Chapter 4

5K 403 12
                                    

Cengkramannya sangat kuat, membuat pergelangan tanganku terasa nyeri. Wajahku pasti semakin memerah, akibat menahan luapan amarah, yang hampir mencapai ubun-ubun.

"Lepas!" Aku meronta, berusaha meloloskan diri. Tapi semua itu sia-sia.

"Aku tidak akan menandatangani kontrak penawaran itu." desisku tajam.

Memangnya, siapa dia? berani sekali memaksaku. Jika aku tidak ingin. Maka, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau melakukannya.

Pria gila itu justru menarik tubuhku semakin merapat padanya. Aroma feromon yang menyegarkanx menguar dari tubuhnya. Membuat penciumanku sedikit tergelitik, ingin menghirupnya lebih dalam. Shit! pria ini berbahaya.

"Kau tidak boleh menolaknya!" bisiknya  di samping telingaku.

"Atas dasar apa aku tidak boleh menolaknya!" bentakku sinis tanpa menoleh padanya.  Posisi punggungku merapat di dadanya. Kurasakan hembusan nafas hangatnya di tengkukku, membuat bulu kudukku meremang.

"Kau, benar-benar membuat kesabaranku habis Renesya!" sergahnya tidak terima.  Pria itu menyugar rambutnya frustasi. Cengkramannya di tubuhku sudah terlepas. Aku menoleh  seraya memamerkan senyuman miring di sudut bibirku. Jadi dia kesal? karena aku sering menolaknya?

Apa dia tidak sadar, aku juga cukup sakit hati akibat ulahnya yang membuat kontraku dengan Victoria's Secret batal begitu saja. Lagipula aku berhak menolak siapapun yang tidak kuinginkan. Dan sialnya, pria ini keras kepala sekali? seharusnya dia menyerah saja.

Belum sempat menghindar. Pria gila ini, justru sudah menarik tubuhku ke arah ruangan dengan pintu tertutup yang berada di sisi kiri. Kinerja jantungku mendadak tak terkendali. Apa lagi yang akan dilakukan pria ini?

"Lepaskan!" Aku kembali meronta. Segala pikiran buruk, semakin merajalela di dalam benakku. Bagaimana kalau pria ini bertindak macam-macam?

"...."

Tidak ada jawaban. Dia terus menghela tubuhku semakin mendekati pintu berplitur coklat. Kami sudah berdiri tepat di depan pintu tersebut. Dia sedang sibuk memasukkan kunci ke dalam lubang. Ini tidak bisa dibiarkan, bagaimana caraku bisa lepas darinya. Aku berusaha memutar otakku. Sial! kenapa IQ 130 ku mendadak malfungsi begini.

"Jangan pernah sekalipun berpikir untuk kabur, Renesya. Kali ini kupastikan kau tidak akan pernah bisa lari lagi dariku." Dia menarik tubuhku cepat, masuk kedalam. Pandangan mataku  menyelisik setiap sudut. Kesimpulan yang kuyakini, ruangan ini merupakan tempat beristirahat.

Mendadak kurasakan dorongan kuat. Seketika tubuhku terhempas ke atas kasur.  Astaga! apa yang akan dia lakukan? sepertinya pria ini memang benar-benar gila.

"Sialan! Apa yang kau inginkan brengsek."

"Dengarkan baik-baik perkataan pria yang kau sebut 'brengsek' ini." Dia menindih tubuhku, mengunci kedua tanganku di atas kepala. Pandangan kami bertemu, aku bisa melihat dengan jelas mata hitam pekat itu menatapku dengan sorot tajam. Aku menelan ludah gugup. Merasakan sesuatu yang berbeda dari pria ini, tidak seperti biasanya. Bibirku mendadak kelu, tak mampu membalas ucapannya.

"Tubuhmu ini terlalu sayang, jika kau gunakan berpose di depan kamera, dengan pakaian minim." telapak tangannya menelusuri lekukan tubuhku dengan gerakan perlahan. Aku menggeliat berusaha menghindari sentuhannya.

"Singkirkan tangan kotormu itu, kau tidak berhak berkomentar apapun tentangku." ujarku tajam menatap lekat wajahnya. Kusadari dalam waktu beberapa detik mata hitam itu mengerjab gelisah sebelum kembali menatap tajam seperti semula, membalas tatapanku.

"Bekerja samalah denganku, kupastikan kau akan mendapatkan royalti lebih dari perusahaan manapun."

"Aku tidak tertarik!" Memalingkan wajahku ke samping, menghindari tatapannya.

"Benarkah? bagaimana dengan yang ini?" detik itu juga dia menundukkan wajahnya, bibirnya dengan cepat meraup bibirku secara serampangan, bola mataku membulat sempurna. Tidak percaya, dia berani melakukan hal ini padaku.

Berusaha menggerakkan kakiku, namun sia-sia, tubuhnya begitu erat mengunci tubuhku. Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Kurasakan lumatannya semakin cepat hingga membuatku nyaris kehabisan nafas. Sialan! pria ini benar-benar ingin membunuhku rupanya.

Tanpa perasaan aku menggigit bibir bawahnya sekeras yang aku bisa, dan berhasil. Dia melepaskan lumatannya lalu menjauhkan wajahnya dariku, kulihat bibir bawahnya memerah akibat perbuatanku.

PLAK!!

Satu lagi, pipinya ikut memerah akibat tangan terampilku. Cengkeramannya di tubuhku sedikit mengendur, aku menggunakan kesempatan ini agar bisa lepas dari jeratanya.

Berusaha mendorong tubuhnya dengan kuat, aku berusaha bangun dari posisiku, lalu berlari menjauh darinya. Sebelum menghilang di balik pintu, aku menoleh kembali padanya yang saat ini hanya diam masih pada posisi semula.

"Kau memang berhasil memaksakan kehendakmu untuk bisa menciumku, tapi tidak dengan hidupku, kau tidak bisa melarangku melakukan hal-hal yang ku inginkan. Dan kupastikan setelah ini aku akan berpose untuk majalah dewasa, kau bisa melihatnya sendiri nanti!"

Chieva
1 Maret 2020
Republish 05 Oktober 2018

RIOTOUS - [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang