"Lo pernah pikir gak kalo cinta kita bakal bersatu lagi,"
-Introvert-
Pulang sekolah, hal terbenci dalam kehidupan Aluna. Karena ia harus jalan sejauh 200 meter-an untuk menunggu angkot atau sebagainya, menunggu loh, itu pun harus menunggu kurang lebih 20 menit.
"ALUNA!" teriak cowok yang jauh di belakangnya itu, Aluna takut kalo itu Gevaro atau Geng Bully Davin di sekolahnya itu.
Aluna mempercepat langkah kakinya lagi, karena semakin jelas suara motor mendekatinya.
"HEI LUN! Berhenti sebentar..." teriak itu lagi membuat Aluna berhenti
Aluna sangat ketakutan, Aluna tidak mengenal suara itu karena suaranya menggema dibalik kaca helm.
Suara motor berenti tepat disampingnya, walaupun kontak motornya tidak dimatikan tetapi masih terdengar suara memanggilnya.
"Luna," panggilnya.
"Aluna," panggilnya sekali lagi.
Aluna pun menengok dengan keringat sudah bercucuran kesana–kesini, seperti terciptanya sungai sangat amat kecil di pipi Aluna. Bukan air tangisan, tapi air keringat.
Cowok itu terkekeh, "Sampai segitunya yah," lalu tertawa kecil, "Kayak habis ngelihat setan lo,"
Aluna berdecik, "Ck, emang habis ngeliat setan. Lo setannya, sumpah gue kira siapa, ternyata lo, Dhim." ya Dhimas Pakuwa Megantara, teman sekelas sekaligus teman penghibur Aluna ketika sahabatnya sedang pergi ke kantin atau dikala dhimas menjahilinya.
"Naik, Lun. Ayo gue anter pulang." suruh Dhimas, tangannya mempersilahkan Aluna untuk duduk di jok belakang motornya.
Tanpa basa-basi Aluna mengangguk.
Dhimas mengambil helm yang tersangkut di jok belakang itu, lalu mengasihnya ke Aluna.
Aluna sudah naik, kemudian Dhimas menancapkan gas dan jalan meninggalkan aspal bekas injakan kaki Aluna itu.
Diperjalanan suasana awkward tidak seperti dikelas, kayak anjing dan kucing saja. Adu bacot, dan saling menjahili.
Aluna sangat canggung kali ini, jantungnya berdegup kencang seperti ingin loncat ke jalanan saja.
Bahyangkan, Dhimas menyuruh Aluna untuk berpegangan pinggangnya.
"Lun, pegang pinggang gue. Gue mau the flash." ucap Dhimas yang menggema di balik helm hitamnya.
Aluna tidak menghiraukan itu, tetapi malah tangan Aluna diraih oleh Dhimas, dan memeluk pinggang Dhimas.
"Suruh pegangan aja susah,"
Jantung Aluna rasanya ingin meledak seketika
Dhimas selalu bertingkah konyol dikelas tapi kali ini ia mencoba bertingkah manis ke Aluna.
Dan hingga akhirnya mereka berdua telah sampai depan pagar hitam rumah Aluna.
Aluna dengan cepat turun tanpa di aba-aba kan, dari tadi jantungnya masih saja tidak beraturan.
dan langsung masuk membuka pintu pagar, ia salting!
"Boleh aja masuk tanpa pamit, tapi lepasin helm gue dulu kali." serunya, Aluna cengir lalu berjalan ke arah Dhimas dan mengasih helmnya.
"Erm... makasih, Dhim." ucapnya langsung berlari ke pagar yang sudah terbuka.
Aluna menutup pintu kamar dengan tergesa-gesa dan melempar pelan tas yang ada dipundaknya ke atas meja belajarnya itu,
Saking tergesa-gesanya ia terlibet rok abu-abunya yang panjang itu, Aluna terjatuh lalu keningnya terpentok pelan lantai kayu kamarnya itu,
Aluna meringis, "Argh... kok gue salting gini sih?" ucapnya seraya mengelus keningnya tercetak berwarna merah itu.
-Introvert-

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Introvert
TienerfictieSeorang gadis nan cantik bernama Aluna Sabna Jasmine, mempunyai kekasih. Kekasih pertamanya di SMA, dan kekasih pertama seumur hidupnya. Semudahnya menyukai maupun mencintai seseorang, tetapi tidak semudah melupakannya. Keputusan yang membu...