[18] : Istri?

1K 53 1
                                    

***

"Gue masih sayang sama lo."

Deg.

Kata yang kedua kali keluar dari mulut Gevaro, walaupun mereka sudah mengakhirkan hubungan  cinta.

Aluna ingin menangis saat ini juga, dan ingin berlari secepat mungkin. Meninggalkan Gevaro. Kalau melompat tidak menyebabkan tulang patah, dan keakibatan lainnya, mungkin saat ini juga Aluna melompat.

Mata Aluna meneteskan cairan bening yang keluar begitu saja tanpa izin.

Gevaro refleks langsung menghapus cairan bening itu. "Please. Gue tau, gue salah. Please. Jangan nangis, gue salah. Kenapa baru sekarang lagi gue kasih tau ke elo!" jelas Gevaro, kembali mengeratkan tangan Aluna didadanya.

"Gue tau, lo kecewa sama gue waktu itu."

"Gue tau gimana perasaan lo ..." Gevaro menggantungkan ucapannya. "perasaan lo ditinggalin sama gue.." ucap Gevaro dengan nada menyesal.

"Gue yang egois. Kenapa disaat lo selalu mikirin gue, khawatirin gue dan gue disana gak ada usaha untuk ngabarin lo."

"Gue gak ada tampang pengorbanan waktu itu!" kata Gevaro, mengeratkan kembali tangan Aluna didadanya.

"Gue gak ada kepikiran untuk hubungin lo pake nomer nyokap."

"Gue brengsek. Bikin lo nangis terus."

Aluna semakin terisak, atas ucapan kotor Gevaro kepada diri Gevaro sendiri. Pengin sekali Aluna menjawab semua itu. Tapi rasanya tidak bisa, urat-uratnya terasa diputuskan untuk berbicara saat itu.

Aluna hanya menggeleng atas perkataan Gevaro.

Bianglala yang mereka naiki, saat itu terasa sangat lambat sekali.

Aluna melepaskan tangan Gevaro dan memegang bahu Gevaro. Mencoba untuk berbicara walaupun masih sangat terisak. Sangat tercekat.

Gevaro menunduk.

Tangan Aluna meraih bahu Gevaro. Aluna memegang kuat bahu Gevaro. "Ge-ev.." ucap Aluna terbata-bata, ia tidak bisa menahan segukannya.

"Gu-Gue yang.. Be-go.. Kenapa ha-rus minta pu-tus sama lo waktu itu." ucapnya sedikit menyesal. Karena mengungkit permasalahan putusnya hubungan mereka. Aluna melepaskan tangannya dibahu Gevaro.

Gevaro mendongak, dan mengelus bahu Aluna. "Diantara kita, kita berdua yang salah. Kenapa harus gak ada kabar, dan akhirin hubungan." balas Gevaro, menyadari semuanya.

Aluna mengangguk, dan tersenyum seceria mungkin.

Gevaro menghapus kembali air mata Aluna. "Oke. Trus, sekarang kita apa?" goda Gevaro sambil tersenyum jahil.

Aluna memberi tatapan jijik. "Lo mah. Baikan baru sebentar, udah ngaco!" ketus Aluna memukul lengan Gevaro.

"Auwh!" ringis Gevaro, "sakit tau."

Aluna memalingkan wajahnya, "Lagian, lo nya aneh-aneh aja."

Gevaro pura-pura bingung dan menaikan satu alisnya. "Aneh? Emang gue minta lo jadi istri gue?" godanya lagi.

Aluna menoleh, melolot kesal, dan kembali memukul lengan Gevaro. Gevaro meringis, walaupun hanya tipuan semata saja. "Ih, apaan sih! Gue masih mau sekolah kali, terus kuliah." ia tidak menyadari pipinya blushing lagi.

"Cie.. pipinya merah lagi.." goda Gevaro lagi.

"Apaan sih!" ketus Aluna.

Gevaro tertawa kembali, Aluna pun mengikutinya.

"Udah, jangan nangis melulu. Gue masih ada disini, kok."

"Idih, gue baru tau. Sifat geer lo gede," Aluna tertawa lepas.

Geer kalo sekarang lo masih mencintai gue.

"Masih."

*****

[1] IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang