Chapter 19

3.1K 215 5
                                    


"Kau akan membawaku kemana?" Untuk kesekian kalinya, Renesya melontarkan pertanyaan serupa, sedangkan aku pun masih tetap berteguh, tidak ingin membocorkan kemana rencana perjalanan kami ini.

Aku terkekeh, mendapati pandangan matanya mendelik sebal ke arahku. Bibirku tetap bungkam, tidak mengatakan apapun. Biarlah, aku memang sengaja ingin membuatnya mati penasaran. Mungkin baginya aku adalah sosok pria otoriter, suka semaunya sendiri, memang begitulah kenyataanya. Tapi jangan lupakan kenyataan bahwa aku juga masuk dalam kategori pria tampan.

Kulemparkan senyum miring, penuh misteri seraya terus memfokuskan pandanganku kembali ke arah depan. Sibuk mengemudikan Maybach hitam metalikku.

"Tidurlah, perjalanan kita masih panjang. Kau membutuhkan tenaga extra untuk acara honeymoon kita nanti." ujarku seraya melemparkan kerlingan jahil.

"Kau tidak berencana membawaku ke hutan Amazon bukan?" ucapannya sontak membuatku tergelak.

"Aku tidak mungkin mengajak wanitaku berenang ditemani ikan-ikan Piranha." godaku padanya.

Mata bulatnya membulat. "Hei! Ini tidak adil! Aku yang menginginkan liburan ini, seharusnya akulah yang menentukan tempatnya." Bibirnya mencebik lucu, dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Pandangan matanya lurus menatap kedepan, enggan berpaling padaku.

"Kondisikan bibirmu, atau kita akan berada dalam bahaya, kau tidak ingin mengambil resiko, membuatku kehilangan konsentrasi karena membuatku tergoda ingin menciummu tiba-tiba."

"Ya... ya... Fokuslah Tuan, aku masih ingin hidup lebih lama!"

Aku mengulurkan sebelah tanganku, mengacak puncak kepala Renesya gemas. "Tidurlah, kita akan sampai saat kau terbangun nanti." ujarku lembut, seraya menatapnya sekilas.

"A...AWAS!!!"

Teriakan keras Renesya sontak membuatku terperanjat kaget, di depan sana kulihat sebuah mobil memotong badan jalan dari arah berlawan. Keparat! Reflek kedua tanganku membanting setir ke arah kiri, berusaha menghindari mobil sialan itu.

Semua berlalu begitu cepat. Suara decitan keras ban bergesekan dengan aspal. Sebelah kakiku berusaha menekan keras tuas rem tapi semuanya sia-sia, mobil ini kehilangan kendali. Terdengar suara benturan keras memekakan telinga. Gravitasi seolah terbalik. Menyedot tubuhku hingga kedua kakiku seolah tak mampu berpijak.

Kurasakan seluruh tulang - tulang di tubuhku seolah dilolosi, tercium aroma anyir nan pekat yang seketika membuat kepalaku semakin pening. Tulang leherku terasa begitu kaku, butuh usaha keras bagiku untuk dapat menoleh ke samping. Kudapati Renesya sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir di dahinya, beberapa pecahan kaca menancap di kulitnya, membuatku meringis pedih. Sebelah tanganku terulur berusaha menggapainya, namun tiba-tiba kegelapan itu menelanku begitu cepat.

***

"Hei! dude, kondisi tubuhmu belum pulih benar, kau masih harus beristirahat total paling tidak dua minggu lagi, bersabarlah!" suara keras Aiden dari arah belakang sukses mengintrupsi gerakanku.

"Kau pikir aku masih bisa menunggu lebih lama lagi setelah tertidur selama hampir satu tahun di ranjang pesakitaan ini." Aku masih berusaha bangun dari posisi tidurku.

Berdiam diri dengan tubuh terlentang di atas ranjang dalam keadaan sadar membuat tubuhku terasa kaku nyaris mati rasa, ini benar-benar membosankan. Aku tidak menyangka kecelakaan sialan itu, berhasil merenggut kesadaranku begitu lama, dokter mengatakan, otakku mengalami cedera cukup parah, hingga mengakibatkan koma. Beruntungnya, aku masih diberi kesempatan kedua. Satu bulan lalu, aku tersadar dari tidur panjang tersebut.

Dalam waktu satu bulan belakangan aku masih harus melewati berbagai macam terapi meliputi fisioterpi, psikoterapi dan masih banyak lagi untuk mengembalikan kondisi tubuh. Pada saat bersamaan itu pula, aku mendapatkan banyak informasi dari Aiden mengenai kejadian-kejadian satu tahun kebelakang selama aku tidak sadarkan diri. Termasuk tentang Renesya.

Aku sudah bertekad. Untuk kali ini, aku tidak ingin menyia-nyiakan hidupku lagi, masih banyak urusan yang harus aku lakukan. Salah satunya adalah mendapatkan wanitaku kembali.

"Ck! kau keras kepala sekali!, kau itu baru bangun dari koma. Aiden berjalan cepat menghampiriku, lalu membantu mendudukan tubuhku bersandar di dasbor ranjang. "Kau harus tenang, dia baik-baik saja di sana."

"Aku tidak akan pernah tenang sebelum bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

"Jadi kau masih tetap berkeras ingin pergi besok?" Aiden menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi disamping ranjangku.

"Kau masih ingin melarang seorang suami menemui istrinya!" ujarku penuh penekanan tak ingin dibantah.

"Shitt!! Ingat kondisimu Marcus. Kau masih lemah."

"Tidak! Aku sudah mulai bisa berjalan dengan lancar. Kau tidak punya alasan apapun untuk melarangku, dude." Aku tetap bersikeras.

"Baiklah, jika kau tetap memaksa, aku akan menyiapkan segala sesuatunya untukmu." Aiden mendesah lelah.

"Tapi ingat! Disana nanti kau masih harus didampingi oleh satu orang suster, dan aku juga akan terus mengawasi, jangan melakukan hal macam - macam terlebih dulu, sebelum kondisimu benar-benar pulih."

Aku mengangguk sekilas, menuruti ocehan tak bermutu Aiden. Senyuman miring tak sampai ke mata tersemat di bibirku, akhirnya aku akan melihatnya lagi. Renesya, satu-satunya wanita yang tidak terpesona olehku, namun tentu saja aku berhasil memilikinya walau dengan cara paksaan, dan kali kedua ini, aku tidak akan pernah melepasnya lagi, aku tidak perduli dengan apa yang terjadi padanya. Persetan bahwa dia melupakanku sekalipun. Lihat saja! Renesya kemanapun kau pergi, jangan pernah berharap bisa lari dariku.

Chieva
15 Juni 2020

Ini Flashback ya...

RIOTOUS - [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang