"ASAAD PLEASE BALIKIN! LO DIMANA SIH? IH!" Marsella menghela napas kasar, sesekali mengisak hingus di hidungnya yang sedang pilek. "Haduuh! Gimana dong? Please, ke ajaiban datang kek!" ucap Marsella menunduk.
"JENG! JENG! JENG! PANGERAN DATANG!" Pintu toilet cowok terbuka dan merlihatkan si manusia terkutuk.
Marsella mendongak, "Nah, ini nih! Yang gue cari." Marsella langsung menghampiri Asad yang sedang menyengir seolah ia tidak bersalah.
Dengan gemasnya Marsella mencubit pipi Asad kencang. "Ihhh! Gara-gara lo, gue nggak jadi kunjungan perpus! Rese banget sih lo." sesekali Asad melirik Marsella sambil meringis kesakitan.
"Nih... Balesannya kalo lo jail sama gue." kini tangan Marsella terulur mencubit pinggang Asad.
"Weh! Weh! Please, Sel! Ahh.. Sakit sumpah! Woi, woii!" ringis Asad.
Akhirnya Marsella melepaskan cubitannya dan menatap sinis Asad. "Sini sepatu gue!" desisnya.
Asad mengulur memberi sepatu Marsella di tangannya. "Nih, sakit tau! Lebih sakit lagi hati abang yang menu—"
Asad langsung menutup rapat-rapat mulutnya yang hampir saja keceplosan. Haduh! Hampir aja keceplosan—batin Asad.
Marsella memajukan telinganya. "Apa-apa? Nggak denger. Apaan tadi?"
Asad memajukan bibirnya di telinga Marsella. Dan...
"KEPO!" teriak Asad di telinga Marsella, lalu ia memundurkan bibirnya yang masih sedikit terbuka.
Marsella langsung menoyor kepala Asad dengan kasar. "Ah bego ih! Nanti budeg gimana? Fuh–fuh..."
Asad menutup bibirnya dengan telunjuknya. "Shut! Cewek nggak boleh ngomong kasar."
Marsella langsung mengambil sepatunya di tangan Asad. "Gara-gara lo juga, tadi gue hampir ke peleset di depan kelas IPS satu!" Marsella mengepalkan kedua tangannya dengan wajah yang kesal.
"Ihhh! Pokoknya gara-gara lo hari ini gue sial. Gue kesel sama lo!"
Asad mengernyit bingung, kali ini ia harus terlihat bingung. Ya, padahal di dalam hatinya ia bersalah, karena hampir membuat calon kekasihnya celaka. Ya, celaka. Kalau misalnya jatoh pas kepeleset? Terus kaki Marsella terkilir, emang bukan celaka? Ya bukan?
Tunggu, apa? Calon—kekasih? Kenapa Asad menyakinkan diri kalau ia masih menjadi calon kekasih Marsella? Tetapi kalau keadaannya begini, bisa-bisa yang awalnya calon kekasih jadi calon musuh lagi? Haduh, tambah berabe urusannya.
Asad menerjapkan matanya berulang kali, untuk memastikan apa benar sekarang. Tepatnya di depannya, tiba-tiba Marsella sedang senyum bahagia? Asad pun terikut tersenyum seperti layaknya jodoh yang bertemu... (?)
Marsella mengernyit bingung, "Heh, lo kenapa senyam-senyum sendiri?" tiba-tiba Marsella geer. "Ohh... Gue tahu— maksudnya tau! Erm.... Lo suka sama gue 'kan?"
Marsella tidak menyadari bahwa lima kata tadi dapat mempacu cepat detak jantung Asad. Asad pun tersadar dari halusinasinya.
"Hah? Enggak! Kata siapa? Yeeeh... Siapa juga yang mau suka sama nenek lampir! Cerewet lagi! Ihh ogah banget gue." desis Asad.
Marsella memutar bola matanya malas. "Dih, ya udah sih. Biasa aja, lebay amat!"
Asad pun terdiam, di susul oleh Marsella yang ikut terdiam beberapa detik.
"Umm.." ucap keduanya bersamaan. Mata mereka saling pandang satu sama lain.
Marsella melongo lalu kemudian menggeleng. "Nggak lo aja duluan." ucap keduanya lagi secara bersamaan.
Asad berdecih. "Ish ya udah gue aja, oke?" Marsella mengangguk.
"Lo lagi PMS ya? Kok marahnya sampe kayak gitu sama gue?"
Marsella melotot. "Kalo gue PMS kenapa gue sholat? Ih pikir dong. Nggak gue nggak PMS."
Asad menyengir dan terkekeh pelan.
"Sekarang lo. Lo mau nanya apa?" tanya Asad.
Marsella memicingkan matanya. "Lo nggak sholat Jumat, ya?" Asad menggeleng.
"Heh, gue sholat kali." katanya.
"Halah, bohong!"
Padahal batinnya bertanya-tanya; Set dah, baru jadi temen aja perhatian. Gimana udah jadi cewek gue?
"Idih, siapa juga yang mau jadi cewek lo?" ucap Marsella dengan suara cemprengnya.
"Lah, kok tau?" tanya Asad setengah ketakutan.
"Lo ngomong dalem hati? Atau dalem mulut? Kedengeran lah, lo ngomong suara lo gede! Makanya kalo ngomong dalem hati mulut nggak usah komat-kamit. Kayak mau nyembur aja, udah ah gue ke perpus." Ups! Asad kena semprot.
Baru beberapa langkah, Asad mengejar Marsella dan meraih tangan Marsella. "Sel, kata Gevaro. Dia nitip salam buat Aluna, gitu katanya." ucap Asad berbohong, itu semua untuk berlama-lama dengan Marsella.
Marsella menoleh. "Hah? Gue nggak percaya, udah sana ih! Pake megang-megang lagi." ketus Marsella, mencoba melepaskan tangannya dengan Asad.
"ASAAD! IH LEPASIN."
*****
P.s: Hai guys, im come back! Yuhu..
JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG SATU YA, DARLING!
"Stalker"
OIYA, sesuai janjiku. 100+ vote mau bikin chapter character. So, vote yang banyak ya!
Thank you, dear!💗🐷

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Introvert
Teen FictionSeorang gadis nan cantik bernama Aluna Sabna Jasmine, mempunyai kekasih. Kekasih pertamanya di SMA, dan kekasih pertama seumur hidupnya. Semudahnya menyukai maupun mencintai seseorang, tetapi tidak semudah melupakannya. Keputusan yang membu...