Part 20

27.6K 933 6
                                    

Happy reading

***

Sesampainya di bandara Haneda.

Angga berjalan dengan sedikit cepat dan di ikuti Marisa di belakangnya dengan jalan tergesah-gesah.

"Ga jangan cepet-cepet jalannya" ucapnya pelan.

Angga berhenti dan membalikan badan ke belakang dan itu membuat Marisa menubruk dada bidang Angga.

Angga menarik tubuh Marisa.

"Maaf"

Marisa mengangguk.

Lalu ia jalan berdampingan dengan berjalan pelan.

***

Sesampai di hotel Angga bingung karena di dalam kamar itu tidak ada sofa yang ada hanya kasur king size dan kursi duduk.

Bagaimana bisa ia harus seranjang dengan Marisa meskipun, ia dulu pernah sekali tidur satu ranjang dengan Marisa tapi rasanya sekarang berbeda.

"Kamarnya gak sesuai sama yang gue pesen" ucapnya sambil melihat ke arah Marisa.

Marisa sedang membereskan pakaiannya dan menoleh "Gak sama gimana?"

"Ya, bisa lo liat gak ada sofa disini"

"Ya trus?" Masih fokus dengan pakaiannya.

"Masa iya gue sekasur sama lo" ucapnya berjalan ke kasur dan duduk di tepi kasur.

"Pesen kamar lagi aja"

"Kalo masih ada kamar kosong mah gue pesen dari tadi"

"Trus gimana?"

Angga menaikan bahunya tanda tak tahu.

***

Angga dan Marisa baru saja makan malam dan ia pun langsung masuk ke kamarnya ia memilih istirahat dan bangun di pagi hari untuk jalan-jalan.

Sepertinya Angga sudah tidak memperdulikan kesalahan Marisa di masa lalu. Karna ia yakin bukan Marisa lah pelakunya.

Keadaan kamar itu begitu sunyi hanya ada suara televisi, Marisa masih fokus menonton tv sedangkan Angga sibuk memperhatikan layar ponselnya.

Sebenarnya Angga hanya menggeser menu ponselnya dari tadi. Tak ada satu pun pesan masuk di ponselnya.

Tetapi karena ia bingung harus mulai dari mana berbicara dengan Marisa, terlebih lagi waktu itu ia sering sekali melukai Marisa secara fisik maupun hati. Ia merasa canggung.

"Emang kartu Indonesia bisa dipake disini ya?" Ucap Marisa membuka topik.

Angga menoleh "Gak bisa lah, kita harus ganti kartu Jepang dulu"

"Oh"

Angga mengangguk.

"Trus kalo gak bisa kok kamu ngeliatin handphone kamu terus dari tadi padahal kan gak bisa"

Angga mati kutu seketika ia bingung harus menjawab apa sekarang.

"Hmmm gue liat jam" asalnya.

Sungguh alasan yang tidak logis melihat jam sampai sebegitu lamanya padahal jam dinding sudah tergantung di tembok.

"Jam?"

Angga mengangguk pelan.

Marisa menyusun tumpukan bantal dan guling di sampingnya sebagai pembatas jarak tidurnya dengan Angga.

Difficult WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang