangguk, "Sangat. Ini sangat indah, aku menyukainya."
"Syukurlah kau suka, apa ada yang perlu ingin kau tambahkan? Nanti kita bisa tambahkan lagi."
Iriana menggeleng rencana Darren sudah lebih dari yang ia pikirkan, "Kau membuatnya sudah lebih dari cukup, bahkan menurutku terlihat mewah."
Darren mengusap pipinya dengan lembut sambil tersenyum, "Aku ingin memberi yang terbaik untuk masa depan kita. Dan ... apa yang akan kuberikan padamu itu menurutku tidak akan pernah cukup hanya dengan satu kali, aku akan selalu dan selalu memberikan yang terbaik untukmu. Untuk kita."
Mata Iriana berkaca-kaca, hatinya terharu ucapan Darren sangatlah manis. Membuatnya merasa begitu beruntung bisa di cintai pria tersebut.
Ia beralih posisi duduk berhadapan, tanganya mengalung di leher Darren. Menatap manik cokelat yang membuatnya jatuh hati. Tanganya menangkup sisi wajah prianya, membalas senyumannya.
"Dan kuharap perasaan cinta kita juga tidak akan pernah puas setiap waktunya, semakin mencintai setiap goresan yang di buatkan Tuhan untuk kita."
"Amin."
Sahut mereka bersamaan lalu tertawa kecil.
~~**Bersambung ~~~
Terima kasih banyak sudah menyelesaikan cerita partnya😊 dukung terus Memories and Rain ya, tetap terus nempel dimari, ok. 😘Sampai bertemu di part selanjutnya 😊
Salam berkarya🌸 A'Miki As💙
KAMU SEDANG MEMBACA
📕 MEMORIES and RAIN ☔
Roman d'amourIriana gadis 20 tahun, berprofisi sebagai Weeding Organizer tersebut sangat menyukai hujan, baginya hujan sangat indah karena Tuhan yang memberikannya langsung. Tapi, suatu kejadian membuatnya tidak lagi menyukainya. Masa lalu yang membuatnya mengu...